SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 1 PART 2
Sebelumnya Sinopsis Hwayugi Episode 1 Part 1
Son O Gong keluar dari
mobilnya yang baru saja ia parkirkan di depan pagar sebuah rumah mewah. Ia disambut
dengan omelan sang pemilik rumah, “Ada apa ini? Kenapa kau memarkirkan mobilmu
di depan rumah milik orang lain?”
Son O Gong dengan santai
membuka mantel bulunya dan memperlihatkan baju yang dipakainya pada sang
pemilik rumah dan menunjukkan kalau ia seorang pendeta. Sang pemilik rumah
terkejut dan meminta maaf karena tidak tahu Son O Gong adalah pendeta yang
sedang ditunggunya. Sang pemilik rumahpun mempersilahkan Son O Gong masuk. Son
O Gong memberikan mantelnya pada pemilik rumah agar ia membawakannya ke dalam
rumah.
Begitu masuk ke halaman
rumah, Son O Gong disambut barang-barang yang dilemparkan anak pemilik rumah dari
dalam kamar lotengnya. Istri pemilik rumah terkejut, karena anaknya sebelumnya
tidak pernah melempar-lemparkan barang seperti itu. Son O Gong berkomentar
mungkin anaknya tidak senang dengan kehadirannya di sana. Istri pemilik rumah
kemudian menjelaskan kalau anaknya menjadi sangat aneh. Dia bisa melayang di
udara saat ia tidur.
Mendengar penjelasan itu, Son
O Gong berniat untuk mengetes anak itu. Ia memilih barang-barang lemparan si
anak yang bisa ia gunakan untuk memukul anak itu. Son O Gong mengambil tongkat
dan bola bisbol. Ia memukul bola itu sekuat tenaga ke arah kamar anak pemilik
rumah. Namun, bola itu memantul kembali dan mengenai pohon di halaman rumah,
hingga tertancap di pohon itu.
Son O Gong malah memuji kalau lemparannya itu bisa
mendapat nilai 100. “Haruskah aku menemui dan menangkapnya sekarang?” kata Son
O Gong antusias.
Son O Gong masuk ke dalam
kamar anak pemilik rumah. Ia melihat seorang anak laki-laki duduk di atas
ranjang dengan kedua tangan dan kakinya terikat. Anak itu meminta Son O Gong
untuk melepaskan ikatannya, karena ia merasa kesakitan.
“Sakit?” tanya Son O Gong, “Beraninya kau mencoba menipuku? Hei! Memangnya aku tidak bisa memukulmu karena
kau ada di dalam tubuh anak kecil itu? Jangan buang kekuatanmu! Berhentilah
sebelum aku memukulmu!"
Anak itu mulai bereaksi
dan mulai menunjukkan jati dirinya. “Lepaskan aku! Kau bukan pendeta. Kau
seekor monyet."
“Kau sudah tau siapa aku,
tapi kau masih tetap bicara omong kosong. Kurasa kau tidak takut, ya. Sudah
kuduga aku harus menghancurkan objek asli dari rohmu."
Son O Gong mulai mencari-cari barang yang mungkin menjadi objek asli roh yang mendiami anak itu. Ia menghancurkan semua barang dalam kamar itu. Roh jahat dalam diri anak itu hanya bisa menggeram tak bisa melawan karena tubuhnya masih terikat.
Son O Gong mulai mencari-cari barang yang mungkin menjadi objek asli roh yang mendiami anak itu. Ia menghancurkan semua barang dalam kamar itu. Roh jahat dalam diri anak itu hanya bisa menggeram tak bisa melawan karena tubuhnya masih terikat.
Roh itu memperingatkan Son
O Gong, kalau sekarang ia sedang terjebak di dunia manusia, tapi
berani-beraninya ia bersikap sombong. Son O Gong membenarkan dan karena itulah
ia berusaha mengumpulkan poin kebaikan dengan mengusir roh jahat seperti
dirinya agar ia bisa kembali ke surga. Roh itu meminta Son O Gong untuk tidak
bicara omong kosong.
”Kau membuatku stres saja. Aku akan menghancurkan semuanya lebih dulu,” kata Son O Gong kesal sambil
mengayunkan tongkat bisbol hingga menghancurkan satu per satu barang yang ada
di kamar itu.
Son O Gong menemukan
sebuah boneka kayu yang ia rasa telah menjadi objek roh jahat itu. Ia bersiap
mengayunkan tongkatnya. Namun, ”Tolong, lepaskan aku!” roh jahat itu tiba-tiba
berteriak memohon pada Son O Gong. Son O Gong urung memukul boneka kayu itu.
Roh jahat berusaha membuat
kesepakatan dengan Son O Gong, ia berjanji akan meninggalkan tubuh anak itu dan
akan pergi ke tempat lain. Son O Gong menolak, kenapa juga ia harus
membantunya, memangnya berapa banyak upah yang akan diberikan oleh roh jahat
itu padanya jika ia membebaskanya. Tanpa ragu, Son O Gong kembali mengayunkan
tongkatnya.
“Son O Gong-nim!” roh jahat kembali berusaha
menghentikan Son O Gong. Son O Gong kesal, “Ah kenapa lagi? Apa? Apa?”
tanyanya.
