SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 1 PART 3
Jin
Seon Mi keluar dari mobilnya mengejar orang yang pernah berjanji akan
melindunginya saat ia masih kecil dulu, namun Jin Seon Mi
tak berhasil menemukan orang itu. Padahal orang yang dicarinya ada di
belakangnya sedang memperhatikannya.
Tiba-tiba seorang anak kecil datang
menghampiri Jin Seon Mi. Ia menuntun Jin Seon Mi menuju ke suatu tempat. Anak kecil itu lalu
menghilang begitu saja saat mereka telah sampai di tempat tujuan. Jin
Seon Mi melihat orang yang sedang dicarinya sedang berdiri di lantai atas tempat ia
berada sekarang. Jin Seon Mi
memberanikan diri untuk menghampirinya.
“Wow, Nak! Oh, kau sudah tua! Kau tidak mati dan mampu bertahan. Aku bangga padamu!”
kata Son O Gong.
“Aku
berusaha bertahan hidup dan tidak mati. Tapi peri tetap tak berubah masih sama
seperti dulu."
“Apa
mungkin, kau masih mencariku?”
“Kau
baru muncul sekarang, Peri.”
“Aku
tidak muncul begitu saja. Aku hanya kebetulan lewat saja."
“Sudah
kuduga. Aku penasaran mengapa orang yang menipuku baru sekarang muncul lagi."
“Aku
tidak punya kesempatan untuk muncul. Kau tidak pernah memanggil namaku."
Jin
Seon Mi jadi teringat kembali bagaimana dulu orang yang ia anggap sebagai peri
membuatnya tak bisa mengingat nama peri itu sendiri.
Son O Gong bertanya pada Jin Seon Mi kenapa dia tidak berusaha mencarinya. Jin Seon Mi beralasan kalau perinya tidak terlalu berharga baginya, jadi ia tidak mencarinya lagi.
Awalnya ia sempat berpikir bahwa Son O Gong sangatlah hebat setelah mengaku-ngaku padanya sebagai peri. Tapi, setelah ia menjadi dewasa ia baru tahu kalau Son O Gong tak lain adalah seorang roh jibang, roh yang terjebak di rumah seperti dulu.
Son O Gong bertanya pada Jin Seon Mi kenapa dia tidak berusaha mencarinya. Jin Seon Mi beralasan kalau perinya tidak terlalu berharga baginya, jadi ia tidak mencarinya lagi.
Awalnya ia sempat berpikir bahwa Son O Gong sangatlah hebat setelah mengaku-ngaku padanya sebagai peri. Tapi, setelah ia menjadi dewasa ia baru tahu kalau Son O Gong tak lain adalah seorang roh jibang, roh yang terjebak di rumah seperti dulu.
“Apa
mungkin namamu roh jibang?” tanya Jin Seon Mi sinis.
“Apa
kau memanggilku sebagai roh jibang dan
roh biasa?” Son O Gong tak terima mendengarnya.
“Apa
bukan? Kalau begitu lupakan saja! Ah, kau bilang hanya kebetulan lewat, kan?
Aku tidak akan menghentikanmu dengan memanggilmu. Jadi silahkan lewat saja!”
Son O Gong merasa heran dengan apa
yang terjadi pada sikap Jin Seon Mi? Ia pernah mendengar kalau manusia akan menjadi
pemarah saat mereka menua. Jin Seon Mi sebagai anak yang meminta bantuannya,
setidaknya dia imut. Jin Seon Mi tua terlihat menyedihkan dengan omelannya.
Son O Gong beranggapan pasti sulit bagi Jin Seon Mi menghadapi dirinya walau ia hanya roh biasa. Ia tak bisa tinggal diam. Ia lalu meminta nomor ponsel Jin Seon Mi agar ia bisa mengirim jimat untuk Jin Seon Mi.
Son O Gong beranggapan pasti sulit bagi Jin Seon Mi menghadapi dirinya walau ia hanya roh biasa. Ia tak bisa tinggal diam. Ia lalu meminta nomor ponsel Jin Seon Mi agar ia bisa mengirim jimat untuk Jin Seon Mi.
“Kau
ingin nomorku? Wow! Lalu, kau mau memberitahuku namamu?”
“Jika
aku memberitahu namaku begitu saja, apa kira-kira itu memang nama asliku?”
