SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 8 PART 1



Saat Jin Seon Mi masih kecil...
Dari kejauhan, Jin Seon Mi menatap dengan iri ke arah teman-temannya yang sedang bermain-main menerbangkan helikopter mainan dengan Jonathan kecil. Mereka sangat mengagumi helikopter mainan yang diterbangkan Jonathan. Namun, tiba-tiba helikopter mainan itu terjatuh di halaman sebuah rumah kosong.

Jin Seon Mi melihat Jonathan masuk ke rumah itu untuk mengambil helikopter mainan yang terjatuh itu. Jin Seon Mi bergumam sendiri kalau ahjumma di rumah itu sangat menakutkan.


Jonathan akhirnya masuk ke dalam halaman rumah kosong itu dan berhasil mengambil helikopter mainan itu. Saat akan keluar dari rumah itu, Jonathan mendengar suara tawa seorang bayi dari dalam rumah itu. Jonathan terkesiap, ia lalu menatap ke arah rumah itu, namun ia menyadari kalau rumah itu kosong dan tidak mungkin ada bayi di dalam rumah itu.

Jonathan segera lari dari rumah itu. Sayangnya, ia malah menginjak foto wanita pemilik rumah dan bayinya yang ada di halaman rumah itu. Jonathan membisu saking takutnya. Jin Seon Mi lalu datang ke rumah itu dan menarik Jonathan pergi dari sana.


Jin Seon Mi mengajak Jonathan untuk bersembunyi di balik payung kuningnya. Jonathan akan berbicara pada Jin Seon Mi, namun Jin Seon Mi dengan sigap segera menutup mulutnya. Saat itu, hantu ahjumma pemilik rumah yang sedang menimang-nimang bayinya lewat di depan Jin Seon Mi dan Jonathan yang sedang sembunyi di balik payung.

Di masa sekarang ...


Jonathan tertawa saat menceritakan kisah pertemuan pertamanya dengan Jin Seon Mi pada Woo Ma Wang. Ia menyebut dirinya sebagai pengecut, sedangkan Jin Seon Mi adalah pemberani. Namun, Jin Seon Mi beranggapan kalau justru yang berani itu Jonathan. Jonathan adalah oppa yang pemberani baginya, karena mau berteman dengannya saat semua anak lain takut padanya.

Mendengar cerita itu semua, Woo Ma Wang jadi bangga pada dirinya sendiri, karena telah membuat mereka bertemu lagi. Woo Ma Wang lalu menawarkan anggur pada mereka untuk merayakan momen bahagia seperti ini. Ia meminta Ma Ji Young untuk segera menyajikan anggur itu.

Ma Ji Young mengatakan kalau Son O Gong telah memecahkan semua anggur di rumah. Woo Ma Wang mengumpat pada Son O Gong. Ia lalu meminta Jonathan menunggunya sebentar sementara ia dan Ma Ji Young pergi ke tempat lain untuk menyiapkan minuman lain.


Sementara itu, Jin Seon Mi diam-diam tersenyum mengetahui ulah Son O Gong yang telah memecahkan semua anggur. Jin Seon Mi kembali teringat saat Son O Gong tiba-tiba menciumnya di hadapan semua orang. Saat itu, setelah menciumnya Son O Gong berbisik di telinganya untuk tidak menghabiskan waktunya dengan bersenang-senang. Son O Gong menyuruhnya untuk cepat-cepat pulang ke rumahnya.

Jin Seon Mi bergumam sendiri dan mengumpat pada Son O Gong, “Dasar jahat!” Namun setelah itu, dia malah senyum-senyum sendiri saat mengingatnya. Senyuman Jin Seon Mi langsung hilang saat Jonathan tiba-tiba mengatakan kalau pertemuan kembali mereka terasa seperti sebuah film.


