SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 8 PART 1
Sebelumnya
Sinopsis Hwayugi Episode 7 Part 3
Saat Jin
Seon Mi masih kecil...
Dari
kejauhan, Jin Seon Mi menatap dengan iri ke arah teman-temannya yang sedang
bermain-main menerbangkan helikopter mainan dengan Jonathan kecil. Mereka
sangat mengagumi helikopter mainan yang diterbangkan Jonathan. Namun, tiba-tiba
helikopter mainan itu terjatuh di halaman sebuah rumah kosong.
Jin Seon
Mi melihat Jonathan masuk ke rumah itu untuk mengambil helikopter mainan yang
terjatuh itu. Jin Seon Mi bergumam sendiri kalau ahjumma di rumah itu sangat
menakutkan.
Jonathan akhirnya masuk ke dalam halaman rumah kosong itu dan berhasil mengambil helikopter mainan itu.
Saat akan keluar dari rumah itu, Jonathan mendengar suara tawa seorang bayi dari
dalam rumah itu. Jonathan terkesiap, ia lalu menatap ke arah rumah itu, namun
ia menyadari kalau rumah itu kosong dan tidak mungkin ada bayi di dalam rumah
itu.
Jonathan
segera lari dari rumah itu. Sayangnya, ia malah menginjak foto wanita pemilik
rumah dan bayinya yang ada di halaman rumah itu. Jonathan membisu saking
takutnya. Jin Seon Mi lalu datang ke rumah itu dan menarik Jonathan pergi dari
sana.
Jin Seon
Mi mengajak Jonathan untuk bersembunyi di balik payung kuningnya. Jonathan akan
berbicara pada Jin Seon Mi, namun Jin Seon Mi dengan sigap segera menutup
mulutnya. Saat itu, hantu ahjumma pemilik rumah yang sedang menimang-nimang
bayinya lewat di depan Jin Seon Mi dan Jonathan yang sedang sembunyi di balik
payung.
Di masa sekarang ...
Jonathan
tertawa saat menceritakan kisah pertemuan pertamanya dengan Jin Seon Mi pada Woo
Ma Wang. Ia menyebut dirinya sebagai pengecut, sedangkan Jin Seon Mi adalah pemberani. Namun, Jin Seon Mi beranggapan kalau justru yang berani itu Jonathan. Jonathan
adalah oppa yang pemberani baginya, karena mau berteman dengannya saat semua
anak lain takut padanya.
Mendengar
cerita itu semua, Woo Ma Wang jadi bangga pada dirinya sendiri, karena telah membuat
mereka bertemu lagi. Woo Ma Wang lalu menawarkan anggur pada mereka untuk
merayakan momen bahagia seperti ini. Ia meminta Ma Ji Young untuk segera
menyajikan anggur itu.
Ma Ji
Young mengatakan kalau Son O Gong telah memecahkan semua anggur di rumah. Woo
Ma Wang mengumpat pada Son O Gong. Ia lalu meminta Jonathan menunggunya
sebentar sementara ia dan Ma Ji Young pergi ke tempat lain untuk menyiapkan
minuman lain.
Sementara
itu, Jin Seon Mi diam-diam tersenyum mengetahui ulah Son O Gong yang telah
memecahkan semua anggur. Jin Seon Mi kembali teringat saat Son O Gong tiba-tiba
menciumnya di hadapan semua orang. Saat itu, setelah menciumnya Son O Gong
berbisik di telinganya untuk tidak menghabiskan waktunya dengan
bersenang-senang. Son O Gong menyuruhnya untuk cepat-cepat pulang ke rumahnya.
Jin Seon
Mi bergumam sendiri dan mengumpat pada Son O Gong, “Dasar jahat!” Namun setelah
itu, dia malah senyum-senyum sendiri saat mengingatnya. Senyuman Jin Seon Mi
langsung hilang saat Jonathan tiba-tiba mengatakan kalau pertemuan kembali mereka
terasa seperti sebuah film.