“Lalu
jika aku memanggil nama aslimu, kau akan muncul untuk melindungiku, kan?”
“Benar.
Telpon aku jika kau dalam masalah! Tapi, aku tidak bisa menjamin kalau aku akan menjawabnya."
“Mengapa
aku harus menelpon? Kau bilang kau akan datang jika kupanggil namamu."
Son O Gong terkejut mendengarnya.
Son O Gong terkejut mendengarnya.
Jin
Seon Mi melanjutkan perkataannya, “Aku tahu nama aslimu. Aku ingat. Aku sudah
tahu siapa namamu. Kalau begitu, aku permisi dulu. Aku sibuk."
Jin Seon Mi lalu pergi meninggalkan Son O Gong. Son O Gong terdiam tak percaya Jin Seon Mi bisa ingat dengan namanya. Ia kemudian pergi menyusul Jin Seon Mi.
Jin Seon Mi lalu pergi meninggalkan Son O Gong. Son O Gong terdiam tak percaya Jin Seon Mi bisa ingat dengan namanya. Ia kemudian pergi menyusul Jin Seon Mi.
“Hei,
Jin Seon Mi tua! Bagaimana kau bisa berbohong? Bagaimana kau bisa tahu namaku?”
“Aku
baru saja ingat."
“Itu
bukan sesuatu yang bisa kau ingat."
“Kalau
begitu, jangan percaya jika tidak mau!”
Jin
Seon Mi terus saja berjalan sampai Son O Gong menghentikannya.
“Berani-beraninya
kau mencoba menipuku? Jika benar tahu, coba panggil! Kau tidak tahu, kan? Tidak,
kan?”
“Kau
takut, kan? Aku bisa memanggil namamu?”
“Hei!”
Son O Gong berteriak pada Jin Seon Mi. “Kau tau siapa aku? Dengan titik titik titik namaku,
bahkan Dewa Langit akan menggigil. Itulah aku! Jadi, jangan bohong padaku mulai
sekarang! Bilang saja kau tidak tahu!"
“Baiklah,
anggap saja aku tidak tahu!"
“Ugh, dasar! Jika tidak tahu, berarti tidak
tahu. Apa maksudmu, anggap saja aku tidak tahu?" Son O Gong semakin kesal
pada Jin Seon Mi.
“Aku
tidak akan memanggilmu. Jadi, anggap saja aku tidak tahu! Sampai kapanpun aku
tidak akan memanggilmu. Bukan karena aku tidak bisa. Aku harus menua dengan
baik. Aku mengetahui semuanya sendiri dan menjalani hidup yang baik dengan melindungi
diri sendiri. Saat melakukan itu, aku tidak perlu memanggil peri untuk
melindungiku."
“Kau
tidak memerlukannya? Kurasa kau tumbuh dengan baik. Baiklah. Aku akan melanjutkan
perjalananku. Aku akan memberi saran bagus. Menualah dengan pelan-pelan!” kata
Son O Gong sambil berlalu meninggalkan Jin Seon Mi yang sedang berusaha menahan
air mata sedihnya.
Woo
Ma Wang datang ke kantor Jin Seon Mi untuk menemui Jin Seon Mi. Lee Han Ju menyambutnya dengan antusias dan mengenali Woo Ma Wang sebagai juri
acara pencarian bakat yang selalu mengatakan, “Kau lolos!”
“Wow...
Anda sangat keren (setuju)!” puji Lee Han Ju.
Woo
Ma Wang hanya tertawa mendengar pujian Lee Han Ju. Ia kembali menanyakan apakah
Jin Seon Mi ada di kantor. Lee Han Ju mengatakan Jin Seon Mi sedang tidak di kantor
dan mempersilahkannya menunggu di ruangan Jin Seon Mi, sementara ia akan
membuatkan kopi untuk Woo Ma Wang.
“Wow,
Anda punya wajah yang mungil!” Lee Han Joo masih saja mengagumi dan
memandangi Woo Ma Wang. Ia bahkan sampai
menelepon teman-temannya dan memberitahukan kalau ia baru saja bertemu
seseorang. Ia memberikan clue siapa
orang itu, “Kau lolos!” Lee Han Ju menirukan gaya Woo Ma Wang saat mengatakan,
“Kau lolos!”