Jonathan lalu memberitahu Jin Seon Mi tentang proyek film barunya yang terinspirasi olehnya. Jin Seon Mi beranggapan kalau film itu mungkin akan jadi film horor, karena terinspirasi olehnya. Tapi, Jonathan tidak berpikir demikian, ia mengingatkan kembali kalau saat masih kecil, Jin Seon Mi selalu percaya bahwa peri akan datang menyelamatkannya saat dia merasa takut dan sendirian.

Jonathan bertanya apakah Jin Seon Mi sudah menemukan perinya itu. Jin Seon Mi menjelaskan kalau peri-nya memang datang, namun perinya itu tidaklah seperti peri yang ada dalam dongeng yang indah.


Di bar Ha Seon Nyeo, PK dan Ha Seon Nyeo sedang berbisik-bisik tetangga membicarakan Son O Gong sambil mengawasi Son O Gong dari kejauhan. PK menjelaskan pada Ha Seon Nyeo kalau Jin Seon Mi sekarang bersama pria lain, jadi Ma Ji Young bilang padanya kalau Son O Gong saat ini sedang dalam mode bahaya. Son O Gong tiba-tiba tersenyum sendiri. PK ketakutan melihatnya dan bertanya-tanya kenapa Son O Gong tiba-tiba senyum-senyum sendiri seperti itu.

Ha Seon Nyeo lalu menyuruh PK untuk mengecek Son O Gong karena PK kan ahli dalam bidang kencan. PK menolaknya, ia tidak mau berubah menjadi daging babi asam manis, jika mendekati Son O Gong pada saat yang salah seperti sekarang ini.


Son O Gong tiba-tiba senyum-senyum sendiri lagi. PK dan Ha Seon Nyeo menatap Son O Gong dengan gugup. Son O Gong lalu menciumi tangannya sendiri sambil senyum-senyum sendiri. Ha Seon Nyeo ikut tersenyum saat melihat tingkah Son O Gong yang menciumi tangannya sendiri seperti itu. Ia berkomentar kalau Son O Gong sekarang pasti sedang bahagia.

PK bingung, kenapa Son O Gong saat ini bisa bahagia. Ha Seon Nyeo menjelaskan soal ciuman yang dikatakan oleh Ma Ji Young beberapa saat lalu. PK tak percaya bagaimana bisa Son O Gong bahagia karena ciuman itu, sementara ia tak peduli dengan saingannya, “Apa monyet itu bodoh?”


PK lalu menghampiri Son O Gong dan bertanya padanya, apakah Son O Gong tidak merasa khawatir.
“Kenapa? Khawatir tentang apa?” tanya Son O Gong balik.
“Sam Jang sedang bertemu dengan laki-laki lain.”
“Ah.. kau tak perlu khawatir soal itu. Sam Jang tidak akan mengkhianatiku. Kita sudah sepakat, kalau dia mengkhianatiku, aku akan menikamnya sampai mati.”

Son O Gong merasa ia tidak apa-apa selama ia tidak melihat mereka bersama-sama secara lagsung. PK tak percaya Son O Gong bisa sebodoh ini. Ia lalu menjelaskan kalau hati manusia tidaklah mudah untuk ditangani. Setidaknya Son O Gong harus memikirkan bagaimana perasaan Sam Jang ketika baru saja bertemu cinta pertamanya.

Son O Gong tak peduli, lagipula itu kan perasaannya Sam Jang. PK kesal dengan sikap Son O Gong yang tak peduli dengan kemungkinan Sam Jang bisa jatuh cinta pada cinta pertamanya itu, terlebih cinta pertamanya itu adalah lelaki yang baik.

Son O Gong masih tak peduli, karena bagaimanapun Jin Seon Mi tak akan mengkhianatinya kecuali jika a ingin mati. PK tambah frustrasi dengan sikap Son O Gong, “Ya.. Ya.. Jika Sam Jang tidak mau mati di tangan Dewa Agung, ia tinggal menyembunyikan perasaannya saja, meskipun ia sangat menyukai orang itu.”


