SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 1 PART 1
Drama
Kera Sakti sekarang dibuat versi modern-nya loh
sama penulis Hong Sisters. Penasaran kan, gimana serunya kera sakti zaman now? Apalagi yang mainnya top
semua. Makin ngode nih drama pengen ditonton sama aku. Eh.
Oke, kita mulai saja cerita Kera Sakti yang
telah ditulis kembali oleh Hong Sisters ini.
Semua Gambar dan Konten dalam Sinopsis Hwayugi Episode 1 - Terakhir Bersumber dari tvN
Story by Hong Sisters
Sebuah berita mengenai kebakaran hutan di bagian selatan Provinsi Gangwon yang telah menyebabkan kerusakan parah selama dua hari disiarkan di TV. Api telah membakar sepanjang daerah pegunungan. Adanya angin utara yang kuat telah menyulut api lebih cepat, sehingga para pemadam kebakaran kesulitan memadamkan api. Woo Ma Wang (Cha Seung Won) tengah menyaksikan berita tersebut di rumahnya yang mewah.
Pagi itu, Jin Seon Mi (Kal So Won) seorang siswi sekolah dasar sambil menenteng tas jinjing dan payung kuning masuk ke kelas dengan disambut olok-olokan temannya.
“Oh, itu Jin Seon Mi! Dia hantu! Dia hantu!” semua teman-temannya mengoloknya dan menyebutnya hantu. Jin Seon Mi hanya diam saja tak menanggapi olokan teman-temannya.
Bel
masuk berbunyi. Jin Seon Mi duduk di bangkunya. Ia menemukan coretan-coretan
teman-temannya di atas meja miliknya yang mengolok-ngoloknya. “Jin Seon Mi,
enyah kau! Sekolah ini untuk manusia. Pergi ke sekolah hantu sana!” begitulah
isi coretan di atas bangku Jin Seon Mi.
Lagi-lagi Jin Seon Mi tak terlalu mempedulikannya. Ia segera mengambil buku pelajarannya dan menutupi coretan-coretan tersebut dengan buku pelajarannya itu.
Lagi-lagi Jin Seon Mi tak terlalu mempedulikannya. Ia segera mengambil buku pelajarannya dan menutupi coretan-coretan tersebut dengan buku pelajarannya itu.
Bu Guru masuk ke dalam kelas saat anak-anak masih belum kondusif dan sibuk dengan urusan mereka sendiri di bangkunya masing-masing. Hanya Jin Seon Mi yang memperhatikan Bu Guru masuk ke kelas.
“Selamat pagi!” Bu Guru mengawali pembelajaran dengan meminta anak-anak untuk memberi salam terlebih dahulu sambil berdiri. Namun, anak-anak tak melakukannya. Hanya Jin Seon Mi yang berdiri seorang diri.
Semua teman-temannya terheran-heran kenapa Jin Seon Mi tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya.
“Apa yang dia lakukan? Apa dia sudah gila?” seru teman-temannya. Jin Seon Mi melihat ke arah teman-temannya.
“Benar.
Hanya kau satu-satunya siswa yang bisa mendengarku. Kau siswa yang baik!” kata
Bu Guru pada Jin Seon Mi. Tiba-tiba wajah Bu Guru berubah menjadi menakutkan.
Hantu.
Bu Guru hantu mendekati Jin Seon Mi. “Pergi!” teriak Jin Seon Mi. Ia yang ketakutan segera membuka payung kuning miliknya yang merupakan jimatnya untuk mengusir hantu. Sementara teman-temannya yang lain berhamburan keluar kelas, karena ketakutan melihat tingkah aneh Jin Seon Mi.
Bu Guru hantu mendekati Jin Seon Mi. “Pergi!” teriak Jin Seon Mi. Ia yang ketakutan segera membuka payung kuning miliknya yang merupakan jimatnya untuk mengusir hantu. Sementara teman-temannya yang lain berhamburan keluar kelas, karena ketakutan melihat tingkah aneh Jin Seon Mi.
Bu Guru yang asli datang ke kelas dan menanyakan apa yang terjadi. Sementara Jin Seon Mi hanya terduduk ketakutan sambil bersembunyi di balik payung kuningnya. Ia bahkan tak mempedulikan pertanyaan Bu Guru yang menanyakan apakah ia baik-baik saja. Ia hanya bisa berkata dengan lirih, “Pergi!”
Sepulang sekolah Bu Guru hantu masih mengganggu Jin Seon Mi. Bu Guru hantu terus-terusan meminta Jin Seon Mi untuk belajar dengannya. Jin Seon Mi menolak.
“Seorang
pelajar harus belajar! Kau murid yang bandel. Kau harus dihukum!” Bu Guru hantu
marah mendengar penolakan Jin Seon Mi.