Kali ini roh jahat mencoba menyogok Son O Gong dengan info mengenai Sam Jang yang telah lahir ke dunia. Roh jahat mengatakan kalau ia telah bertemu dengan seseorang yang memiliki darah Sam Jang. Jika Son O Gong meminum darahnya, ia akan berubah menjadi sangat kuat.
Kali ini roh jahat mencoba menyogok Son O Gong dengan info mengenai Sam Jang yang telah lahir ke dunia. Roh jahat mengatakan kalau ia telah bertemu dengan seseorang yang memiliki darah Sam Jang. Jika Son O Gong meminum darahnya, ia akan berubah menjadi sangat kuat.
Son
O Gong berusaha untuk tidak terpancing dengan info itu.
“Benarkah memang ada manusia yang memiliki darah seperti itu?” tanyanya kemudian.
“Benarkah memang ada manusia yang memiliki darah seperti itu?” tanyanya kemudian.
“Tentu
saja. Aku sudah mencicipi darah Sam Jang. Baunya sangat lezat."
“Kau
bohong, kan?”
“Tidak!”
kata roh jahat sambil menggigit tangan anak laki-laki yang dirasukinya.
“Aku meninggalkan tanda seperti ini pada Sam Jang,” ia menunjukkan bekas gigitannya pada Son O Gong, “jika kau membebaskanku, aku akan membantumu menemukan Sam Jang."
“Aku meninggalkan tanda seperti ini pada Sam Jang,” ia menunjukkan bekas gigitannya pada Son O Gong, “jika kau membebaskanku, aku akan membantumu menemukan Sam Jang."
Tanpa Son O Gong sadari
saat roh jahat itu menjelaskan tentang Sam Jang, boneka kayu yang ada di
belakang Son O Gong bergerak-gerak meraih jangka dan hendak menikam Son O Gong
dari belakang. Son O Gong dengan sigap menghalau boneka itu dengan tongkatnya
hingga membuat roh jahat dalam tubuh anak itu kesakitan.
Boneka itu seketika
menghilang begitupun dengan roh jahat dalam tubuh si anak. Son O Gong tersenyum
senang berhasil mengusir roh jahat itu.
Di halaman rumah, pendeta
yang asli datang menemui pemilik rumah. Ia terkejut mengetahui ada pendeta
lain. Son O Gong lalu datang mengabarkan pengusiran hantu telah selesai dan
anaknya sudah tidak dirasuki hantu lagi. Istri pemilik rumah senang
mendengarnya dan berlari menemui anaknya.
Pendeta yang asli penasaran pada Son O Gong berasal dari gereja mana. Son O Gong menjawab kalau ia datang langsung dari atas, sambil menunjuk ke langit. Pendeta yang asli kebingungan mendengarnya.
Pendeta yang asli penasaran pada Son O Gong berasal dari gereja mana. Son O Gong menjawab kalau ia datang langsung dari atas, sambil menunjuk ke langit. Pendeta yang asli kebingungan mendengarnya.
Son O Gong yang mata
alkohol mengatakan pada pemilik rumah sebagai tanda terima kasih pemilik rumah
padanya, ia akan membawa alkohol mahal milik si pemilik rumah (hahaha). Pemilik
rumah langsung mengiyakan permintaan Son O Gong begitu saja.
Son O Gong berbalik membelakangi pemilik rumah yang kebingungan tidak mengerti kode Son O Gong yang memintanya memakaikan mantel bulunya padanya. Pemilik rumah yang baru sadar lalu memakaikan mantel bulu pada Son O Gong. Son O Gongpun pamit pergi pada pemilik rumah.
Son O Gong berbalik membelakangi pemilik rumah yang kebingungan tidak mengerti kode Son O Gong yang memintanya memakaikan mantel bulunya padanya. Pemilik rumah yang baru sadar lalu memakaikan mantel bulu pada Son O Gong. Son O Gongpun pamit pergi pada pemilik rumah.
Son O Gong menemui
temannya yang merupakan seorang pemilik kedai es krim. Son O Gong memanggil
temannya itu dengan sebutan Jenderal Es. Ia berkomentar kalau kedai milik Jenderal Es hampir tidak punya pelanggan.
Jenderal Es meminta Son O Gong untuk tidak mengkhawatirkannya, tapi khawatirkan saja bagaimana caranya agar Son O Gong bisa kembali ke surga.
Jenderal Es meminta Son O Gong untuk tidak mengkhawatirkannya, tapi khawatirkan saja bagaimana caranya agar Son O Gong bisa kembali ke surga.
“Karena
Anda berhasil menangani boneka kayu itu dengan baik, kurasa Anda akan
dipromosikan,” kata Jenderal Es.
“Yah,
sepertinya begitu. Ketika aku kembali ke surga kali ini. Hukuman atas
laranganku untuk minum alkohol akan diangkat."
Son O Gong mulai
membanggakan dirinya yang sudah memiliki 2.982 botol alkohol untuk ia minum saat
ia berhasil kembali ke surga dan ditambah dengan hasil mengusir roh jahat
boneka kayu tadi, sekarang menjadi 2.983 botol.