Omongan PK kali ini berhasil memicu kecemburuan Son O Gong. PK terkejut saat tangan Son O gong mengeluarkan api kemarahan. “Omo... Api!” Untungnya, Ha Seon Nyeo segera datang dan menarik PK dari sana untuk menghindari Son O Gong, sebelum Son O Gong menjadikannya babi asam manis.

Kini Son O Gong terbayang-bayang kembali saat Jin Seon Mi dipeluk Jonathan dengan wajah bahagia. Son O Gong bergumam sendiri dengan kesal, ia merasa tidak suka karena Jin Seon Mi terlihat bahagia seperti itu.


Jonathan bersiap untuk mengantar Jin Seon Mi pulang, tapi Jin Seon Mi malah mempersilahkannya pulang duluan, karena dia akan tinggal dulu sebentar untuk menunggu seseorang. Jonathan bertanya memangnya siapa yang ditunggu Jin Seon Mi. Jin Seon Mi menjawab sambil tersenyum, ia akan menunggu perinya. Perinya itu punya temperamen buruk, jadi dia rasa dia harus menemui dan menenangkan dia. Saat itu, Woo Ma Wang memperhatikan wajah Jin Seon Mi yang senyum-senyum sendiri.


Jonathan akhirnya pulang sendiri tanpa Jin Seon Mi. Woo Ma Wang mengantar Jonathan sampai ke depan pintu rumahnya.
“Terima kasih sudah mengundangku hari ini. Berkat Anda, aku menemukan kembali hubungan yang berharga dari masa kecilku,” kata Jonathan pada Woo Ma Wang.

Woo Ma Wang mengatakan kalau ia sangat berharap hubungan Jonathan dan Jin Seon Mi bisa terus berlanjut ke depannya.
“Karena Anda memiliki harapan terhadap hubungan kami, aku ingin bertanya, mungkinkah Anda tahu siapa Perinya Seon Mi?” tanya Jonathan.
“Perinya? Entahlah,” jawab Woo Ma Wang.
“Seon Mi selalu menunggu Perinya. Dulu, kupikir itu hanya imajinasi belaka. Tapi, tampaknya memang benar-benar ada.”
“Ya... kita anggap dia seorang peri agar kau tidak sampai tercengang, tapi intinya pekerjaan seorang peri adalah membantu dia (Jin Seon Mi) bertemu dengan Pangeran (Jonathan). Periksalah dongengnya! Peri itu akan enyah setelah dia bertemu dengan Pangeran, “kata Woo Ma Wang.
“Benar. Aku harus mencari tahu dongeng itu dengan benar. Thank you.”
Jonathan menjabat tangan Woo Ma Wang dan pamit pulang.


Ma Ji Young bertanya pada Jin Seon Mi apakah ia merasa senang hari ini. Jin Seon Mi menjawabnya sambil tersenyum malu-malu, “Ya, begitulah.”
“Kalian berdua cocok satu sama lain. Kuharap semuanya berjalan lancar,” kata Ma Ji Young.
“Jangan bilang Sekretaris Ma juga peduli terhadapku?” tanya Jin Seon Mi.
“Itu tidak mungkin. Itu karena Ma Wang menginginkannya. Aku tidak peduli sama sekali soal itu.”
“Tapi, aku tidak menyangka bahwa Ma Wang-nim sungguh mengenalkanku pada seorang pria.”
“Pertemuan tadi direncanakan dengan kepedulian mendalam. Kau seharusnya pergi dan menikmati waktu lebih lama bersamanya.”
“Kalau aku menikmati waktuku, maka dia akan membuat kekacauan lebih besar,” kata Jin Seon Mi.


Ma Ji Young berkata sambil menahan kekesalannya, “Dewa Agung sudah menghancurkan semuanya.” Ma Ji Young memutar matanya sambil mendesah untuk menunjukkan rasa kesalnya.


Sepeninggal Ma Ji Young, Jin Seon Mi bertanya-tanya ke mana perginya Son O Gong setelah merusak momen bahagianya malam ini. Jin Seon Mi kembali memikirkan ciumannya tadi sampai pipinya menjadi merah. Dari kejauhan Woo Ma Wang diam-diam memperhatikan Jin Seon Mi yang sedang bahagia memikirkan Son O Gong.