Jin Seon Mi segera membuka payung kuningnya untuk mengusir Bu Guru hantu, namun ia kalah cepat dengan Bu Guru hantu yang buru-buru menahan payungnya.
Jin Seon Mi segera membuka payung kuningnya untuk mengusir Bu Guru hantu, namun ia kalah cepat dengan Bu Guru hantu yang buru-buru menahan payungnya.
Saat itu, Woo Ma Wang datang menolong Jin Seon Mi. Dengan payung bergagang kepala kerbau yang dihentakkan ke tanah, ia berhasil membuat Bu Guru hantu terlempar ke udara hingga berubah menjadi asap dan menghilang. Jin Seon Mi melihat ke arah Woo Ma Wang.
“Apa ahjussi yang mengusirnya?” tanya Jin
Seon Mi. Woo Ma Wang mengiyakan. “Bagaimana caranya?” Jin Seon Mi
terheran-heran.
Woo Mang Wang memperlihatkan payung ajaibnya
dan menghentakkan payungnya ke tanah. Dedaunan yang berserakan di tanahpun seketika
berhamburan terbang begitu payung dihentakkan. Jin Seon Mi takjub. Iapun meniru
Woo Ma Wang dengan menghentakkan payung miliknya ke tanah.
“Punyaku tidak bekerja,” Jin Seon Mi kecewa.
“Sayang sekali. Punyaku bisa bekerja,” kata Woo Ma Wang.
Jin Seon Mi menanyakan apakah Woo Ma Wang juga
bukan manusia. Woo Ma Wang merasa Jin Seon Mi tidak takut padanya meskipun Jin
Seon Mi tahu kalau ia bukan manusia biasa. Woo Ma Wang meminta Jin Seon Mi
menganggapnya sebagai peri. Jin Seon Mi membenarkan kalau ia tidak takut pada Woo
Ma Wang, tapi ia takut pada hantu yang tadi. Woo Ma Wang tersenyum
mendengarnya.
“Kau memang bisa melihat apa yang tidak bisa dilihat manusia biasa. Kau tahu? aku sedang mencari orang istimewa seperti dirimu. Kau lulus!” kata Woo Ma Wang sambil menjentikkan jarinya.
Jin Seon Mi bertanya kenapa Woo Ma Wang mencari
orang seperti dirinya. Woo Ma Wang menjelaskan kalau ia perlu bantuan Jin Seon
Mi. Jin Seon Mi memberikan syarat kalau ia bisa membantu Woo Ma Wang, ia minta
mereka saling bertukar payung. Woo Ma Wang setuju dengannya.
Woo Ma Wang membawa Jin Seon Mi ke sebuah terowongan. Ia menjelaskan pada Jin Seon Mi kalau ia menapaki jalan ini, ia akan menemukan sebuah rumah kecil. Saat masuk ke rumah itu, ia hanya perlu mengambil barang yang Woo Ma Wang butuhkan, yaitu kipas dengan nama cantik, Putri Kipas Besi.
Woo Ma
Wang mengatakan kalau ia membutuhkan kipas itu untuk memadamkan api yang
membakar pegunungan di bagian selatan Gangwon. Woo Ma Wang kembali mengingatkan, jika Jin Seon Mi bisa membawakannya kipas itu, ia akan menukar payungnya
dengan payung milik Jin Seon Mi.
“Kalau
begitu, tunggu aku!” jawab Jin Seon Mi dengan pede-nya sambil menyodorkan
payung miliknya, ngode minta Woo Ma
Wang mengaitkan payungnya ke tas gendongnya. Woo Ma Wang mengerti, iapun
membantu Jin Seon Mi mengaitkan payung ke tas yang sedang digendong oleh Jin
Seon Mi.
Sebelum
berangkat, Woo Ma Wang menasehati Jin Seon Mi untuk segera keluar setelah
mengambil kipas itu. Apapun yang dilihat dan didengarnya dalam rumah itu, Jin
Seon Mi harus mengabaikannya. Jin Seon Mi mengiyakan ia akan mengingatnya. Iapun berpamitan pergi sambil melambaikan tangan pada Woo Ma Wang. Woo Ma Wang hanya membalasnya
dengan mengangkat payung miliknya sambil tersenyum pada Jin Seon Mi. Tapi,
senyumnya menghilang saat Jin Seon Mi sudah benar-benar pergi.
