SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 2 PART 1
Siang
itu, teman-teman Jin Seon Mi kecil sedang bermain-main di halaman sebuah gereja.
Semua teman-temannya berlari berebut menyentuh pohon yang ada di sana.
Jin Seon Mi juga tertarik mengikuti apa yang teman-temannya lakukan.
Teman-teman Jin Seon Mi tidak suka melihat Jin Seon Mi ikut bermain dengan mereka. Mereka kembali mengolok-olok Jin Seon Mi. Karena Jin Seon Mi ikut-ikutan menyentuh pohon itu, mereka mengatakan kalau pohon itu akan membawa sial. Salah seorang temannya bahkan sampai meludahi pohon itu agar tidak tertular sial. Mereka lalu pergi meninggalkan Jin Seon Mi.
Teman-teman Jin Seon Mi tidak suka melihat Jin Seon Mi ikut bermain dengan mereka. Mereka kembali mengolok-olok Jin Seon Mi. Karena Jin Seon Mi ikut-ikutan menyentuh pohon itu, mereka mengatakan kalau pohon itu akan membawa sial. Salah seorang temannya bahkan sampai meludahi pohon itu agar tidak tertular sial. Mereka lalu pergi meninggalkan Jin Seon Mi.
Jin
Seon Mi menangis dan mengelus pohon itu, “Maaf. Karena aku menyentuhmu,
anak-anak tidak mau di dekatmu lagi."
Jin Seon Mi kemudian melihat tangannya terluka karena tergores dahan pohon saat mengelus pohon itu. Darah yang keluar dari lukanya mengeluarkan aroma sedap hingga menarik perhatian wanita yang sedang berada di atas pohon itu.
Jin Seon Mi kemudian melihat tangannya terluka karena tergores dahan pohon saat mengelus pohon itu. Darah yang keluar dari lukanya mengeluarkan aroma sedap hingga menarik perhatian wanita yang sedang berada di atas pohon itu.
“Hei!
Ayo main denganku!” tiba-tiba sebuah suara dari atas pohon memanggil Jin Seon
Mi dan mengajaknya untuk bermain dengannya. Jin Seon Mi mendongak ke atas
pohon. Seorang wanita dengan wajah menyeramkan sedang duduk di atas pohon itu.
“Apakah
Eonni yang memanggilku?” tanya Jin
Seon Mi.
“Kau
memiliki bau yang enak. Ayo main denganku. Sini!” wanita itu mengulurkan
tangannya pada Jin Seon Mi dari atas pohon. Jin Seon Mi membalas uluran tangan
itu tanpa ragu-ragu. Tangan wanita itu perlahan semakin memanjang menggapai
tangan Jin Seon Mi hingga membuat Jin Seon Mi terangkat.
Saat
Jin Seon Mi ditarik ke atas pohon, roh nenek Jin Seon Mi datang
menyelamatkannya dan mengusir roh pennggu pohon itu.
Roh Nenek Jin Seon Mi merasa khawatir karena telapak tangan Jin Seon Mi terluka. Nenek kemudian berpesan agar Jin Seon Mi berhati-hati dan jangan sampai terluka lagi.
Roh Nenek Jin Seon Mi merasa khawatir karena telapak tangan Jin Seon Mi terluka. Nenek kemudian berpesan agar Jin Seon Mi berhati-hati dan jangan sampai terluka lagi.
“Nenek,
apa aku harus selalu bersembunyi sendiri?” tanya Jin Seon Mi.
“Tidak,
seseorang akan segera muncul untuk melindungimu. Sampai saat itu tiba, Seon
Mi-ku, kau harus hidup dengan baik dan berani! Karena takdir orang itu adalah
untuk melindungimu."
Nenek tertawa lalu menghilang dari pandangan Jin Seon Mi.
Nenek tertawa lalu menghilang dari pandangan Jin Seon Mi.
Jin
Seon Mi dewasa kini sedang berada bersama orang yang dimaksud neneknya sebagai
pelindungnya, yaitu Son O Gong. Son O Gong membantu membalut tangan Jin Seon Mi
yang berdarah.
Son O Gong mengatakan jika para roh mencium bau darah Jin Seon
Mi, maka mereka akan datang karena Jin Seon Mi adalah Sam Jang. “Aku awalnya
ingin memakan Sam Jang. Tapi begitu melihat wajahmu, aku terkejut. Bagaimana
bisa aku memakan orang yang kukenal?”