Woo Ma Wang mengingat-ingat kembali saat Jin Seon Mi melarang Son O Gong ikut masuk ke dunia film, saat Jin Seon Mi merasa antusias ingin cepat keluar dari dunia film agar bisa menonton film bersama Son O Gong di dunia nyata, saat Jin Seon Mi bersedih mengetahui Son O Gong telah memberikan darah Sam Jang padanya karena ingin Jin Seon Mi lenyap, dan juga saat tadi Jin Seon Mi menolak pulang dengan Jonathan, karena ingin menunggu Son O Gong pulang dulu.


Woo Ma Wang merasa kasihan pada Jin Seon Mi, karena dia sudah tertipu lagi oleh Son O Gong. Saat itu, Jin Seon Mi melihat Woo Ma Wang yang sedang memperhatikannya. Woo Ma Wang yang ketahuan, langsung pura-pura memberikan isyarat pada Jin Seon Mi untuk mengajaknya ngobrol di tempat lain. Woo Ma Wang berkata pelan, “Aku harus menunjukkannya.” (apa yg mo ditunjukin, om?)


Son O Gong sekarang ada di kantor Jin Seon Mi. Son O Gong sedang memarahi Son Yuk Gong yang ada di dalam kantor Jin Seon Mi.
“Kau sudah tamat sekarang. Tidak ada maaf ataupun pengampunan lagi. Kau ditinggalkan di sini untuk mengawasi Sam Jang. Tapi kau bahkan tidak tahu pria seperti itu ada di dekatnya? Kau gagal dalam bertugas! Sekarang, aku akan mengubahmu menjadi debu dan lenyap.”


Lampu kantor Jin Seon Mi tiba-tiba menyala. Son O Gong sekarang terciduk oleh Jin Seon Mi yang ketahuan telah masuk ke kantor Jin Seon Mi diam-diam.
“Sedang apa kau di sini?” tanya Jin Seon Mi.
“Sedang apa? Aku hanya duduk di sini.”
“Tampaknya tadi kau bicara dengan seseorang.”
“Tidak ada siapa-siapa di sini.”
“Kenapa dia ada di sana?” tanya Jin Seon Mi sambil menunjuk Son Yuk Gong yang sekarang ada di atas meja.

Son O Gong lalu mengambil Son Yuk Gong dan berkata, “Oh. Aku berencana membuangnya karena dia tidak berguna.”
Jin Seon Mi marah dan merebut Son Yuk Gong dari tangan Son O Gong, “Kenapa kau membuang barang milikku sesuka hatimu?”
Jin Seon Mi menyimpan Son Yuk Gong kembali ke kursi tempat Son Yuk Gong biasanya. Sementara itu, Son O Gong diam-diam menatap Son Yuk Gong dengan kesal. Ia memberikan isyarat pada Son Yuk Gong kalau ia akan mengawasinya dan memotong lehernya nanti.


Son O Gong lalu pura-pura tenggorokannya sakit, karena ketahuan Jin Seon Mi, ia sedang mengancam memotong leher Son Yuk Gong. Son O Gong menatap Jin Seon Mi dan mengomentari Jin Seon Mi yang sepertinya tampak tidak dalam suasana hati yang bagus. Ia menebak kalau acara tadi pasti tidak berjalan dengan lancar.
“Tadi itu momentum yang menyakitkan. Aku mendapatkan banyak sekali pencerahan,” kata Jin Seon Mi.
“Benar, kau tidak seharusnya bertemu pria lain setelah memakaikan Geumganggo kepadaku. Aku bersyukur kau menyadarinya. Kau memang harus memiliki kesadaran.”
“Oh, jadi kau itu adalah peri yang memiliki kesadaran mendalam, sampai kau menyiapkan bumbu yang lezat segala?”
“Bumbu?” tanya Son O Gong heran.
“Aku melihatnya di rumahmu. Bumbu-bumbu rahasia Tuan Peri.”