Jonathan
lalu memberitahu Jin Seon Mi tentang proyek film barunya yang terinspirasi
olehnya. Jin Seon Mi beranggapan kalau film itu mungkin akan jadi film horor,
karena terinspirasi olehnya. Tapi, Jonathan tidak berpikir demikian, ia
mengingatkan kembali kalau saat masih kecil, Jin Seon Mi selalu percaya bahwa
peri akan datang menyelamatkannya saat dia merasa takut dan sendirian.
Jonathan
bertanya apakah Jin Seon Mi sudah menemukan perinya itu. Jin Seon Mi menjelaskan
kalau peri-nya memang datang, namun perinya itu tidaklah seperti peri yang ada
dalam dongeng yang indah.
Di bar Ha
Seon Nyeo, PK dan Ha Seon Nyeo sedang berbisik-bisik tetangga membicarakan Son
O Gong sambil mengawasi Son O Gong dari kejauhan. PK menjelaskan pada Ha Seon
Nyeo kalau Jin Seon Mi sekarang bersama pria lain, jadi Ma Ji Young bilang
padanya kalau Son O Gong saat ini sedang dalam mode bahaya. Son O Gong tiba-tiba tersenyum sendiri. PK ketakutan melihatnya
dan bertanya-tanya kenapa Son O Gong tiba-tiba senyum-senyum sendiri seperti itu.
Ha Seon
Nyeo lalu menyuruh PK untuk mengecek Son O Gong karena PK kan ahli dalam bidang
kencan. PK menolaknya, ia tidak mau berubah menjadi daging babi asam manis,
jika mendekati Son O Gong pada saat yang salah seperti sekarang ini.
Son O
Gong tiba-tiba senyum-senyum sendiri lagi. PK dan Ha Seon Nyeo menatap Son O
Gong dengan gugup. Son O Gong lalu menciumi tangannya sendiri sambil
senyum-senyum sendiri. Ha Seon Nyeo ikut tersenyum saat melihat tingkah Son O
Gong yang menciumi tangannya sendiri seperti itu. Ia berkomentar kalau Son O
Gong sekarang pasti sedang bahagia.
PK bingung,
kenapa Son O Gong saat ini bisa bahagia. Ha Seon Nyeo menjelaskan soal ciuman
yang dikatakan oleh Ma Ji Young beberapa saat lalu. PK tak percaya bagaimana
bisa Son O Gong bahagia karena ciuman itu, sementara ia tak peduli dengan
saingannya, “Apa monyet itu bodoh?”
PK lalu
menghampiri Son O Gong dan bertanya padanya, apakah Son O Gong tidak merasa
khawatir.
“Kenapa?
Khawatir tentang apa?” tanya Son O Gong balik.
“Sam Jang
sedang bertemu dengan laki-laki lain.”
“Ah.. kau
tak perlu khawatir soal itu. Sam Jang tidak akan mengkhianatiku. Kita sudah
sepakat, kalau dia mengkhianatiku, aku akan menikamnya sampai mati.”
Son O
Gong merasa ia tidak apa-apa selama ia tidak melihat mereka bersama-sama secara
lagsung. PK tak percaya Son O Gong bisa sebodoh ini. Ia lalu menjelaskan kalau
hati manusia tidaklah mudah untuk ditangani. Setidaknya Son O Gong harus
memikirkan bagaimana perasaan Sam Jang ketika baru saja bertemu cinta
pertamanya.
Son O
Gong tak peduli, lagipula itu kan perasaannya Sam Jang. PK kesal dengan sikap
Son O Gong yang tak peduli dengan kemungkinan Sam Jang bisa jatuh cinta pada
cinta pertamanya itu, terlebih cinta pertamanya itu adalah lelaki yang baik.
Son O
Gong masih tak peduli, karena bagaimanapun Jin Seon Mi tak akan mengkhianatinya
kecuali jika a ingin mati. PK tambah frustrasi dengan sikap Son O Gong, “Ya..
Ya.. Jika Sam Jang tidak mau mati di tangan Dewa Agung, ia tinggal
menyembunyikan perasaannya saja, meskipun ia sangat menyukai orang itu.”