Jin Seon Mi menelusuri jalan hutan sendirian hingga pada akhirnya ia berhasil menemukan sebuah rumah kecil di dalam hutan. Jin Seon Mi teringat percakapannya dengan Woo Ma Wang sebelum pergi. Jin Seon Mi sempat bertanya pada Woo Ma Wang kenapa Woo Ma Wang tidak mengambilnya sendiri saja, kenapa harus meminta bantuannya. Woo Ma Wang menjawab kalau rumah itu sangat aneh. Rumah itu tidak terlihat oleh manusia, tapi hanya manusia yang bisa memasukinya. Jadi, ia perlu bantuan manusia istimewa seperti Jin Seon Mi.
Jin Seon Mi perlahan memasuki rumah tersebut sesuai perintah Woo Ma Wang, ia naik ke tangga menuju sudut ruangan di lantai atas untuk menemukan kipasnnya dan benar saja kipas itu ada di sana. Jin Seon Mi mengambil kipas itu dan melipatnya dengan hati-hati lalu menyimpannya di balik jaketnya. Ia segera menuruni tangga kembali.
Di
lantai bawah, sekelebat bayangan lewat di samping Jin Seon Mi. Ia menengok ke
arah bayangan itu lewat. Ia melihat ke sekeliling ruangan. Tak ada siapa-siapa,
hanya ada ribuan lilin yang menyala di sana. Jin Seon Mi memandang ke arah lima lilin menyala yang ada di meja tengah.
“Braakk!!” tiba-tiba seseorang menggebrak meja. Jin Seon Mi kaget. Ia mengambil langkah
mundur saat orang itu maju ke arahnya.
“Tadinya aku akan membunuhnya, karena kupikir itu lalat. Tapi, ternyata itu manusia. Hei, nak! Sedang apa kau? Bagaimana kau bisa masuk?” kata si penggebrak meja. Dan si penggebrak meja itu adalah Son O Gong (Lee Seung Gi).
Jin
Seon Mi teringat pesan Woo Ma Wang untuk mengabaikan apa yang dilihat dan
didengarnya di rumah itu. Iapun mencoba berpura-pura tak melihat dan mendengar Son
O Gong dengan berbalik badan hendak pergi dari sana. Son O Gong malah menahan
Jin Seon Mi dengan menarik tasnya dan mengangkat Jin Seon Mi ke udara. Jin Seon
Mi berusaha menyembunyikan ketakutannya dengan terus diam.
“Kau
datang ke rumah orang dengan tangan kosong? Kau tidak membawa buah tangan?
Alkohol misalnya. Ha!” Son O Gong menghela napas sejenak, “Ah, aku sangat
ingin minum alkohol, bahkan ada cemilan enak di sini."
Son O Gong kemudian sadar kalau tak ada alasan bagi anak manusia untuk melihat dan mendengarnya. Iapun melepaskan Jin Seon Mi dari cengkraman tangannya.
Son O Gong kemudian sadar kalau tak ada alasan bagi anak manusia untuk melihat dan mendengarnya. Iapun melepaskan Jin Seon Mi dari cengkraman tangannya.
Jin
Seon Mi segera pergi dari tempat itu sebelum Son O Gong sadar ia bisa melihat
dan mendengarnya. Namun, baru saja Jin Seon Mi melangkahkan kakinya beberapa
langkah, Son O Gong dengan sengaja membuat payung Jin Seon Mi terjatuh.
“Hei,
payungmu jatuh!” seru Son O Gong. Jin Seon Mi berbalik dan mengambil payung
itu.
“Kau
bisa mendengarku?” tanya Son O Gong kemudian.
Jin
Seon Mi terdiam berhenti melangkah. Son O Gong tersenyum kecut. Ia menepuk
pundak Jin Seon Mi, ”Jadi kau bisa mendengarku? Kenapa kau datang ke sini?”
Son O
Gong memeriksa jaket Jin Seon Mi. Ia melihat ada kipas terselip di balik jaketnya.
Son O Gong bertanya, kenapa Jin Seon Mi mengambil kipas itu. Jin Seon Mi
menjelaskan kalau ia mendapat permintaan dari seorang paman peri untuk
mengambil kipas itu.
“Peri?
Apa dia seorang pria bertubuh tinggi dan memiliki kumis? Orang itu mengaku
peri?” tanya Son O Gong.
Jin Seon Mi heran mengapa Son O Gong bisa mengenal paman peri itu. Tentu saja Son O Gong mengenalnya, tapi ia malah heran kenapa gadis kecil seperti Jin Seon Mi bisa menjadi pesuruhnya. Jin Seon Mi menolak disebut sebagai pesuruh, karena ia dan paman peri telah membuat kesepakatan.
Jin Seon Mi heran mengapa Son O Gong bisa mengenal paman peri itu. Tentu saja Son O Gong mengenalnya, tapi ia malah heran kenapa gadis kecil seperti Jin Seon Mi bisa menjadi pesuruhnya. Jin Seon Mi menolak disebut sebagai pesuruh, karena ia dan paman peri telah membuat kesepakatan.