Woo
Ma Wang masuk ke ruangan Jin Seon Mi dan mengamati sekelilingnya. Dia mengambil
kartu nama Jin Seon Mi dari meja. Ia lalu mengambil foto Jin Seon Mi kecil dan
neneknya di meja dan mengamati foto itu.
“Benar.
Ini memang dia!” Woo Ma Wang jadi ingat
kembali saat pertama ia bertemu dengan Jin Seon Mi kecil.
Woo
Ma Wang melihat lisensi Jin Seon Mi sebagai CEO perusahaan real estate
tergantung di dinding. Woo Ma Wang memuji Jin Seon Mi yang telah berhasil
menjadi CEO perusahaan real estate. Ia berpikir meskipun Jin Seon Mi adalah Sam
Jang, ternyata Jin Seon Mi hidup seperti biasa.
Woo
Ma Wang kemudian mengamati sebuah brankas dengan kacamata yang bisa melihat isi
brankas itu. Wow, lihat ini! Dia menghasilkan banyak uang dengan kemampuan Sam
Jang. Berapa banyak bongkahan emasnya? Woo Ma Wang merasa takjub dengan
kekayaannya Jin Seon Mi.
Woo
Ma Wang secara tidak sengaja tersandung
sandal pororo Jin Seon Mi. Ia lalu mengambilnya. Dia melihat sandal itu sudah
jelek. “Jika dia kaya, seharusnya ia beli sandal yang lebih baik. Apa ini? Dia kan
bukan pengemis,” komentar Woo Ma Wang.
Woo
Ma Wang tiba-tiba mengendus-endus sendal itu. Ia penasaran apakah sandal itu
juga memiliki bau Sam Jang.
“Apa
ini bau Sam Jang? Kudengar Sam Jang berbau bunga teratai. Astaga. Hanya bau busuk?
Tidak! apa ini bau bunga teratai? Ah, apa ini... ugh!” Woo Ma Wang semakin
mendekatkan hidungnya pada sandal Jin Seon Mi bahkan sampai mengipasi sandal
itu agar baunya sampai ke hidungnya.
“Ah, bunga teratai. Bukan? Bunga teratai. kudengar
baunya enak. Apa ini bunga teratai?” Woo Ma Wang tak sengaja melihat bayangan dirinya
di kaca yang sedang mengendus-endus sandal Jin Seon Mi. Ia kaget sendiri dengan tingkahnya. Ia buru-buru menurunkan sendal Jin
Seon Mi. Ia mengomeli dirinya sendiri yang sudah bersikap bodoh dengan menciumi
sandal.
Woo Ma Wang lalu melemparkan sandal itu, namun kemudian dengan cepat menangkapnya
kembali. Ia kembali menciumi sandal itu dengan lebih ganas dari sebelumnya. Woo
Ma Wang berulang kali mencium sandal itu dan menikmati baunya dengan ekspresi
mupeng-nya yang lebay. Ia bahkan sampai menempel-nempelkan sandal itu ke
seluruh tubuhnya agar bau sandal itu menyebar di tubuhnya. “Ah, aku ingin
menempelkannya di hidungku! Plester! Plester!” Woo Ma Wang jadi gaje sendiri. (ngakak pisan liat ahjussi satu ini dah)
Tanpa
sepengetahuannya Lee Han Ju datang membawakan kopi. Woo Ma Wang berbalik, wajahnya berubah menjadi malu, namun ia buru-buru kembali memasang wajah cool-nya.
(backsound sapi terdengar lagi, mooo...
hahaha)
Woo Ma Wang dan Lee Han Ju sama-sama terkejut. Woo Ma Wang yang terlanjur malu di hadapan Lee Han Ju karena telah mengendus-endus sandal Jin Seon Mi, segera melemparkan sandal itu sembarangan dan pamit pergi dengan penuh wibawa. Lee Han Ju yang juga terkejut melihat tingkah aneh Woo Ma Wang sampai menjatuhkan kopinya dan melongo tak percaya dengan tingkah aneh Woo Ma Wang.
Woo Ma Wang dan Lee Han Ju sama-sama terkejut. Woo Ma Wang yang terlanjur malu di hadapan Lee Han Ju karena telah mengendus-endus sandal Jin Seon Mi, segera melemparkan sandal itu sembarangan dan pamit pergi dengan penuh wibawa. Lee Han Ju yang juga terkejut melihat tingkah aneh Woo Ma Wang sampai menjatuhkan kopinya dan melongo tak percaya dengan tingkah aneh Woo Ma Wang.