Flashback


Saat di rumah Woo Ma Wang tadi, ternyata Woo Ma Wang memanggil Jin Seon Mi untuk menunjukkan bumbu-bumbu yang telah dibuat oleh Son O Gong.
“Son O Gong membuat semua bumbu itu dengan baik dan merebusnya selama empat hari tiga malam,” kata Woo Ma Wang.
“Bumbu-bumbu ini... sungguh... Jangan bilang...” Jin Seon Mi menunjuk dirinya sendiri saat menyadari kalau bumbu itu mungkin akan digunakan untuk membumbuinya saat ia dimakan Son O Gong.
Woo Ma Wang mengangguk, ”Seperti ini...” Woo Ma Wang mengambil botol itu dan pura-pura menaburkan botol itu ke tubuhnya, “Dia berniat membumbui dan memakanmu seperti ini.”



Sekarang, Son O Gong mengakui kalau bumbu-bumbu itu memang dia yang membuatnya. Son O Gong lalu bertanya, “Kenapa kau mengomentarinya?”
“Karena kau berniat menggunakannya ketika menyantapku,” jawab Jin Seon Mi.
“Kenapa kau egois sekali? Kenapa hanya memikirkan dirimu sendiri? Aku menghabiskan banyak tenaga saat membuat bumbu itu, tapi bahkan sampai sekarang aku belum memakanmu. Kalau begitu, semestinya kau berterima kasih kepadaku! Kenapa justru mengamuk?”
“Untuk sesaat tadi, aku sungguh hampir mengatakan maaf dan berterima kasih,” kata Jin Seon Mi.
“Lupakan. Aku tidak jatuh cinta kepadamu untuk mendengar pernyataan resmi semacam itu. Aku akan membiarkannya.”
“Membiarkan? Membiarkan apa? Baiklah. Pada titik ini, aku tidak akan mempersoalkan alasanmu membuatnya. Tapi, kenapa kau tidak membuangnya?” tanya Jin Seon Mi.
“Bagaimana bisa? Kau tidak boleh menyianyiakan sesuatu agar hidup dengan baik.”
“Maksudmu, kau menyimpannya untuk nanti? Kau akan memakanku saat Geumganggo kulepaskan?” tanya Jin Seon Mi lagi.
“Berhentilah bicara seperti itu! Kau tidak tahu betapa sedihnya aku saat memikirkan hal semacam itu. Ma Wang tidak mengatakan padamu kalau aku menangis ketika memegang bumbu-bumbu itu, 'kan? Dia  memang selalu melewatkan bagian terpentingnya. Dasar Kerbau sialan!”
“Kenapa kau menyalahkan Ma Wang di sini?”
Son O Gong mendesah, “Baiklah, aku mengerti. Aku akan memaafkanmu dan Ma Wang sekaligus. Sudahlah. Tidak perlu membicarakannya lagi! Sudah selesai. Selesai.”

Son O Gong lalu mengatakan, sekarang ia akan membuat Jin Seon Mi senang, karena Jin Seon Mi sejak tadi pasti terus memikirkan dirinya, sehingga ia mungkin tidak bisa menikmati momen makan malam bersama Jonathan dengan indah. Namun, Jin Seon Mi menjawab kalau ia tidak memikirkannya. Ia bilang, ia menikmati saat-saat tadi. Seandainya ia tidak mengetahui soal bumbu-bumbu itu, momentum tadi akan menjadi sangat luar biasa.

“Jangan bohong! Kau juga merasa terganggu saat memikirkan soal tadi, kan?” kata Son O Gong.