Temannya berharap sebelum Son O Gong mengumpulkan 3.000 botol, Son O Gong sudah kembali ke surga dan hukum larangan minum itu terangkat. “Tentu saja,” jawab Son O Gong.
Temannya berharap sebelum Son O Gong mengumpulkan 3.000 botol, Son O Gong sudah kembali ke surga dan hukum larangan minum itu terangkat. “Tentu saja,” jawab Son O Gong.
Son O Gong berkomentar
kalau sekarang Jenderal Es pasti sudah memutuskan untuk tidak membuat masalah
di dunia manusia dan hidup dengan baik. Melihat Jenderal Es hidup seperti ini,
siapa yang akan menduga kalau orang yang telah lama membuat dunia menjadi sunyi
karena dinginnya es adalah Jenderal Es, temannya.
Jenderal Es menyangkal
ucapan Son O Gong. ”Sekarang aku tidak lagi membuat hal-hal seperti itu,” kata
Jenderal Es sambil memasukkan air ke dalam blender dan mengubahnya menjadi es
batu seketika dengan tangannya. Son O Gong hanya tersenyum melihat tingkah
temannya itu.
Son O Gong kemudian menanyakan tentang Sam Jang pada Jenderal Es,
apa ia juga mengetahui tentang Sam Jang.
“Ah..
yang darahnya berbau seperti bunga teratai? Aku pernah mendengarnya, tapi aku
tidak pernah melihat manusia dengan bau seperti itu,” jawab Jenderal Es.
“Benar.
Kudengar monster yang telah meminum darah Sam Jang akan mendapat kekuatan yang
luar biasa. Apa itu benar?” tanya Son O Gong lagi penasaran.
“Jika
mereka bilang Anda akan menjadi sangat kuat setelah meminumnya, pasti kalau
begitu banyak dari mereka berusaha untuk memakannya."
“Aku
bisa memakannya jika dia benar-benar ada. Bagaimana mungkin dia benar-benar
ada?” kata Son O Gong.
Jenderal Es kemudian
menanyakan apakah Son O Gong akan tetap tinggal di rumah Woo Ma Wang. Son O
Gong mengiyakan. Woo Ma Wang memang cenderung sangat mengganggu, tapi rumah Woo
Ma Wang sangat bagus dan juga mudah parkir mobil di sana. (hah?)
Woo Ma Wang baru saja
pulang dari tempat kerjanya. Seorang satpam datang menghampirinya memberikan buket
bunga padanya. Woo Ma Wang mengira itu pasti dari stasiun TV untuknya.
“Mengapa mereka repot-repot segala,” kata Woo Ma Wang dengan pede-nya.
“Mengapa mereka repot-repot segala,” kata Woo Ma Wang dengan pede-nya.
“Tidak,
bukan begitu. Ini untuk Tuan Son O Gong. Lagipula ini alamat tempat tinggal
Anda, bukan?” kata Pak Satpam.
Woo Ma Wang kecewa
setelah mendengarnya. Ia melihat kartu ucapan yang tertulis pada buket bunga
itu.
(Selamat
untuk Promosi Son O Gong, dari adikmu Sa O Jeong)
“Promosi?”
Woo Ma Wang
seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya.
“Untuk tuan Son O Gong, ya? Tuan Son O Gong pasti sekarang sedang tidur di rumah. Katakan padanya untuk turun dan mengambilnya sendiri!” kata Woo Ma Wang kesal.
“Untuk tuan Son O Gong, ya? Tuan Son O Gong pasti sekarang sedang tidur di rumah. Katakan padanya untuk turun dan mengambilnya sendiri!” kata Woo Ma Wang kesal.
Pak Satpam menjelaskan kalau Tuan Son O Gong tidak menjawab interkom rumahnya dan
karena ia kebetulan bertemu dengan Woo Ma Wang sekarang, ia minta tolong Woo Ma Wang
membawa bunga itu sekalian saja. Petugas
itu menyerahkan bunganya pada Woo Ma Wang.
“Beraaatt!”
protes Woo Ma Wang saat menerima buket bunga itu.
“Karena
Anda disini, saya akan memberitahumu,” kata Pak Satpam kemudian.
“Apa
lagi sekarang?”
“99
Doo 5050. Mobil Anda, bukan?”
“Ya,
5050. Benar. Mengapa?”
Pak Satpam menjelaskan kalau mobil itu selalu memarkir melintang. Bukan hanya dua
tempat, tapi bahkan sampai menghabiskan tiga tempat segala, bagaimana bisa Woo
Ma Wang melakukan itu. Pak Satpam melayangkan protesnya pada Woo Ma Wang. (Hah?
jadi ini yang dimaksud Son O Gong parkir di rumah Woo Ma Wang itu mudah.
Ada-ada saja)
“Preman
itu!” Woo Ma Wang ngomel-ngomel sendiri pada Son O Gong.
“Zaman
sekarang, jika seseorang mengambil fotonya, itu akan diposting di internet. Jika
Anda mendapatkan komentar negatif. Anda akan kesulitan. Anda orang terkenal. Mohon
berhati-hati,” Pak Satpam memberikan nasehat pada Woo Ma Wang sementara Woo Ma
Wang masih ngomel-ngomel sendiri.