Omongan
PK kali ini berhasil memicu kecemburuan Son O Gong. PK terkejut saat tangan Son
O gong mengeluarkan api kemarahan. “Omo... Api!” Untungnya, Ha Seon Nyeo segera
datang dan menarik PK dari sana untuk menghindari Son O Gong, sebelum Son O
Gong menjadikannya babi asam manis.
Kini Son
O Gong terbayang-bayang kembali saat Jin Seon Mi dipeluk Jonathan dengan wajah
bahagia. Son O Gong bergumam sendiri dengan kesal, ia merasa tidak suka karena
Jin Seon Mi terlihat bahagia seperti itu.
Jonathan
bersiap untuk mengantar Jin Seon Mi pulang, tapi Jin Seon Mi malah
mempersilahkannya pulang duluan, karena dia akan tinggal dulu sebentar untuk menunggu
seseorang. Jonathan bertanya memangnya siapa yang ditunggu Jin Seon Mi. Jin
Seon Mi menjawab sambil tersenyum, ia akan menunggu perinya. Perinya itu punya
temperamen buruk, jadi dia rasa dia harus menemui dan menenangkan dia. Saat
itu, Woo Ma Wang memperhatikan wajah Jin Seon Mi yang senyum-senyum sendiri.
Jonathan
akhirnya pulang sendiri tanpa Jin Seon Mi. Woo Ma Wang mengantar Jonathan
sampai ke depan pintu rumahnya.
“Terima
kasih sudah mengundangku hari ini. Berkat Anda, aku menemukan kembali hubungan yang
berharga dari masa kecilku,” kata Jonathan pada Woo Ma Wang.
Woo Ma
Wang mengatakan kalau ia sangat berharap hubungan Jonathan dan Jin Seon Mi bisa
terus berlanjut ke depannya.
“Karena Anda
memiliki harapan terhadap hubungan kami, aku ingin bertanya, mungkinkah Anda
tahu siapa Perinya Seon Mi?” tanya Jonathan.
“Perinya?
Entahlah,” jawab Woo Ma Wang.
“Seon Mi
selalu menunggu Perinya. Dulu, kupikir
itu hanya imajinasi belaka. Tapi, tampaknya memang benar-benar ada.”
“Ya...
kita anggap dia seorang peri agar kau tidak sampai tercengang, tapi intinya
pekerjaan seorang peri adalah membantu dia (Jin Seon Mi) bertemu dengan
Pangeran (Jonathan). Periksalah dongengnya! Peri itu akan enyah setelah dia bertemu
dengan Pangeran, “kata Woo Ma Wang.
“Benar. Aku
harus mencari tahu dongeng itu dengan benar. Thank you.”
Jonathan
menjabat tangan Woo Ma Wang dan pamit pulang.
Ma Ji
Young bertanya pada Jin Seon Mi apakah ia merasa senang hari ini. Jin Seon Mi
menjawabnya sambil tersenyum malu-malu, “Ya, begitulah.”
“Kalian
berdua cocok satu sama lain. Kuharap semuanya berjalan lancar,” kata Ma Ji
Young.
“Jangan
bilang Sekretaris Ma juga peduli terhadapku?” tanya Jin Seon Mi.
“Itu tidak
mungkin. Itu karena Ma Wang menginginkannya. Aku tidak peduli sama sekali soal
itu.”
“Tapi,
aku tidak menyangka bahwa Ma Wang-nim sungguh mengenalkanku pada seorang pria.”
“Pertemuan
tadi direncanakan dengan kepedulian mendalam. Kau seharusnya pergi dan
menikmati waktu lebih lama bersamanya.”
“Kalau
aku menikmati waktuku, maka dia akan membuat kekacauan lebih besar,” kata Jin
Seon Mi.
Ma Ji
Young berkata sambil menahan kekesalannya, “Dewa Agung sudah menghancurkan
semuanya.” Ma Ji Young memutar matanya sambil mendesah untuk menunjukkan rasa
kesalnya.