Woo
Ma Wang masih tetap mempertahankan sikap wibawanya sampai ia keluar kantor,
namun kemudian ia merasa malu sendiri dengan tingkahnya tadi di dalam. “Sangat
memalukan!” ucap Woo Ma Wang berulang kali. Ia buru-buru masuk ke mobil saking
malunya.
Di
dalam mobil, Ma Ji Young menanyakan apakah Woo Ma Wang berhasil bertemu dengan
Sam Jang.
“Tidak,
aku tidak bertemu dengannya. Aku sangat malu di depan karyawan kantornya. Bagaimanapun
juga, aku yakin karyawan itu mengenal wajahku. Bagaimana jika dia mempostingnya
di medsos?”
“Haruskah
aku membunuhnya?” tanya Ma Ji Young.
“Iya,
bunuh dia!” perintah Woo Ma Wang tanpa berpikir.
“Eh,
Lupakan!” Woo Ma Wang meralatnya. “Sekarang
kita sudah tahu di mana keberadaan Sam Jang. Ayo kembali sekarang. Ayo
kembali!”
Ma
Ji Young segera menuruti perintah Woo Ma
Wang. Sementara itu, Woo Ma Wang melihat kembali kartu nama Jin Seon Mi yang ia
bawa dari kantor Jin Seon Mi tadi.
Jin
Seon Mi akan menyebarang jalan tapi sebuah mobil berhenti tepat di depannya.
Pengemudi mobil itu turun. Dia adalah pria yang tadi dimaki-maki oleh Jin Seon
Mi di jalanan.
“Hei,
berhenti di situ! Aku menangkapmu. Kau wanita itu, kan? Wanita gila br*ngsek
yang memakiku. Akhirnya aku menemukanmu. Aku menangkapmu!” seru pengemudi itu.
Pria
itu sangat marah dan akan menyerang Jin Seon Mi. Jin Seon Mi bersiap akan menghalaunya
dengan payung. Tapi pengemudi itu tidak
bisa menjangkau Jin Seon Mi. Tangannya tiba-tiba kram, lalu bergerak-gerak di
luar kendali memukul-mukul kepalanya sendiri. Pengemudi dan Jin Seon Mi jadi
bingung dengan apa yang terjadi. Rupanya itu semua terjadi, karena ulah Son O Gong yang
berada tak jauh dari tempat mereka. Son O Gong mengendalikan tangan pengemudi
itu dengan membuat pengemudi itu mengikuti gerakan tangan yang Son O Gong
lakukan. (haha cie yang diam-diam jadi pelindung)
“Hei,
berhati-hatilah! Jika kita bertemu lagi, tamat riwayatmu!” pengemudi itu segera
pergi ketakutan dengan masih memukul-mukul kepalanya.
Son
O Gong berjalan mendekati Jin Seon Mi.
“Karena
kau bilang kau tidak membutuhkanku, kupikir kau jago bertarung tapi hanya payungmu
itu yang jadi andalanmu."
“Ponselku
ada di sini dan ada CCTV juga di sini. Ini bisa melindungiku dengan baik,” kata
Jin Seon Mi.
“Baiklah.
Meskipun tidak mungkin, katakan saja kau ingat namaku. Lalu kenapa kau tidak memanggilku?”
“Yang
melarikan diri itu siapa, ya? Mengapa kau sendiri yang marah karena aku tidak memanggilmu?”
“Setelah
mendengar aku tidak dibutuhkan, aku tersinggung. Seolah-olah kau sedang meremehkanku.
Aku harus periksa. Panggil aku. Siapa namaku?” Son O Gong mendekatkan
tangannya ke telinganya bersiap mendengar Jin Seon Mi memanggil namanya.
“Baik.
Aku akan memanggil namamu. Peri, namamu... Namamu adalah...” belum sempat Jin
Seon Mi melanjutkan perkataannya, ponselnya berbunyi dan ia menerima panggilan
itu.
“Ya,
Han Joo. Maaf aku tidak bisa menjawab teleponmu. Aku bertemu seseorang di jalan."