“Aku
akan mengunyahnya.... Bajingan itu... Aku akan membunuhnya...Aku benar-benar
ingin membunuhnya... si O Gong O Gong (5050) itu,” gerutu Woo Ma Wang.
“Gilaaa!”
Woo Ma Wang berteriak dengan diiringi backsound sapi mooo. (hahaha)
Woo
Ma Wang masuk ke rumahnya sambil terus ngomel-ngomel karena buket bunga yang berat. Ia
makin kesal pada Son O Gong begitu melihat mantel bulu milik Son O Gong tergantung
di atas patung kerbau miliknya.
Di samping patung kerbau itu, terdapat patung
monyet milik Son O Gong. Woo Ma Wang makin kesal melihatnya, “Ini bahkan bukan rumahnya.
Mengapa dia menaruh itu di sini? Preman itu! Dia benar-benar seorang preman."
Orang
yang membuat Woo Ma Wang kesal ternyata sedang asyik bersantai menikmati jus sambil
menonton acara “Kang’s Kitchen” di TV.
“Astaga!
Ini berat!” teriak Woo Ma Wang dengan sengaja agar Son O Gong mendengarnya.
“Hei! Sudah kubilang jangan menggantung mantelmu di patungku terus. Saat pulang, aku menyuruhmu menggantung mantelmu di kamarmu. Kenapa kau tidak menjawab interkom dari pos satpam jika di rumah?” omel Woo Ma Wang.
“Hei! Sudah kubilang jangan menggantung mantelmu di patungku terus. Saat pulang, aku menyuruhmu menggantung mantelmu di kamarmu. Kenapa kau tidak menjawab interkom dari pos satpam jika di rumah?” omel Woo Ma Wang.
Son
O Gong menjawab omelan Woo Ma Wang sekenanya dan tetap asyik menonton TV. “Aku
tidak dengar karena sedang menonton TV."
Son O Gong kemudian mulai bicara dan membangga-banggakan acara TV yang sedang ditontonnya.
Son O Gong kemudian mulai bicara dan membangga-banggakan acara TV yang sedang ditontonnya.
“Bukankah,
ini program yang sedang bersaing dengan programmu di mana kamu selalu
berteriak kau lolos? Wow, rating program ini akan segera menyusul
programmu,” kata Son O Gong.
Woo
Ma Wang menjelaskan bahwa ada perbedaan rating dua kali lipat antara programnya
dengan program itu. Son O Gong berkomentar, “Mungkin sekarang begitu, tapi
tidak dengan reaksi netizen. Program ini hanya mendapat komentar positif saja.
Ma Wang, mereka semua memberikan komentar negatif dan memanggilmu iblis
pereaksi berlebihan. Astaga, aku khawatir program ini akan mengejar rating
programmu."
Woo
Ma Wang menyuruh Son O Gong tak mengkhawatirkan rating programnya. Ia menyuruh
Son O Gong untuk mengambil sendiri barang kiriman miliknya. Woo Ma Wang
meletakkan buket bunga milik Son O Gong di meja. Son O Gong melihat buket bunga
itu diperuntukkan untuknya.
Woo
Ma Wang yang masih kesal mematikan TV dan berkomentar kalau tagihan listrik rumahnya
bulan ini mencapai 20 juta won karena Son O Gong. Son O Gong tak begitu
mempedulikan omelan Woo Ma Wang yang sedang mempersoalkan tagihan listrik
rumahnya, ia malah lebih tertarik dengan kiriman buket bunga untuknya dari
adiknya Sa O Jeong .
Son
O Gong mulai bercerita kalau besok Tetua Soo Bo Ri ingin bertemu dengannya. Ia
membanggakan dirinya kalau sepertinya ia akan mendapat promosi besar kali ini.
“Aigo,
kurasa Tetua Soo Bo Ri hanya akan memberitahumu kalau mereka akan membiarkanku jadi dewa lagi dan menawarkanku
posisi mengasuh monyet yang belum sadar,” kata Woo Ma Wang.
“Jika
aku mendapat posisi bagus di surga, aku akan selalu mendukungmu, Ma Wang. Sebenarnya,
aku bisa menyingkirkan Gunung Marmer berkat dirimu."
“Apa?
Aku tidak berniat membebaskanmu. Itu kecelakaan. Kesalahan.” kilah Woo Ma Wang.
“Aku membiarkanmu tinggal di sini dengan pola pikir harus menyelesaikan
kekacauan yang kubuat. Sekarang setelah kau kembali ke surga, Kurasa kau akan
meninggalkan rumahku,” Woo Ma Wang merasa senang akan terbebas dari Son O Gong
di rumahnya.
“Tapi
aku suka di sini. Parkir juga sangat mudah,” kata Son O Gong dengan wajah
polosnya.
“Tidak,
tidak, tidak. Tolong tinggalkan rumahku, O Gong! Mengerti?” Woo Ma Wang
kemudian menawarkan akan mencarikan agen rumah untuk Son O Gong dengan tempat
parkir yang mudah. Walaupun Woo Ma Wang sendiri tahu meski ia berusaha sekeras
apapun, Son O Gong tidak akan mau pergi juga.