Son O Gong menanyakan apakah Jin Seon Mi juga sudah membuat kontraknya. Jin Seon Mi bingung
dan malah bertanya kembali tentang kontrak yang dimaksud Son O Gong. Son O Gong
menjelaskan kalau Jin Seon Mi sedang dalam masalah besar. Jin Seon Mi tidak
akan tahu apa yang akan terjadi padanya begitu ia keluar dari rumah ini.
Sesuatu yang menakutkan akan menyerangnya.
Son O
Gong menawarkan diri untuk pergi keluar bersama-sama agar ia bisa
melindungi Jin Seon Mi. Son O Gong beralasan ia akan berganti baju sebelum keluar rumah.
Sementara ia meminta Jin Seon Mi untuk mematikan lilin-lilin yang menyala
sebelum mereka pergi. Jin Seon Mi yang polos mengiyakan begitu saja. Son O Gong
melirik ke arah Jin Seon Mi yang hendak mematikan lilin. Ia terus memperhatikan
Jin Seon Mi dengan tatapan pengharapan, "Cepat matikan! Cepat matikan!"
Melihat
Son O Gong yang terus-terusan melihat ke arahnya, Jin Seon Mi curiga Son O Gong
ada udang dibalik batu dengan menyuruhnya mematikan lilin. Jin Seon Mi menyuruh
Son O Gong untuk mematikan sendiri lilinnya. “Kau saja!” kata Son O Gong.
“Kau
tidak bisa, kan? Hanya aku yang bisa, kan? Sekarang kau sedang meminta
bantuanku, kan?”
Akhirnya
Son O Gong mengakui kalau ia memang sedang meminta bantuan Jin Seon Mi untuk
mematikan lilin itu agar ia bisa keluar dari rumah itu. Lima lilin yang ada di
meja itu adalah Gunung Marmer. Energi dari sana telah menahan Son O Gong.
Son O Gong kemudian memperlihatkan gambar belenggu yang ada di kaki, tangan, dan lehernya. Son O Gong ingin membuat kesepakatan dengan Jin Seon Mi, jika Jin Seon Mi berhasil membebaskannya, ia akan melindungi Jin Seon Mi kapanpun dan dimanapun ia berada.
Son O Gong kemudian memperlihatkan gambar belenggu yang ada di kaki, tangan, dan lehernya. Son O Gong ingin membuat kesepakatan dengan Jin Seon Mi, jika Jin Seon Mi berhasil membebaskannya, ia akan melindungi Jin Seon Mi kapanpun dan dimanapun ia berada.
“Bagaimana dengan kontraknya?” tanya Jin Seon
Mi.
“Kau pintar juga meski masih kecil, ya.
Baiklah apa syaratnya?”
“Tolong lindungi aku! Aku bertemu dengan
banyak monster yang menakutkan."
“Kau bertemu dengan iblis? Hidup memang
sulit, bukan?” Jin Seon Mi mengangguk mengiyakan.
“Siapa namamu?” tanya Son O Gong kemudian.
“Jin Seon Mi."
Son O
Gong selanjutnya memperkenalkan diri sebagai Dewa Agung, titisan surga, Son O
Gong. Jika Jin Seon Mi memanggil namanya saat dalam masalah, takut, dan bahaya,
ia akan datang melindunginya. Dan begitulah Son O Gong dan Jin Seon Mi membuat
kesepakatan kontrak.
Jin
Seon Mi berhasil mematikan kelima lilin gunung marmer. Satu per satu belenggu
yang ada di kaki, tangan, dan leher Son O Gong menghilang begitu satu lilin dimatikan. Son
O Gongpun terbebas dari belenggu. Rumah yang mereka tempati perlahan menghilang
dan berganti menjadi padang rumput.
“Aku bebas! Aku bebas! Aku bebaaasss!” Son O
Gong berteriak kegirangan.
“Rumahnya menghilang!” seru Jin Seon Mi.
“Benar. Penjara yang mengurungku sudah
hilang. Kerja bagus, Jin Seon Mi! Aku harus segera minum alkohol terlebih
dahulu. Aku ingin minum denganmu, tapi kau pasti akan menolak, kan? Kalau
begitu aku pergi dulu,” kata Son O Gong terburu-buru sambil pergi.
Jin Seon Mi menahan tangan Son O Gong, “Kau mau
kemana? Kau harus di sini melindungiku mulai sekarang."
“Benar. Kita sudah membuat kontrak, ya?”
“Bawa aku ke tempat aman lebih dulu. Aku
tinggal dengan nenekku. Aku akan mengenalkanmu padanya,” pinta Jin Seon Mi.