Son
O Gong tersinggung karena diabaikan Jin Seon Mi hanya gara-gara sebuah
panggilan telepon. Ia minta Jin Seon Mi cepat bicara dan menutup teleponnya. “Kau
tidak lihat orang yang sedang bicara denganmu?” Son O Gong terus menganggu
pembicaraan Jin Seon Mi di telepon.
“Orang
yang kutemui ini tidak begitu penting. Aku akan segera ke sana,” kata Jin Seon
Mi pada Lee Han Ju lalu menutup teleponnya.
“Orang tidak penting ini telah
menunggu lama saat tersinggung. Trik apa yang ingin kau mainkan sekarang?” protes Son O
Gong.
“Trik
untuk membuatmu waspada. Aku yakin kau merasa sangat nyaman karena aku tidak
bisa memanggilmu. Mulai sekarang, tetaplah waspada karena kau tidak akan pernah
tahu kapan aku akan memanggilmu."
“Kalau
begitu, panggil aku! Aku akan membunuhmu jika kau salah. Tadinya karena kau memanggilku Peri, aku akan mengakhirinya sebagai sebuah dongeng yang lucu. Tapi
bercandamu terlalu jauh. Haruskah peri ini mengakhiri kisah dongengnya dengan
darah?” Son O Gong mulai marah hingga matanya sekilas mengeluarkan warna merah.
Son
O Gong berjalan mendekati Jin Seon Mi yang tampak ketakutan. Jin Seon Mi akhirnya mengakui kalau dia tidak tahu nama Son O Gong dan hanya berpura-pura.
“Tadinya aku
bangga padamu karena masih mengingatku. Jadi aku menyapamu. Tapi, beraninya kau
berpura-pura padaku?” kata Son O Gong.
“Pernahkah
kau berpikir kalau aku mungkin akan memanggilmu?”
“Tentu saja tidak. Aku tahu kau tidak akan pernah bisa memanggilku."
“Begitu
rupanya. Aku telah menunggu peri itu selama 25 tahun terakhir. Aku bertanya-tanya
jika saja dia datang melindungiku. Aku putus asa. Akhir dongeng yang bahagia
dengan peri dan harapan yang berlangsung 25 tahun, kini telah berakhir hari
ini," ucap Jin Seon Mi sedih.
“Aku
muncul untuk mengatakan bahwa aku bukan peri yang dulu."
“Aku
tahu. Tapi aku tidak tahu alasan aku menunggumu."
Jin
Seon Mi meninggalkan Son O Gong dengan perasaan sedih.
Son
O Gong menemui salah seorang temannya yang merupakan seorang bartender. (Sepertinya dia ini adiknya Jenderal Es, karena memanggil Jenderal Es dengan sebutan oppa dan lagi teko punya Jenderal Es sekarang ada di dia) Son O Gong tersenyum melihat teko yang sudah ia berikan pada
Jenderal Es ada di hadapannya. Temannya datang dan bertanya apakah benar Son O
Gong yang telah memberikan teko itu pada oppa-nya. Karena teko itu hangat dan
manis, ia merasa teko itu lebih cocok dengannya.
Son
O Gong tak menjawab pertanyaan itu, ia malah mulai curhat kalau sekarang ia sedang ingin minum bukannya makan es
krim. Di saat seperti ini Son O Gong merasa ingin menghabiskan sebanyak 12 botol
minuman. Ia menceritakan hari ini ia baru saja bertemu seorang anak yang ia kenal
sejak lama dan kini muncul lebih tua. Anak itu membuat Son O Gong merasa tidak
nyaman.
“Kau
pasti melakukan kesalahan pada anak itu?” tanya temannya itu.
“Iya.
Tapi aku tidak merasa terganggu dengan hal itu sama sekali. Tapi dia bilang dia
menungguku selama 25 tahun dengan putus asa. Aku tidak tahu itu. Tapi, itu sangat
membuatku khawatir."
“Putus
asa berarti sesuatu yang seperti ini,” teman Son O Gong kemudian menyodorkan minuman
beralkohol pada Son O Gong. “Selama 25 tahun, karena tidak pernah diizinkan,
kau tidak bisa melupakannya dan akhirnya kau menginginkannya lebih banyak,”
kata temannya kemudian.
Son
O Gong tahu persis perasaan yang diceritakan temannya itu di mana ia sendiri ingin
sekali minum alkohol, tapi selama 25 tahun ia dihukum tidak boleh minum. “Kau
membuat perasaanku memburuk!” kata Son O Gong marah.