Son
O Gong yang kurang peka sama Woo Ma Wang yang tidak mau ia tinggal di rumahnya,
malah mengira Woo Ma Wang jadi rewel gara-gara komentar negatif netizen
untuknya akhir-akhir ini. “Ckckck... komentar negatif memang menyeramkan,”
ucapnya.
Malam
itu, seorang wanita sedang berbicara di telepon di depan toko barang antik. “Sayang,
kenapa kau tidak menjawab teleponku? Jika kau menghilang begini, kau pikir aku
akan putus denganmu? Aku akan menemukanmu. Tunggu saja. Aku benar-benar akan
membunuhmu!”
Wanita
itu menjadi kesal sendiri sampai menangis. Tanpa ia sadari sebuah boneka kayu bergaun
pengantin wanita di toko barang antik itu matanya bergerak-gerak
memperhatikannya sejak tadi.
Saat ia melihat boneka kayu yang terpajang di toko
barang antik itu, ia menjadi tertarik pada boneka itu. Ia menghampiri boneka
kayu itu. Kepala boneka kayu itu bergerak-gerak, mata dan mulutnya pun ikut
bergerak-gerak berkata pada wanita itu, “Bunuh dia! Bunuh Sam Jang!” Gadis
itu mendekat, menatap mata boneka pengantin wanita, lalu tersenyum jahat.
Esoknya,
Son O Gong menemui Tetua Soo Bo Ri. Tetua Soo Bo Ri membacakan Laporan Pemberantasan Roh
Iblis pada Son O Gong.
“Kau
berhasil menangkap boneka kayu itu.
Bagaimana dengan pengantinnya?” tanya Tetua Soo Bo Ri.
“Dia
punya istri?”
“Dia
mengenakan pakaian pengantin pria. Tentu punya pasangan."
“Kalau
begitu, aku akan menemukan dan mengurusnya. Ini akan menjadi tugas terakhirku
di dunia manusia. Aku harus melakukan pekerjaan dengan bersih."
“Sebenarnya,
kembalinya kau ke surga belum diputuskan. Kerjamu bagus. Tapi ketika aku mempertimbangkan
orang-orang di sekitarmu untuk referensi, reputasimu sangat buruk, Dewa Agung,” beber Tetua Soo Bo Ri.
“Referensi
apa lagi? Siapa referensinya?” Son O Gong menjadi kesal mendengarnya.
Tetua Soo Bo Ri bertanya jika Son O Gong tahu siapa orangnya, apa ia akan balas dendam pada orang itu. Son O
Gong berkilah kalau ia hanya ingin dikritik secara khusus dan bersikap reflektif
sepenuh hati.
Tetua
Soo Bo Ri kembali menjelaskan rekam jejak Son O Gong saat menangkap roh jahat. Terakhir
kali, Son O Gong mematahkan dua jembatan layang di Sangmundong saat memberantas
hantu penyebab kecelakaan mobil. Harusnya Son O Gong tidak boleh menyebabkan
kerusakan di dunia manusia seperti itu.
“Aku
sangat menderita saat menangkap hantu itu. Aku kehabisan kata-kata,” keluh Son
O Gong.
Tetua
Soo Bo Ri merasa bagaimanapun juga, kali ini pemulihan Son O Gong tampaknya
akan sulit karena ada banyak keluhan.
“Aku
tahu ini akan terjadi. Kau menipuku lagi, kan? Ha!” Son O Gong kesal dan
menggebrak meja.
“Hei,
Dewa Agung. Sepertinya, kau akan memukulku. Aku ini gurumu,” kata Tetua Soo Bo
Ri mengingatkan Son O Gong untuk hormat padanya karena ia adalah guru Son O
Gong.
“Guru?”
tanya Son O Gong. “Kalau begitu kau seharusnya tidak melakukan ini. Karena kau
berjanji akan memberiku posisi di sini, aku tidak menimbulkan masalah sejak meninggalkan
Gunung Marmer. Aku menghabiskan waktuku dengan setulus hati!”
“Bagaimanapun,
akan sulit bagimu untuk kembali saat ini. Lain kali saja!"
“Lupakan! Aku tidak akan melakukan ini lagi. Tidak akan! Ugh!” Son O Gong yang marah
melemparkan kursinya ke dinding. Meja yang tak bersalahpun ikut kena pukulannya
hingga terbelah menjadi dua. Tetua Soo Bo Ri buru-buru menyelamatkan laptopnya
yang ada di meja sebelum meja itu terbelah dua. Ia dengan tenangnya bertanya
apa Son O Gong sudah selesai melampiaskan rasa kesalnya.
“Teruslah
kumpulkan poin sampai waktu berikutnya!” saran Tetua Soo Bo Ri.
“Aku
tidak butuh. Aku tidak akan
melakukannya! Aku hanya perlu memakan Sam Jang!”
Tetua
Soo Bo Ri terkejut medengar Son O Gong menyebut tentang Sam Jang, “Bagaimana
kau bisa tahu Sam Jang ada disini?”