Son O Gong melepas tangan Jin Seon Mi yang
sedang menggenggamnya. Ia meminta waktu sejenak untuk berpikir pada Jin Seon Mi.
“Kau tidak mau pergi denganku?”
“Jin Seon Mi, kau terlihat sangat pintar. Kau
pasti tahu apa itu penjara. Orang macam apa yang terkurung di sana?”
“Orang jahat,”
jawab Jin Seon Mi polos.
Son O
Gong menanyakan bagaimana dengan dirinya yang juga terkurung di penjara. Son O
Gong mengenalkan dirinya sebagai orang yang sangat sangat jahat. Jin Seon Mi
bertanya kalau Son O Gong orang jahat, berarti Son O Gong tidak akan menuruti
kontraknya.
Son O Gong mencoba menjelaskan meski
ia sendiri tidak suka, ia tidak bisa memutuskan kontrak dengan Jin Seon Mi yang merupakan seorang manusia begitu saja.
Menurut kontrak saat Jin Seon Mi memanggil namanya, ia harus melindungi Jin Seon Mi, jadi selama Jin Seon Mi tidak memanggil namanya ia tidak akan melindungi Jin Seon Mi. Dan dasar Son O Gong licik, demi lepas dari kontraknya dengan Jin Seon Mi ia malah membuat Jin Seon Mi lupa dengan namanya dengan mengambil ingatan Jin Seon Mi tentang namanya.
Menurut kontrak saat Jin Seon Mi memanggil namanya, ia harus melindungi Jin Seon Mi, jadi selama Jin Seon Mi tidak memanggil namanya ia tidak akan melindungi Jin Seon Mi. Dan dasar Son O Gong licik, demi lepas dari kontraknya dengan Jin Seon Mi ia malah membuat Jin Seon Mi lupa dengan namanya dengan mengambil ingatan Jin Seon Mi tentang namanya.
“Jin Seon Mi, apa kau ingat namaku?”
“Tentu saja. Nama peri... namamu... namamu siapa, ya?” Jin
Seon Mi mendadak lupa dengan nama Son O Gong.
“Kau tidak akan ingat, karena aku sudah
mengeluarkannya,” kata Son O Gong sambil meniup ingatan Jin Seon Mi ke udara. Jin
Seon Mi berusaha menggapainya namun tak berhasil. Son O Gong tertawa menang.
“Dasar orang jahat!” Seru Jin Seon Mi.
“Benar aku adalah orang jahat. Dan kau mungkin akan
mendapat hukuman juga, karena telah membebaskan penjahat ini."
“Hukuman
apa?”
Son O
Gong meminta Jin Seon Mi untuk tidak terlalu takut menerima hukuman itu dan
semoga ia bisa tetap bertahan hidup. Son O Gong mengambil kipas putri besi dalam
jaket Jin Seon Mi sambil berlalu. Jin Seon Mi menahannya untuk tidak pergi. Son
O Gong berkata kapanpun Jin Seon Mi memanggil namanya, ia akan datang dan
melindunginya. Tapi, tentu Jin Seon Mi tidak akan mengingat namanya.
Son O Gong menegaskan kalau ia bukanlah seorang peri, “Aku adalah... ah, pokoknya, selamat tinggal!” Son O Gong tertawa puas sambil pergi seperti gulungan angin topan dan menghilang di balik pegunungan Gangwon yang sedang terbakar. Kebakaran yang terjadi di pegunungan itupun seketika padam. Sementara itu, Jin Seon Mi masih berdiri di tempatnya sambil berusaha mengingat nama peri yang berjanji akan melindunginya itu.
Son O Gong menegaskan kalau ia bukanlah seorang peri, “Aku adalah... ah, pokoknya, selamat tinggal!” Son O Gong tertawa puas sambil pergi seperti gulungan angin topan dan menghilang di balik pegunungan Gangwon yang sedang terbakar. Kebakaran yang terjadi di pegunungan itupun seketika padam. Sementara itu, Jin Seon Mi masih berdiri di tempatnya sambil berusaha mengingat nama peri yang berjanji akan melindunginya itu.
Seorang
lelaki bernama Lee Han Ju (Kim Sung Oh) memperkenalkan diri kepada sepasang
suami istri sebagai perwakilan dari Hanbit
Real Estate yang akan menyewa gedung milik suami istri itu. Lee Han Ju mengatakan bahwa sebentar lagi CEO-nya akan datang. Lee Han Ju menjelaskan
mengenai keinginan CEO-nya yang katanya setelah melihat sekeliling gedung, jika
tidak ada masalah ia akan segera menandatangani kontraknya.