Temannya
meminta maaf karena malah membuat perasaan Son O Gong lebih buruk dengan ucapannya. “Ugh,
aku harus menyingkirkan perasaan gelisah ini. Aku harus segera menemukan Sam Jang
dan memakannya,” tekad Son O Gong.
Jin
Seon Mi sedang berjalan menuju rumahnya. Wanita yang kerasukan roh boneka
pengantin wanita sedang mengintainya dari dalam mobil. Ia mengira Jin Seon Mi
adalah kekasih Son O Gong, karena ia sempat melihat mereka sedang mengobrol bersama tadi siang. “Wanita
itu bersama orang yang menyingkirkan suamiku,” ujarnya.
Jin
Seon Mi masuk ke dalam rumahnya. Bingkai foto di rumahnya tiba-tiba terjatuh
sendiri. Jin Seon Mi melihat ke
sekeliling ruangan. Setelah memastikan tak ada apa-apa, ia kemudian masuk ke kamarnya. Sebuah boneka pengantin
wanita dekat bingkai foto yang tadi terjatuh di pajang tengah mengawasi kepergian Jin Seon
Mi dari ruangan itu.
Saat
sedang mengikat rambut di kamarnya, Jin Seon Mi merasakan sebuah boneka
berjalan menghampirinya di belakangnya. Boneka itu kemudian kabur
saat Jin Seon Mi melihat ke arahnya.
Jin Seon Mi keluar dari kamarnya dan melihat boneka itu duduk di kursi ruang tamu. Mata boneka itu bergerak-gerak. Jin Seon Mi dengan sigap mengambil payung kuning jimatnya. Boneka itu kemudian berubah menjadi sesosok pengantin wanita asli. Jin Seon Mi menyadari kalau sosok pengantin wanita itu adalah iblis yang mirip dengan makhluk yang menggigitnya tempo hari.
Tiba-tiba
beberapa lampu gantung di rumahnya pecah. Listrik di rumahnya pun menjadi
padam. Boneka itu menghilang begitu listrik padam. Jin Seon Mi mulai
mencari-cari boneka itu. Tangan boneka muncul dari bawah kursi, tapi kemudian
masuk lagi ke bawah kursi itu. Jin Seon Mi mencoba memeriksa bagian bawah
kursi. Ia tidak melihat apapun di sana. Padahal boneka itu ada di dekat sana
dan mencoba mengeluarkan tangannya lagi saat Jin Seon Mi tak melihat ke arah
sana.
Jin Seon Mi mencari ke arah lain. Tiba-tiba bingkai foto dirinya melayang
dan menghantam dirinya. Tangan Jin Seon Mi terkena pecahan kaca dan
mengeluarkan darah hingga menetes ke lantai.
Jin Seon Mi lari ke dalam kamar
dan membungkus lukanya. Ia berkata ia tidak boleh berdarah. Dan benar saja Jin Seon
Mi tidak boleh terluka, karena jika ia mengeluarkan darah, aroma tetesan darahnya itu akan menyebar hingga mengundang
datangnya para roh-roh jahat ke tempat Jin Seon Mi berada.
Woo Ma Wang pun ikut
merasakan bau darah sucinya Jin Seon Mi. Son
O Gong juga datang ke tempat asal bau darah Sam Jang berada. Ia mulai mengalahkan para roh jahat yang berniat mendekati Sam Jang mangsa
miliknya.
Sementara itu, Jin Seon Mi masih berjuang mengusir boneka pengantin wanita. Boneka
pengantin wanita itu hendak masuk ke kamar Jin Seon Mi. Jin Seon Mi segera menahan
pintu kamarnya dengan tubuhnya agar boneka itu tidak bisa masuk.
Namun, boneka yang
menggedor-gedor kamar Jin Seon Mi tiba-tiba menghilang. Jin Seon Mi heran. Ia mulai
memberanikan diri keluar kamar. Ia mengambil payung dan benda yang tampak
seperti pemantik api. Jin Seon Mi membawa kedua benda itu keluar kamar. Di luar
ia mendapati Son O Gong baru saja menghancurkan boneka pengantin wanita itu.
Son O
Gong membalikkan badannya dan berdiri melihat Jin Seon Mi ada di hadapannya.