Sepeninggal
Ma Ji Young, Jin Seon Mi bertanya-tanya ke mana perginya Son O Gong setelah
merusak momen bahagianya malam ini. Jin Seon Mi kembali memikirkan ciumannya tadi
sampai pipinya menjadi merah. Dari kejauhan Woo Ma Wang diam-diam memperhatikan
Jin Seon Mi yang sedang bahagia memikirkan Son O Gong.
Woo Ma
Wang mengingat-ingat kembali saat Jin Seon Mi melarang Son O Gong ikut masuk ke
dunia film, saat Jin Seon Mi merasa antusias ingin cepat keluar dari dunia film
agar bisa menonton film bersama Son O Gong di dunia nyata, saat Jin Seon Mi
bersedih mengetahui Son O Gong telah memberikan darah Sam Jang padanya karena
ingin Jin Seon Mi lenyap, dan juga saat tadi Jin Seon Mi menolak pulang dengan
Jonathan, karena ingin menunggu Son O Gong pulang dulu.
Woo Ma
Wang merasa kasihan pada Jin Seon Mi, karena dia sudah tertipu lagi oleh Son O
Gong. Saat itu, Jin Seon Mi melihat Woo Ma Wang yang sedang memperhatikannya. Woo
Ma Wang yang ketahuan, langsung pura-pura memberikan isyarat pada Jin Seon Mi
untuk mengajaknya ngobrol di tempat lain. Woo Ma Wang berkata pelan, “Aku harus
menunjukkannya.” (apa yg mo ditunjukin, om?)
Son O
Gong sekarang ada di kantor Jin Seon Mi. Son O Gong sedang memarahi Son Yuk
Gong yang ada di dalam kantor Jin Seon Mi.
“Kau
sudah tamat sekarang. Tidak ada maaf ataupun pengampunan lagi. Kau ditinggalkan
di sini untuk mengawasi Sam Jang. Tapi kau bahkan tidak tahu pria seperti itu
ada di dekatnya? Kau gagal dalam bertugas! Sekarang, aku akan mengubahmu menjadi
debu dan lenyap.”
Lampu
kantor Jin Seon Mi tiba-tiba menyala. Son O Gong sekarang terciduk oleh Jin
Seon Mi yang ketahuan telah masuk ke kantor Jin Seon Mi diam-diam.
“Sedang
apa kau di sini?” tanya Jin Seon Mi.
“Sedang
apa? Aku hanya duduk di sini.”
“Tampaknya
tadi kau bicara dengan seseorang.”
“Tidak
ada siapa-siapa di sini.”
“Kenapa dia
ada di sana?” tanya Jin Seon Mi sambil menunjuk Son Yuk Gong yang sekarang ada
di atas meja.
Son O
Gong lalu mengambil Son Yuk Gong dan berkata, “Oh. Aku berencana membuangnya
karena dia tidak berguna.”
Jin Seon
Mi marah dan merebut Son Yuk Gong dari tangan Son O Gong, “Kenapa kau membuang
barang milikku sesuka hatimu?”
Jin Seon
Mi menyimpan Son Yuk Gong kembali ke kursi tempat Son Yuk Gong biasanya.
Sementara itu, Son O Gong diam-diam menatap Son Yuk Gong dengan kesal. Ia
memberikan isyarat pada Son Yuk Gong kalau ia akan mengawasinya dan memotong
lehernya nanti.
Son O
Gong lalu pura-pura tenggorokannya sakit, karena ketahuan Jin Seon Mi, ia sedang
mengancam memotong leher Son Yuk Gong. Son O Gong menatap Jin Seon Mi dan
mengomentari Jin Seon Mi yang sepertinya tampak tidak dalam suasana hati yang
bagus. Ia menebak kalau acara tadi pasti tidak berjalan dengan lancar.
“Tadi itu
momentum yang menyakitkan. Aku mendapatkan banyak sekali pencerahan,” kata Jin
Seon Mi.
“Benar,
kau tidak seharusnya bertemu pria lain setelah memakaikan Geumganggo kepadaku. Aku
bersyukur kau menyadarinya. Kau memang harus memiliki kesadaran.”