Son O Gong lalu mencium tangannya sendiri untuk mengingatkan Jin Seon Mi soal ciuman sebelumnya di rumah Woo Ma Wang.
“Oh, itu? Aku tidak merasa terganggu sama sekali,” kata Jin Seon Mi.
“Kau tidak merasa terganggu?” tanya Son O Gong.
“Ya,” jawab Jin Seon Mi.
“Sama sekali?” tanya Son O Gong lagi.
“Tidak sama sekali. Hal yang membuatku terganggu adalah bumbu-bumbu itu. Jadi, apa yang akan kau lakukan? Katakan dengan jelas kepadaku!”
“Apa maksudmu? Aku akan menyimpannya,” kata Son O Gong.
“Apa? Kau harus membuangnya!” perintah Jin Seon Mi.
“Tidak mau. Kenapa harus? Berapa banyak kau akan membayarku? Meskipun kau memberiku 500 juta won, aku tidak akan membuangnya.”
“Kau sungguh tidak akan membuangnya?”
“Ya. Aku seorang monster dan saat kau melepas Geumganggo, kau menjadi makananku. Dalam keadaan aku tidak dapat melupakan identitas asliku, aku tidak punya niat untuk membuangnya.”
“Aku mengerti. Sebelumnya kupikir mungkin saat Geumganggo dilepas, kau tidak akan melukaiku. Rupanya salah. Baiklah. Simpan dengan baik bumbu-bumbu itu dan mari jangan melupakan identitas asli masing-masing!” kata Jin Seon Mi sambil meninggalkan Son O Gong.


Son O Gong pulang ke rumahnya dengan membawa kekesalannya. Ia lalu melenyapkan semua bumbu yang telah dibuatnya dengan kekuatannya.


Woo Ma Wang mengamati Son O Gong yang sedang berjalan menuju loteng dengan wajah yang kusut. Woo Ma Wang tersenyum senang melihat hal itu, “Aey, tampaknya mereka berdua bertengkar. Hari ini aku akan tidur dengan nyenyak hahaha.” (si om ini ga bisa banget liat Son O Gong bahagia, ya)


Di sebuah halte bus, seorang pria sedang mengeluh dengan kehidupannya sendiri dan di sisi lain ia merasa iri saat melihat postingan kehidupan mewah orang lain di instagram.
“Saat aku bekerja keras seperti Anjing hingga larut malam begini, orang-orang yang beruntung sedang menghabiskan waktu di pantai. Aish, tidak adil sekali,” ucapnya.

Ia kemudian merasa iri saat melihat postingan seorang chef muda yang sukses dalam kariernya. “Berandal ini seusia denganku, tapi dia pemilik restoran sekaligus chef utama? Aigoo... menjengkelkan sekali. Ah, menjengkelkan,” keluhnya.


Sebuah tangan setan tiba-tiba menyentuh pundaknya. Setan itu berbisik di telinganya untuk menghancurkan chef yang dilihatnya. Mata orang itu menyala hijau setelah mendengar bisikan itu. Dia mulai meninggalkan komentar buruk di postingan instagram chef itu.
Keparat menjengkelkan. Kuharap bisnismu gagal.”

Setan itu menyuruhnya untuk tambah menyumpahi chef itu. “Bukankah rasanya menyenangkan? Sumpahi! Sumpahi! Sumpahi dia dan katakan dia akan bangkrut.” perintah setan itu.
Ini adalah tempat yang sangat buruk! Aku menemukan seekor serangga saat sedang makan. Tempat ini seperti sampah. Harus ditutup. Tempat ini harus bangkrut.”


Dan sekarang... Restoran milik chef yang disumpahi oleh orang itu benar-benar bangkrut. Restoran itu akhirnya akan dijual melalui perusahaan real estate Jin Seon Mi. Jin Seon Mi ditemani Lee Han Ju datang melihat-lihat restoran itu.
“Restoran ini sebelumnya sangat ramai, tapi setelah mendapatkan komentar jahat di internet, akhirnya ditutup,” terang Lee Han Ju pada Jin Seon Mi.
“Hanya karena itu, sebuah restoran yang ramai bisa tutup?” tanya Jin Seon Mi.
“Tentu saja. Belakangan ini sekali saja melakukan kesalahan, konsekuensinya mengerikan. Tweet, tweet, inven (*kasus kontroversial). Anda tidak tahu apa artinya, 'kan?” tanya Lee Han Ju. Jin Seon Mi hanya diam saja tak menanggapi perkataan Lee Han Ju.