Si
istri menanyakan tentang rumor CEO Hanbit Real Estate yang masih muda, tapi
kenapa dia sangat kaya. Lee Han Ju berkata kalau ia sendiri tidak terlalu tahu
dengan kehidupan pribadi CEO-nya itu, tapi dia cukup terkenal dalam industri real estate. Si Suami memuji CEO-nya
pasti memiliki banyak keahlian. Lee Han Ju sejenak berpikir, “Keahlian, ya? Perasaan!
Perasaannya bukan main.”
Si istri kemudian menanyakan siapa nama CEO-nya.
Si istri kemudian menanyakan siapa nama CEO-nya.
“Namanya
sangat cantik...” jawab Lee Han Ju tidak sempat menyelesaikan omongannya,
karena CEO-nya tiba-tiba datang ke ruangan dengan payung kuningnya di
tangannya.
Lee Han
Ju kemudian memperkenalkan CEO-nya, Jin Seon Mi (Oh Yeon Seo) pada suami istri
itu. Jin Seon Mi mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Saat
suami istri membungkuk untuk menyapa Jin Seon Mi, ia malah membuka payungnya ke
arah suami istri itu, membuat semua orang terkejut dengan tingkahnya.
“Lee Han Ju, ada berapa orang di sini?” tanya
Jin Seon Mi.
“O.. orang? Ada li... ma... elang,” jawab Lee
Han Ju bingung sambil mengepakkan tangannya menyerupai burung elang.
Jin
Seon Mi mulai menghitung jumlah kaki yang dilihatnya melalui bagian bawah
payungnya. Satu, dua, tiga, empat, lima. Enam? Jin Seon Mi terkejut ternyata
ada enam pasang kaki di ruangan itu. “Ada satu lagi?” tanya Jin Seon Mi. Lee
Han Ju berbisik menanyakan apa itu.
“Aku
mengerti alasan mengapa mereka memasang harga tempat ini dengan sangat murah
untuk penjualan yang mendesak. Pasti banyak hal buruk yang terjadi di sini,
kan?” tanya Jin Seon Mi kemudian.
Si
istri membela diri bahwa beberapa rumor buruk pasti telah menyebar, tapi tidak
ada yang aneh dengan bangunannya. Jin Seon Mi menutup payungnya. Ia kemudian
berkata kalau ia akan menandatangani kontraknya.
Sementara
Lee Han Ju sedang mengurus surat kontrak penyewaan bangunan, Jin Seon Mi
melihat-lihat seisi ruangan dan memandang tajam ke arah sebuah lemari di
ruangan tersebut. Setelah penandatangan kontrak selesai, Lee Han Ju mengajak
Jin Seon Mi pulang, namun ia malah meminta Lee Han Ju untuk pulang duluan.
Suami istri itu bergumam sambil pergi meninggalkan ruangan kalau Jin Seon Mi
sangat aneh.
Lee Han
Ju meminta izin pada Jin Seon Mi kalau ia akan membeli kopi terlebih dulu di
bawah. Jin Seon Mi tidak menjawab, ia masih fokus menatap tajam lemari. Lee Han
Ju merasa tingkah CEO-nya sangat aneh.
Kini
Jin Seon Mi sendirian di dalam ruangan itu masih menatap lemari itu. Ia
terkejut saat sebuah asap hitam keluar dari lemari itu. Sebuah tangan muncul
dari dalam kepulan asap itu dan perlahan mulai menunjukkan siapa pemilik tangan itu. Hantu.
Jin Seon Mi segera membuka payungnya menghalau hantu yang perlahan-lahan merangkak
ke arahnya.
Mendengar
ucapan Jin Seon Mi, hantu itupun berdiri menepis payung Jin Seon Mi hingga
terlempar. Si hantu memperlihatkan wajahnya yang menakutkan. Jin Seon Mi masih
belum menyerah ia masih punya jimat lainnya. Kacang merah. Ia melemparkan
kacang merah itu ke arah hantu. Si hantu berteriak kesakitan terkena lemparan
kacang. Jin Seon Mi berhasil mengalahkan si hantu.
Jin
Seon Mi dan hantu mulai akrab. Jin Seon Mi bahkan mengikatkan rambut si hantu.
”Lihat! sekarang kau terlihat tidak menakutkan lagi. Rambutmu jauh lebih baik
diikat seperti itu."
Si hantu memegang rambutnya. Ia tersenyum senang.
Si hantu memegang rambutnya. Ia tersenyum senang.
Jin
Seon Mi menanyakan pada si hantu apakah ia mati saat kehilangan berat badan 20 kg
untuk audisi. Si hantu mengangguk. Jin Seon Mi kemudian menawarkan makanan pada
si hantu dan menyuapinya. Si hantu memakannya dengan lahap. Jin Seon Mi juga
menawarkan permen pada si hantu. Jin Seon Mi
meminta si hantu untuk bernyanyi ia akan mendengarkannya.