“Dia
benar-benar ada? Apa benar ada Sam Jang yang lahir di dunia manusia ini?”
“Tidak
ada,” jawab Tetua Soo Bo Ri sambil berusaha kabur. Son O Gong menghentikannya.
“Jadi memang ada. Kau pikir aku ini bodoh apa?”
“Jadi memang ada. Kau pikir aku ini bodoh apa?”
“Jangan!
Jika kau memakan Sam Jang, kau tidak akan pernah bisa melangkah ke surga."
“Jadi,
memang benar ada Sam Jang. Kudengar aku akan menjadi luar biasa kuat jika
memakannya. Benar, kan?”
“O
Gong!” Tetua Soo Bo Ri memperingatkan Son O Gong untuk tidak melakukannya.
“Bagus.
Lalu aku akan menemukan Sam Jang dan memakannya."
Son
O Gong pergi dari ruangan itu, meninggalkan Tetua Soo Bo Ri yang kesal karena
Son O Gong tidak mau mendengarkannya. “Apa yang harus kulakukan padanya?” Tetua
Soo Bo Ri mendapat gagasan untuk menemui Woo Ma Wang agar bisa menghentikan Son
O Gong mencari Sam Jang.
Sebuah
konser tunggal yang meriah tengah diselenggarakan di mana PK (Lee Hong Ki) Sang Superstar
tengah bernyanyi untuk ribuan fansnya yang hadir di konser itu. Teriakan fans
yang memujanya berubah menjadi energi yang kemudian diserap oleh sebuah bola
kristal milik Woo Ma Wang.
Di
rumahnya, Woo Ma Wang sedang menunjukkan bola-bola kristal yang telah menyerap
energi dari berbagai konser luar negeri yang telah diselenggarakan artis-artis
di agensinya pada Tetua Soo Bo Ri. Tetua Soo Bo Ri kemudian bertanya pada Woo
Ma Wang, apakah semua bintang yang populer di agensinya adalah monster. Woo Ma Wang
mengatakan bahwa itu adalah rahasia perusahaan.
Tetua
Soo Bo Ri berkata kalau ia sudah tahu semua karena PK alias Jeo Pal Gye sudah
menceritakan semua padanya. Dia bilang Jang Na Ra juga adalah monster. Pantas
saja ia tidak menua sedikitpun, komentar Tetua Soo Bo Ri.
“Itu
sebabnya dia sedang mempertimbangkan bedah plastik untuk membuatnya tampak tua,” kata
Woo Ma Wang.
“Monster
Hyun Bin, agar tidak tertangkap ia pergi dan bergabung dengan marinir, kan?”
selidik Tetua Soo Bo Ri.
“Rupanya
kau cukup tertarik dengan dunia hiburan."
“Kau
mengumpulkan energi dan uang. Kau pasti sangat bahagia, Ma Wang."
“Apa
kau datang ke perusahaan kami untuk membuat monster kami dalam bahaya?” tanya
Woo Ma Wang.
Tetua
Soo Bo Ri menggeleng, “Bukan itu. Sebenarnya, aku di sini untuk membahas Dewa
Agung."
Wajah
Woo Ma Wang langsung berubah tidak suka begitu mendengar hal itu.
“Kenapa? Kau
datang ke sini untuk membicarakan pesta promosi Dewa Agung atau
semacamnya?”
“Lupakan
soal dia kembali ke surga. Sepertinya dia akan menimbulkan masalah,” kata Tetua
Soo Bo Ri.
“Tunggu!
surga? Dia tidak bisa kembali ke sana?”
Seketika wajah Woo Ma Wang berubah menjadi senang kembali. Ia berusaha menahan rasa bahagianya dengan menahan untuk tidak tersenyum begitu mendengar kabar itu.
Seketika wajah Woo Ma Wang berubah menjadi senang kembali. Ia berusaha menahan rasa bahagianya dengan menahan untuk tidak tersenyum begitu mendengar kabar itu.
“Son O Gong. Masalah apa yang
telah ia buat?” tanya Woo Ma Wang senang.
“Dia
bilang, dia akan memakan Sam Jang."
“Sam
Jang? Jadi, rumor Sam Jang telah muncul di masa sekarang, itu benar?”
"Pada saat itu, anak manusia yang melepaskan Son O Gong dari Gunung Marmer, kau yang mengirimnya, kan?”
"Pada saat itu, anak manusia yang melepaskan Son O Gong dari Gunung Marmer, kau yang mengirimnya, kan?”
Woo
Ma Wang membela diri kalau ia melakukannya bukan untuk menyelamatkan Son O Gong,
tapi untuk mematikan api di pegunungan bagian selatan Gangwon. Dengan niat
baik, Woo Ma Wang hanya ingin mendapatkan “Putri Kipas Besi” saja. Berkat hal
itu, Woo Ma Wang mendapat remisi 100 tahun dari 1.000 tahun hukumannya saat
itu.
“Bagaimanapun,
kau ingat anak manusia itu, kan? Manusia itu adalah Sam Jang. Sebagai hukuman
melepaskan satu monster, dia harus hidup dengan takdir melawan segala jenis roh jahat. Bisakah kau
menemukan manusia itu dan melindunginya?”