Lee Han Ju lalu mengatakan ia akan menghubungi pemiliknya. Saat Lee Han Ju sedang menelepon, Jin Seon Mi melihat cucu pemilik toko umum lewat di depannya. Jin Seon Mi langsung mengejar cucu pemilik toko itu saat Lee Han Jun sibuk menelepon pemilik restoran.


“Ah, ya. Saya dari Hanbit Real Estate. Saya di depan restoran dengan CEO saya.” Lee Han Ju menoleh ke samping tempat Jin Seon Mi tadi berdiri, tapi ia menemukan Jin Seon Mi sudah tidak ada disana. Lee Han Ju lalu berkata pada pemilik restoran, “Tepatnya saya pikir datang bersamanya, tapi ternyata saya sendirian.”


Jin Seon Mi akhirnya bertemu dengan cucu pemilik toko (sampai sekarang belum tahu namanya siapa, nih). Cucu pemilik toko memberitahukan Jin Seon Mi kalau toko itu menjadi korban Dokchi (*iblis dengan kata-kata beracun). Jika Jin Seon Mi berhadapan dengannya, entah bangkrut karena disumpahi atau mati, ia akan kehilangan segalanya.

“Semacam peramal, ya?” tanya Jin Seon Mi.
“Mereka dua hal berbeda. Memprediksi sesuatu yang akan terjadi dengan membuat sesuatu dapat terjadi, hanya karena menyumpahinya adalah dua hal berbeda.”
“Kalau begitu, apakah tokomu juga gagal gara-gara Dokchi?”
“Nenekku itu seorang penjual artefak. Aku membawa beberapa barang dari toko untuk mendapatkan uang saku tambahan.”
“Ah, rupanya kau sedang bermain hoki (*semacam sindiran untuk seseorang yang mendapatkan sesuatu dari jalur belakang), ya?” sindir Jin Seon Mi.
“Jangan mengatakan pada siapa-siapa ya, kalau kau melihatku di sini!” pinta cucu pemilik toko pada Jin Seon Mi. Jin Seon Mi hanya diam saja, pura-pura berpikir.
“Kalau ada benda yang kau mau, aku akan memberikannya dengan gratis.”

Jin Seon Mi jadi semangat setelah mendengarnya. Ia lalu memilih-milih benda kesukaannya. Ia memilih benda merah yang mirip bel dan mengoyang-goyangkannya ke dekat telinganya.


“Kenapa bel merah ini tidak berbunyi?” tanya Jin Seon Mi.
“Mereka menyebutnya Aeryeong. Bel yang memungkinkan kau bertemu dengan jodohmu yang ditakdirkan oleh Langit.”
“Sungguh?”
“Sungguh. Itu dipakai oleh Nenek Samshin (*Dewi yang mengatur kelahiran manusia).”
“Tapi, bel hitam ini kelihatan lebih cantik,” kata Jin Seon Mi.
“Ah! Jangan menyentuh yang hitam. Bagaimana bisa yang hitam ada di situ?” Cucu pemilik toko langsung merebut bel itu dari tangan Jin Seon Mi. Ia kelihatan panik saat mengetahui barang itu ada dalam barang dagangannya.
“Ah, lupakan soal barang itu!” kata Jin Seon Mi. Jin Seon Mi ingin daripada cucu pemilik toko itu memberikan barang itu padanya, lebih baik ia menceritakan padanya secara detail tentang dokchi.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW DRAMA KOREA BLACK: Tragedi Keserakahan Manusia

MENYUSUN MISTERI ALUR HITAM DRAMA KOREA BLACK

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 7 PART 1

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 10 PART 1

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 1 PART 1

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 5 PART 2

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 9 PART 1

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 6 PART 2