Lee Han
Ju yang sedang mengintip di balik pintu melihat Jin Seon Mi seperti sedang
ngobrol sendirian. Lee Han Ju merasa tingkah Jin Seon Mi ini sangat
menyeramkan. Sangat sulit untuk bertahan hidup. Ia bertekad jika tabungannya
sudah banyak, ia akan berhenti bekerja dengan Jin Seon Mi.
Jin
Seon Mi bertanya pada si hantu apa ia punya kenalan seorang peri. Si hantu
menggeleng. Jin Seon Mi bercerita kalau ia dulu pernah membuat kontrak dengan
seorang peri jahat, tapi bahkan saat ini ia sudah lupa dengan wajahnya.
Sekarang, apa yang terjadi saat itu terasa seperti sebuah mimpi.
Di
sebuah acara audisi Superstar di mana Woo Ma Wang menjadi salah satu jurinya,
seorang gadis tengah bernyanyi mengikuti audisi. Woo Ma Wang tampak menikmati
nyanyian si gadis, tapi tidak dengan dua juri di sampingnya.
Juri Kim Hyeong Seok merasa penampilan si gadis agak kurang, sehingga juri Kim Hyeong Seok memberinya tanda X, gagal. Penonton berteriak kecewa.
Juri Kim Hyeong Seok merasa penampilan si gadis agak kurang, sehingga juri Kim Hyeong Seok memberinya tanda X, gagal. Penonton berteriak kecewa.
Sementara
itu, Juri Kim Yeon Woo penasaran kenapa si gadis tidak merasa sedih padahal
lagu yang dinyanyikannya lagu sedih, “Aku tidak bisa merasakan emosimu, aku
tidak mengantisipasi penampilanmu berikutnya."
Juri Kim Yeon Woo pun memberikan tanda X. Penonton kembali merasa kecewa.
Juri Kim Yeon Woo pun memberikan tanda X. Penonton kembali merasa kecewa.
Kini
giliran Woo Ma Wang atau namanya sekarang dikenal oleh manusia sebagai Woo Hwi
untuk memberikan keputusan. Woo Ma Wang bertanya sambil mendekatkan tangan ke
telinganya untuk mendengar jawaban dari si gadis, apa gadis itu merasa sedih.
“Iya.
Aku sangat sedih."
Woo Ma
Wang memukul-mukul meja dengan kepalan tangannya, “Aku tidak mendengar itu.
Katakan lebih keras!"
“Iya.
Aku sangat sedih!” Gadis itu menjawab dengan sedikit lebih keras dari sebelumnya.
Woo Ma Wang memintanya agar berteriak sekeras yang dia bisa, agar semua orang di studio tersentuh mendengarnya.
“Sekali lagi!” teriak Woo Ma Wang sambil berdiri mengacungkan telunjuk tangannya, “One more ...!” (Ampun dah ahjussi satu ini lebay banget, tapi tetep keren)
Woo Ma Wang memintanya agar berteriak sekeras yang dia bisa, agar semua orang di studio tersentuh mendengarnya.
“Sekali lagi!” teriak Woo Ma Wang sambil berdiri mengacungkan telunjuk tangannya, “One more ...!” (Ampun dah ahjussi satu ini lebay banget, tapi tetep keren)
“Aku... sungguh... sangat sedih!" teriak si
gadis.
“Ya...
kesedihanmu membuatku menangis. Kau... lo..los!” kata Woo Ma Wang dengan
ekspresi lebay-nya sampai-sampai membuat kedua juri di sampingnya melongo tak
percaya melihat ke-lebay-an Woo Ma Wang. (Kalau
saya sih pengen ketawa liatnya hahaha)
Si
gadis tersenyum bahagia. Ia tak lupa mengucapkan terima kasih pada Woo Ma Wang.
Semua penonton ikut bersorak senang atas lolosnya audisi si gadis.
Di
ruang tunggu setelah acara audisi
selesai semua orang bertepuk tangan untuk Woo Ma Wang. “WOW! Luar biasa! Kecakapan
memainkan acara Ketua Woo dari Lucifer
Entertainment adalah yang terbaik. Seperti yang sudah diduga, Anda memang
peri rating penonton," puji PD-nim acara Superstar sambil mengangkat dua
jempolnya.
Senyum
di wajah Woo Ma Wang menghilang begitu mendengar kata peri. Ia menatap tajam
PD-nim dan membuatnya ciut nyali. “Aku bukan peri. Aku adalah iblis,” kata Woo
Ma Wang dengan wajah serius. PD-nim semakin menciut.
“Ey,
itu kan komentar di medsos, kalau aku ini iblis pembuat ekspresi berlebihan
hahaha,” Woo Ma Wang kembali memperlihatkan ekspresi berlebihannya.