“Anak
itu adalah Sam Jang?” Woo Ma Wang terkejut mengetahui anak yang ditemuinya dulu
adalah Sam Jang.
Sam
Jang yang dibicarakan Tetua Soo Bo Ri dan Woo Ma Wang sekarang sedang menemui
pemilik rumah yang anaknya kemasukan roh jahat yang sebelumnya berhasil diusir
oleh Son O Gong. Sam Jang alias Jin Seon Mi datang ke rumah itu bersama Lee Han
Ju untuk mengurus penjualan rumah itu yang tiba-tiba dibatalkan.
Pemilik
rumah menjelaskan kalau anaknya beberapa waktu lalu sakit dan mereka ingin
pindah rumah, tapi sekarang anaknya sudah sembuh sehingga ia tidak jadi menjual
rumah itu.
Jin Seon Mi menanyakan apakah anak pemilik rumah benar-benar sudah sembuh. Anak pemilik rumah mengiyakan. Ia juga meminta maaf pada Jin Seon Mi karena katanya ia pernah menggigit Jin Seon Mi sebelumnya. Ibu anak itu menanyakan bagaimana keaadan Jin Seon Mi sekarang, apakah bekas gigitan anaknya sudah membaik. Jin Seon Mi mengangguk, ia baik-baik saja sekarang.
Jin Seon Mi menanyakan apakah anak pemilik rumah benar-benar sudah sembuh. Anak pemilik rumah mengiyakan. Ia juga meminta maaf pada Jin Seon Mi karena katanya ia pernah menggigit Jin Seon Mi sebelumnya. Ibu anak itu menanyakan bagaimana keaadan Jin Seon Mi sekarang, apakah bekas gigitan anaknya sudah membaik. Jin Seon Mi mengangguk, ia baik-baik saja sekarang.
Saat
keluar dari rumah itu, Lee Han Ju protes pada Jin Seon Mi karena mereka bahkan
tidak mendapatkan tip setelah batalnya penjualan rumah itu, juga setelah Jin
Seon Mi digigit anak pemilik rumah itu. Bukankah seharusnya CEO-nya dibayar
untuk biaya perawatan medis karena gigitan anak itu. Jin Seon Mi tak terlalu
mempermasalahkannya, karena ia tahu bukan anak itu yang menggigitnya. Ada orang
asing yang melakukannya, tapi sekarang orang itu sudah pergi dari rumah ini. Lee Han Ju bingung dengan omongan Jin Seon Mi, ”Orang Asing? Astaga!”
Lee
Han Ju tetiba kaget melihat seorang wanita yang berdiri memandang rumah yang baru saja ia
datangi. Ia berkomentar kalau wanita itu lebih menakutkan dari CEO-nya.
Akhir-akhir ini wanita menjadi terlihat menakutkan. Lee Han Ju merinding
melihatnya.
Wanita itu adalah wanita yang menemukan boneka kayu di toko barang
antik sebelumnya. Ia rupanya sudah dirasuki roh jahat pengantin wanita dari boneka
kayu yang sebelumnya dihancurkan Son O Gong.
Sementara
itu, Son O Gong sedang mencari keberadaan roh jahat pengantin wanita itu di
sebuah toko barang antik. Ia mengambil sebuah teko lalu mengamatinya. Teko itu
memberi tahu Son O Gong apa yang terjadi dengan boneka pengantin wanita yang
sebelumnya ada di toko itu.
Son
O Gong memberitahu penjaga toko bahwa dia ingin membeli teko itu.
“Ada sesuatu yang ingin ku cari, tapi sudah hilang dari sini. Untuk memberiku informasi, aku harus membawa ini bersamaku."
“Ada sesuatu yang ingin ku cari, tapi sudah hilang dari sini. Untuk memberiku informasi, aku harus membawa ini bersamaku."
“Itu
barang langka dan paling mahal di toko kami."
“Barang
langka?”
Son
O Gong lalu menelepon adiknya, Sa O Jeong, dia memberi tahu Sa O Jeong agar membayar
apa yang dibelinya. Sa O Jeong langsung menuruti permintaan Son O Gong. Sementara itu, wanita
yang kerasukan roh boneka pengantin wanita sedang mengamati Son O Gong dari
luar toko.
Son
O Gong kembali menemui Jenderal Es setelah pulang dari toko barang antik itu.
Ia memperlihatkan teko yang dibelinya kepada Jenderal Es. Jenderal Es merasa
wanita yang membeli boneka kayu itu juga berada dalam bahaya. Mereka harus segera
menemukan boneka itu dan menyingkirkannya.
“Siapa
yang peduli? Aku mencari boneka kayu itu untuk menemukan Sam Jang. Aku ingin tahu
apa pengantin wanita itu mengenal Sam Jang, kenalan pengantin prianya,” kata
Son O Gong.
“Lalu,
Anda tidak akan menambah poin Anda untuk kembali ke surga?”
“Aku
tidak membutuhkan semua itu jika bisa memakan Sam Jang. Astaga. Dan teko ini... Ini untuk harga es krim yang sudah kumakan,” Son O Gong menyerahkan teko yang baru
dibelinya pada Jenderal Es.