“Oh, jadi kau itu adalah peri yang memiliki kesadaran mendalam, sampai kau menyiapkan
bumbu yang lezat segala?”
“Bumbu?”
tanya Son O Gong heran.
“Aku
melihatnya di rumahmu. Bumbu-bumbu rahasia Tuan Peri.”
Flashback
Saat di
rumah Woo Ma Wang tadi, ternyata Woo Ma Wang memanggil Jin Seon Mi untuk
menunjukkan bumbu-bumbu yang telah dibuat oleh Son O Gong.
“Son O
Gong membuat semua bumbu itu dengan baik dan merebusnya selama empat hari tiga
malam,” kata Woo Ma Wang.
“Bumbu-bumbu
ini... sungguh... Jangan bilang...” Jin Seon Mi menunjuk dirinya sendiri saat
menyadari kalau bumbu itu mungkin akan digunakan untuk membumbuinya saat ia dimakan Son O Gong.
Woo Ma
Wang mengangguk, ”Seperti ini...” Woo Ma Wang mengambil botol itu dan pura-pura
menaburkan botol itu ke tubuhnya, “Dia berniat membumbui dan memakanmu seperti
ini.”
Sekarang, Son O
Gong mengakui kalau bumbu-bumbu itu memang dia yang membuatnya. Son O Gong lalu
bertanya, “Kenapa kau mengomentarinya?”
“Karena
kau berniat menggunakannya ketika menyantapku,” jawab Jin Seon Mi.
“Kenapa
kau egois sekali? Kenapa hanya memikirkan dirimu sendiri? Aku menghabiskan
banyak tenaga saat membuat bumbu itu, tapi bahkan sampai sekarang aku belum
memakanmu. Kalau begitu, semestinya kau berterima kasih kepadaku! Kenapa justru
mengamuk?”
“Untuk
sesaat tadi, aku sungguh hampir mengatakan maaf dan berterima kasih,” kata Jin
Seon Mi.
“Lupakan.
Aku tidak jatuh cinta kepadamu untuk mendengar pernyataan resmi semacam itu. Aku
akan membiarkannya.”
“Membiarkan?
Membiarkan apa? Baiklah. Pada titik ini, aku tidak akan mempersoalkan alasanmu
membuatnya. Tapi, kenapa kau tidak membuangnya?” tanya Jin Seon Mi.
“Bagaimana
bisa? Kau tidak boleh menyianyiakan sesuatu agar hidup dengan baik.”
“Maksudmu,
kau menyimpannya untuk nanti? Kau akan memakanku saat Geumganggo kulepaskan?”
tanya Jin Seon Mi lagi.
“Berhentilah
bicara seperti itu! Kau tidak tahu betapa sedihnya aku saat memikirkan hal semacam
itu. Ma Wang tidak mengatakan padamu kalau aku menangis ketika memegang
bumbu-bumbu itu, 'kan? Dia memang selalu melewatkan bagian terpentingnya. Dasar
Kerbau sialan!”
“Kenapa
kau menyalahkan Ma Wang di sini?”
Son O
Gong mendesah, “Baiklah, aku mengerti. Aku akan memaafkanmu dan Ma Wang
sekaligus. Sudahlah. Tidak perlu membicarakannya lagi! Sudah selesai. Selesai.”
Son O
Gong lalu mengatakan, sekarang ia akan membuat Jin Seon Mi senang, karena Jin
Seon Mi sejak tadi pasti terus memikirkan dirinya, sehingga ia mungkin tidak bisa
menikmati momen makan malam bersama Jonathan dengan indah. Namun, Jin Seon Mi
menjawab kalau ia tidak memikirkannya. Ia bilang, ia menikmati saat-saat tadi.
Seandainya ia tidak mengetahui soal bumbu-bumbu itu, momentum tadi akan menjadi
sangat luar biasa.
“Jangan
bohong! Kau juga merasa terganggu saat memikirkan soal tadi, kan?” kata Son O
Gong.
Son O
Gong lalu mencium tangannya sendiri untuk mengingatkan Jin Seon Mi soal ciuman
sebelumnya di rumah Woo Ma Wang.