“Aku bercanda! Aku bercanda!” ujarnya kemudian sambil tertawa. PD-nim dan semua yang di ruangan itu kembali tertawa mendengarnya. PD-nim kemudian segera berpamitan keluar pada Woo Ma Wang, "Sampai jumpa di acara berikutnya," ucapnya.
“Aku bercanda! Aku bercanda!” ujarnya kemudian sambil tertawa. PD-nim dan semua yang di ruangan itu kembali tertawa mendengarnya. PD-nim kemudian segera berpamitan keluar pada Woo Ma Wang, "Sampai jumpa di acara berikutnya," ucapnya.
Saat
PD-nim dan rombongannya keluar, gadis yang tadi ikut audisi dan diloloskan oleh
Woo Ma Wang datang. Gadis itu berterima kasih pada Woo Ma Wang. Woo Ma Wang
bertanya apakah gadis itu sudah tidak merasa sedih lagi sekarang. Gadis itu
berpikir bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang benar dengan mengikuti
audisi setelah makan sereal.
“Kalau begitu keluar dari tubuh gadis itu!” perintah Woo Ma Wang.
Si gadis mengiyakannya. Si gadis tiba-tiba pingsan dan keluarlah hantu yang tadi rambutnya diikatkan oleh Jin Seon Mi.
Si gadis mengiyakannya. Si gadis tiba-tiba pingsan dan keluarlah hantu yang tadi rambutnya diikatkan oleh Jin Seon Mi.
Woo
Ma Wang mendesah begitu melihat wajah si hantu yang menyedihkan. Si hantu
membungkuk memberi salam pada Woo Ma Wang. Ia melambaikan tangan sambil
menangis bahagia karena cita-citanya untuk mengikuti audisi kini terkabul.
Perlahan tubuh si hantu menghilang dari pandangan.
Di Lucifer Entertainment, sekretaris Woo Ma Wang bernama Ma Ji Young (Lee El)
melaporkan peserta audisi yang tadi dirasuki roh sudah sadar pada Woo Ma Wang.
“Hmm..
jika dia sadar telah lolos setelah tidur siang, dia pasti akan merasa hebat,”
kata Woo Ma Wang.
“Anda
memberi kesempatan pada hantu untuk meredakan kebencian dan juga membiarkan
keinginan manusia menjadi kenyataan. Anda sangat menakjubkan!"
Woo Ma
Wang beralasan kalau ia harus melakukan hal itu, karena ia akan menjadi dewa. Ma
Ji Young berkata sangat menyedihkan sekali, tanpa tahu itu semua, orang-orang
membicarakan kalau Woo Ma Wang berusaha menonjol di acara TV dengan meloloskan
peserta yang kurang memiliki kemampuan bagus dalam bernyanyi.
“Siapa yang
mengatakan itu? hah! katakan padaku! Tidak apa-apa. Katakan padaku. Apa pria
gemuk di sebelah kananku atau pria bersuara bagus di sebelah kiriku?”
Ma Ji
Young tidak menjawab. "Keduanya?" Ma Ji Young mengangguk. Woo Ma Wang marah dan menggebrak meja. Ma Ji Young menawarkan diri untuk membunuh kedua orang itu. Woo
Ma Wang menjelaskan kalau ia tidak boleh membunuh manusia saat sedang bekerja
agar bisa menjadi dewa. Ia sudah menunggu 1.000 tahun. Ia akan segera menjadi
dewa dengan mulus, jadi Ma Ji Young tidak boleh membuat masalah apapun.
”Tapi orang
yang tinggal bersamamu terus membuat masalah,” kata Ma Ji Young sambil memperlihatkan
bukti tilang ngebut mobil dengan berplat nomor 99 Doo 5050 milik Woo Ma Wang.
Woo Ma Wang terkejut melihat kecepatan yang digunakan. “190km/jam? orang ini... dia pasti terlalu bersenang-senang,” ujar Woo Ma Wang marah.
Woo Ma Wang terkejut melihat kecepatan yang digunakan. “190km/jam? orang ini... dia pasti terlalu bersenang-senang,” ujar Woo Ma Wang marah.
Dan sekarang
mobil berplat nomor 99 Doo 5050 yang dibicarakan Woo Ma Wang tengah melaju di
jalanan. Mobil itu berhenti di depan pagar sebuah rumah mewah sambil terus
membunyikan klaksonnya. Seorang lelaki dengan mantel bulu tebal di tubuhnya
keluar dari mobil. Dia adalah Son O Gong. (Jadi
sekarang Son O Gong tinggal bareng sama Woo Ma Wang, ya?)
Bersambung ke Sinopsis Hwayugi Episode 1 Part 2
Komentar