“Apa
maksud Anda tiba-tiba ingin membayar es krim?”
Son
O Gong menjelaskan kalau alasan kedai es krim milik Jenderal Es tidak laku adalah
karena energi dingin yang Jenderal Es bawa sendiri. Anak yang di dalam teko itu
telah berada dalam teko selama seratus tahun. Jadi, jika Jenderal Es menaruh
teko itu di kedainya, energi di kedainya akan menjadi lebih hangat. Son O Gong kemudian
menyarankan agar Jenderal Es bisa menghasilkan uang yang banyak.
“Aku
pergi dulu!" Son O Gong pamit pergi setelah selesai memberikan saran-sarannya
pada Jenderal Es. Jenderal Es tak lupa mengucapkan terima kasih banyak pada Son
O Gong atas pemberian tekonya.
Jenderal Es mulai bicara dengan
teko pemberian Son O Gong, “Aku dingin, kau hangat. Kita adalah kutub yang
berlawanan, tapi kita tidak boleh berkelahi dan harus berteman baik."
Si teko mengangguk dan mengeluarkan asap dari corongnya tanda setuju.
Si teko mengangguk dan mengeluarkan asap dari corongnya tanda setuju.
Jin Seon
Mi dan Lee Han Ju hendak menuju ke suatu tempat dengan mobilnya. Di
perjalanan, Jin Seon Mi kaget melihat hantu berada di atas mobil yang ada di depannya.
Jin Seon Mi meminta Lee Han Ju untuk mengejar mobil di depannya itu dan
mensejajarkan mobil mereka dengan mobil di depannya itu. Lee Han Ju
kebingungan, tapi ia tetap menuruti permintaan bos-nya itu.
Setelah berada
tepat di sebelah pengemudi mobil itu, Jin Seon Mi melihat pria yang mengemudikan
mobil itu sedang mengantuk karena terpengaruh makhluk tak kasat mata di atas
mobilnya. Jin Seon Mi lalu meneriaki pengemudi mobil itu agar tetap terjaga.
“Turunkan
kacamu! kacamu! Kacamu!” teriak Jin Seon Mi. Pengemudi mobil masih belum
tersadar. Jin Seon Mi meyalakan klakson mobilnya agar didengar si pengemudi.
“Turunkan
kacamu! Kacamu!” Jin Seon Mi masih terus berteriak. Kali ini pengemudi mobil
mendengarnya dan menurunkan kaca mobilnya. Jin Seon Mi memaki-maki pengemudi
untuk tetap sadar, membuat pengemudi kebingungan.
“Siapa
wanita itu? Apa dia sudah gila?” kata pengemudi mobil itu.
“Buka
matamu, br*ngsek! Kau br*ngsek! Kau ingin mati membeku di Siberia?"
Jin
Seon Mi masih terus memaki, membuat pengemudi meradang. Namun, sebenarnya yang
dimaki Jin Seon Mi adalah makhluk yang ada di atas mobil pengemudi itu. “Minggir!
Pergi! Pergi! Enyah!”
“Apa
yang kau lihat? Aku disini!” pengemudi menjadi tambah emosi sekaligus bingung
kenapa Jin Seon Mi memakinya, tapi malah melihat ke atap mobilnya.
Akhirnya
setelah memaki-maki habis-habisan, Jin Seon Mi berhasil mengusir makhluk itu.
Jin Seon Mi menghela napas lega. Tapi tidak dengan Lee Han Ju yang ketakutan,
karena pengemudi yang diteriaki oleh Jin Seon Mi marah dan terus mengejar mobil
mereka. Jin Seon Mi mencoba tetap bersikap tenang dengan meminta Lee Han Ju
fokus menyetir saja, kalau tidak mereka bisa kecelakaan.
Di pemberhentian lampu
merah, Lee Han Ju memuji dirinya sebagai driver
hebat karena berhasil kabur dari pengemudi yang diteriaki Jin Seon Mi tadi. Jin
Seon Mi tak terlalu mempedulikan omongan Lee Han Ju. Ia sedang fokus melihat ke
arah depan dan tanpa sengaja ia melihat
seseorang yang serasa familiar baginya. Ia sempat bertatapan dengan orang itu,
saat orang itu berjalan menyebrang di depan mobilnya.
Dan sepertinya, orang itu pun mengenali
siapa Jin Seon Mi yang menatapnya sejak tadi dari dalam mobil. Orang itu mengipasi
wajahnya sendiri dengan tangannya, sama seperti yang ia lakukan terakhir kali saat ia
bertemu dengan Jin Seon Mi.
Jin
Seon Mi berpikir sejenak mengingat-ingat orang itu, hingga akhirnya ia sadar
kalau orang yang baru saja lewat di depannya adalah orang yang dulu pernah berjanji
akan selalu melindunginya, namun malah membohonginya. Jin Seon Mi keluar dari
mobil tanpa mempedulikan teriakan Lee Han Ju yang memanggil-manggilnya.
Bersambung ke Sinopsis Hwayugi Episode 1 Part 3
Komentar