“Oh, itu?
Aku tidak merasa terganggu sama sekali,” kata Jin Seon Mi.
“Kau
tidak merasa terganggu?” tanya Son O Gong.
“Ya,”
jawab Jin Seon Mi.
“Sama
sekali?” tanya Son O Gong lagi.
“Tidak
sama sekali. Hal yang membuatku terganggu adalah bumbu-bumbu itu. Jadi, apa
yang akan kau lakukan? Katakan dengan jelas kepadaku!”
“Apa
maksudmu? Aku akan menyimpannya,” kata Son O Gong.
“Apa? Kau
harus membuangnya!” perintah Jin Seon Mi.
“Tidak
mau. Kenapa harus? Berapa banyak kau akan membayarku? Meskipun kau memberiku
500 juta won, aku tidak akan membuangnya.”
“Kau
sungguh tidak akan membuangnya?”
“Ya. Aku
seorang monster dan saat kau melepas Geumganggo, kau menjadi makananku. Dalam
keadaan aku tidak dapat melupakan identitas asliku, aku tidak punya niat untuk
membuangnya.”
“Aku
mengerti. Sebelumnya kupikir mungkin saat Geumganggo dilepas, kau tidak akan
melukaiku. Rupanya salah. Baiklah. Simpan dengan baik bumbu-bumbu itu dan mari
jangan melupakan identitas asli masing-masing!” kata Jin Seon Mi sambil
meninggalkan Son O Gong.
Son O
Gong pulang ke rumahnya dengan membawa kekesalannya. Ia lalu melenyapkan semua bumbu yang telah dibuatnya dengan
kekuatannya.
Woo Ma
Wang mengamati Son O Gong yang sedang berjalan menuju loteng dengan wajah yang
kusut. Woo Ma Wang tersenyum senang melihat hal itu, “Aey, tampaknya mereka
berdua bertengkar. Hari ini aku akan tidur dengan nyenyak hahaha.” (si om ini ga
bisa banget liat Son O Gong bahagia, ya)
Di sebuah halte
bus, seorang pria sedang mengeluh dengan kehidupannya sendiri dan di sisi lain ia
merasa iri saat melihat postingan kehidupan mewah orang lain di instagram.
“Saat aku
bekerja keras seperti Anjing hingga larut malam begini, orang-orang yang
beruntung sedang menghabiskan waktu di pantai. Aish, tidak adil sekali,”
ucapnya.
Ia kemudian merasa
iri saat melihat postingan seorang chef
muda yang sukses dalam kariernya. “Berandal ini seusia denganku, tapi dia
pemilik restoran sekaligus chef
utama? Aigoo... menjengkelkan sekali. Ah, menjengkelkan,” keluhnya.
Sebuah tangan
setan tiba-tiba menyentuh pundaknya. Setan itu berbisik di telinganya untuk
menghancurkan chef yang dilihatnya. Mata orang itu menyala hijau setelah
mendengar bisikan itu. Dia mulai meninggalkan komentar buruk di postingan instagram
chef itu.
“Keparat menjengkelkan. Kuharap bisnismu
gagal.”
Setan itu
menyuruhnya untuk tambah menyumpahi chef
itu. “Bukankah rasanya menyenangkan? Sumpahi! Sumpahi! Sumpahi dia dan katakan
dia akan bangkrut.” perintah setan itu.
“Ini adalah tempat yang sangat buruk! Aku
menemukan seekor serangga saat sedang makan. Tempat ini seperti sampah. Harus
ditutup. Tempat ini harus bangkrut.”
Dan sekarang...
Restoran milik chef yang disumpahi
oleh orang itu benar-benar bangkrut. Restoran itu akhirnya akan dijual melalui
perusahaan real estate Jin Seon Mi.
Jin Seon Mi ditemani Lee Han Ju datang melihat-lihat restoran itu.
“Restoran
ini sebelumnya sangat ramai, tapi setelah mendapatkan komentar jahat di
internet, akhirnya ditutup,” terang Lee Han Ju pada Jin Seon Mi.