“Peri?”
“Kau
Jin Seon Mi!” Son O Gong terkejut melihat Jin Seon Mi ada di sana.
“Apa
kau datang untuk melindungiku?” tanya Jin Seon Mi.
Son
O Gong melihat ada luka bekas gigitan di pundak Jin Seon Mi sama seperti bekas
gigitan roh jahat boneka kayu pengantin laki-laki yang pernah dikalahkannya
tempo hari. Son O Gong lalu menarik Jin Seon Mi mendekat.
“Sial! Kau adalah Sam Jang?” kata Son O Gong terkejut sekaligus kecewa.
Woo
Ma Wang datang ke rumah Jin Seon Mi dan mengusir semua roh yang masih ada di sana. Dia
lalu berdiri dan merasakan sesuatu, “Sial! B*jingan itu juga menemukan Sam Jang," Woo Ma Wang kemudian berteriak tak terima Son O Gong telah menemukan Sam Jang.
Setelah
melihat luka di pundak Jin Seon Mi, Son O Gong mendorongnya menjauh.
“Kau
sungguh datang untuk menyelamatkanku?” wajah Seon Mi tampak tak percaya melihat
perinya datang menyelamatkannya.
“Tidak.
Aku datang untuk memakanmu!” kata Son O Gong sungguh-sungguh.
Bersambung ke Sinopsis Hwayugi Episode 2
Komentar:
Wahh... seru... baru episode satu aja udah nagih, nih. Hantunya serem banget, sampai ke bawa-bawa mimpi. Nekad sih, sudah tahu drama ini ada hantunya malah nonton malam-malam, saking penasarannya sama drama ini.
Om Woo Ma Wang paling lucu. Suka banget dengan ekspresi lebay-nya itu. Son O Gong juga bikin gemes, nakal-nakal licik menggemaskan gimana gitu. Kebayang gimana stress-nya Woo Ma Wang ngadepin tingkah Son O Gong. Makanya, ia sendiri bilang untuk nyindir Son O Gong kalau mungkin dirinya akan ditawari jadi dewa sekaligus mengurus monyet yang belum dewasa kaya Son O Gong. Tapi, dasar Son O Gong nih ga peka sama sindiran Woo Ma Wang. Hahaha.
Woo Ma Wang sama Son O Gong ini sama-sama sedang berusaha untuk menjadi dewa. Kayanya Woo Ma Wang sudah mempersiapkan diri menjadi dewa selama 1.000 tahun. Nah, kalau Son O Gong sendiri tadinya ia memang seorang dewa, tapi karena berbuat kesalahan ia dikurung di Gunung Marmer sampai Jin Seon Mi kecil datang membebaskannya. Kasian banget Son O Gong ini, dia paling suka minum alkohol tapi ia mendapat hukuman untuk tidak minum alkohol, jadi dia cuma bisa ngumpulin alkoholnya dulu. Sekarang Son O Gong sedang berusaha untuk menjadi dewa lagi agar bisa mencabut hukumannya dengan cara mengusir roh-roh jahat di dunia, tapi ia malah terus-terusan buat kerusakan di dunia manusia. Haduh...
Tapi ya memang begitulah sifat Son O Gong. Ia juga bisa dibilang punya sifat licik, udah tega menipu gadis kecil kaya Jin Seon Mi. Kasian Jin Seon Mi, padahal Jin Seon Mi sangat berharap ia punya peri pelindung yang bisa melindunginya dari hantu-hantu yang mengganggunya.
Son O Gong sendiri tahu persis kalau perjanjian yang dibuat antara dewa seperti dirinya dengan manusia tidak bisa dilanggar begitu saja. Sampai kapanpun akan tetap berlaku. Makanya, ia tidak bisa membatalkan kontraknya begitu saja kecuali Jin Seon Mi menarik perjanjian itu kembali.
Dan sekarang Son O Gong kena batunya. Sam Jang yang dicarinya ternyata adalah Jin Seon Mi orang yang menyelamatkan dirinya sekaligus harus dia lindungi karena memang ia ditakdirkan sebagai pelindung Jin Seon Mi gara-gara perjanjian di Gunung Marmer itu. Dan fakta Jin Seon Mi menjadi Sam Jang adalah karena ia dihukum telah menyelamatkan Son O Gong. Hmm...
Komentar