“Hanya
karena itu, sebuah restoran yang ramai bisa tutup?” tanya Jin Seon Mi.
“Tentu
saja. Belakangan ini sekali saja melakukan kesalahan, konsekuensinya
mengerikan. Tweet, tweet, inven (*kasus
kontroversial). Anda tidak tahu apa artinya, 'kan?” tanya Lee Han Ju. Jin Seon
Mi hanya diam saja tak menanggapi perkataan Lee Han Ju.
Lee Han
Ju lalu mengatakan ia akan menghubungi pemiliknya. Saat Lee Han Ju sedang
menelepon, Jin Seon Mi melihat cucu pemilik toko umum lewat di depannya. Jin
Seon Mi langsung mengejar cucu pemilik toko itu saat Lee Han Jun sibuk
menelepon pemilik restoran.
“Ah, ya.
Saya dari Hanbit Real Estate. Saya di depan restoran dengan CEO saya.” Lee Han Ju
menoleh ke samping tempat Jin Seon Mi tadi berdiri, tapi ia menemukan Jin Seon
Mi sudah tidak ada disana. Lee Han Ju lalu berkata pada pemilik restoran, “Tepatnya
saya pikir datang bersamanya, tapi ternyata saya sendirian.”
Jin Seon
Mi akhirnya bertemu dengan cucu pemilik toko (sampai sekarang belum tahu
namanya siapa, nih). Cucu pemilik toko memberitahukan Jin Seon Mi kalau toko
itu menjadi korban Dokchi (*iblis
dengan kata-kata beracun). Jika Jin Seon Mi berhadapan dengannya, entah
bangkrut karena disumpahi atau mati, ia akan kehilangan segalanya.
“Semacam
peramal, ya?” tanya Jin Seon Mi.
“Mereka
dua hal berbeda. Memprediksi sesuatu yang akan terjadi dengan membuat sesuatu
dapat terjadi, hanya karena menyumpahinya adalah dua hal berbeda.”
“Kalau
begitu, apakah tokomu juga gagal gara-gara Dokchi?”
“Nenekku
itu seorang penjual artefak. Aku membawa beberapa barang dari toko untuk
mendapatkan uang saku tambahan.”
“Ah,
rupanya kau sedang bermain hoki (*semacam sindiran untuk seseorang yang mendapatkan
sesuatu dari jalur belakang), ya?” sindir Jin Seon Mi.
“Jangan
mengatakan pada siapa-siapa ya, kalau kau melihatku di sini!” pinta cucu pemilik toko
pada Jin Seon Mi. Jin Seon Mi hanya diam saja, pura-pura berpikir.
“Kalau
ada benda yang kau mau, aku akan memberikannya dengan gratis.”
Jin Seon
Mi jadi semangat setelah mendengarnya. Ia lalu memilih-milih benda kesukaannya.
Ia memilih benda merah yang mirip bel dan mengoyang-goyangkannya ke dekat
telinganya.
“Kenapa
bel merah ini tidak berbunyi?” tanya Jin Seon Mi.
“Mereka
menyebutnya Aeryeong. Bel yang
memungkinkan kau bertemu dengan jodohmu yang ditakdirkan oleh Langit.”
“Sungguh?”
“Sungguh.
Itu dipakai oleh Nenek Samshin (*Dewi yang mengatur kelahiran manusia).”
“Tapi,
bel hitam ini kelihatan lebih cantik,” kata Jin Seon Mi.
“Ah!
Jangan menyentuh yang hitam. Bagaimana bisa yang hitam ada di situ?” Cucu pemilik
toko langsung merebut bel itu dari tangan Jin Seon Mi. Ia kelihatan panik saat
mengetahui barang itu ada dalam barang dagangannya.
“Ah,
lupakan soal barang itu!” kata Jin Seon Mi. Jin Seon Mi ingin daripada cucu
pemilik toko itu memberikan barang itu padanya, lebih baik ia menceritakan
padanya secara detail tentang dokchi.
Bersambung
ke Sinopsis Hwayugi Episode 8 Part 2
Komentar