Jin
Seon Mi sangat berterima kasih pada Son O Gong karena telah melindunginya.
“Apa
hubungan kita hanya biasa? Ini salah satu kontrakku 25 tahun lalu,” kata Son O
Gong.
“Kau
bilang kau tidak pernah memikirkanku sekalipun."
“Memangnya
itu sungguh-sungguh? Aku hanya berpura-pura. Mulai sekarang, akan banyak roh
jahat yang mengejar Sam Jang. Ah, itu tidak akan terjadi. Selama ini aku tidak
ingin diganggu, jadi aku memikirkan hal lain. Tapi sekarang, aku harus bersungguh-sungguh
melindungimu. Mari kita buat kontrak lagi. Mari lupakan kontrak 25 tahun lalu
dan buat yang baru dan tepat. Lalu pertama-tama, kita akan memutuskan kontrak
lamanya. Setuju?” Son O Gong mencoba mengelabui Jin Seon Mi agar mau memutus
kontrak mereka dulu.
Son
O Gong mengulurkan telapak tangannya. Jin Seon Mi juga mengulurkan telapak
tangannya. Wajah Son O Gong tampak tidak sabar menanti Jin Seon Mi membalas
uluran telapak tangannya. Jin Seon Mi menyadari perubahan raut wajah Son O Gong yang matanya berbinar-binar menyiratkan ketidaksabaran. Saat telapak tangan Jin Seon Mi akan menyentuh
telapak tangan Son O Gong, ia dengan cepat mengepalkan telapak tangannya dan urung
menyentuh telapak tangan Son O Gong.
“Kenapa?
Apa? Kita tidak sedang bermain batu, gunting, kertas. Kita sedang membuat
kontrak!” Son O Gong kecewa karena Jin Seon Mi urung menyentuh telapak
tangannya.
“Kau
pikir aku masih anak 25 tahun yang lalu? Kau mencoba menipuku dengan memutuskan
kontrak lamanya, kan? Kenapa? Kau ingin memakanku juga, kan? Tapi karena
kontrak lama itu jadi tidak bisa?” Jin Seon Mi sangat kesal mengetahui akal
licik Son O Gong.
“Benar.
Di antara mereka yang memburumu, akulah pemangsa terkuat. Jin Seon Mi, maksudku,
Sam Jang. Pilih saja aku yang akan memakanmu!"
“Jika
kau bisa memakanku, cobalah!” Jin Seon Mi berdiri lalu pergi meninggalkan Son O
Gong. Son O Gong menyusulnya dan menghadang Jin Seon Mi.
“Kau
sungguh ingin aku mencobanya?” tanya Son O Gong.
Jin
Seon Mi tidak memperdulikan Son O Gong dan kembali berjalan meninggalkan Son O
Gong.
Son
O Gong menghadangnya lagi dan menyudutkannya ke dinding. Jin Seon Mi
memalingkan wajahnya dari Son O Gong. Son O Gong marah lalu memukul dinding itu
hingga berlubang dan melayang di luar rumah.
“Dasar wanita
keras kepala!” ucap Son O Gong.
Tetua
Soo Bo Ri sedang bertemu dengan Woo Ma Wang. Mereka sedang membicarakan Son O
Gong. Woo Ma Wang merasa heran kenapa Son O Gong tidak langsung memakan Sam
Jang.
“Kurasa
dia merasa bersalah untuk memakannya begitu cepat atau ada sesuatu yang
membuatnya ragu. Pasti ada sesuatu,” kata Woo Ma Wang.
Son
O Gong dan Jin Seon Mi sekarang sedang minum di sebuah kedai. Jin Seon Mi
bertanya apakah Son O Gong sungguh akan memakannya jika mereka tidak memiliki
kontrak.
“Apa
yang membuatmu tidak mengerti? Aku sudah jelaskan semuanya dengan sempurna."
“Aku
curiga karena kau menjadi baik."
“Itu
tidak benar,” kilah Son O Gong.
“Meskipun
aku tidak memanggilmu karena tidak tahu namamu, tapi bagaimana bisa kau memakan
anak kecil yang kau janjikan untuk kau lindungi?”
“Bahkan
jika bukan aku, kau akhirnya akan tertangkap dan dimakan roh jahat lainnya. Karena
kau Sam Jang."
Jin
Seon Mi lalu bertanya apa sebenarnya Sam Jang itu.
Woo
Ma Wang sedang berbicara dengan Ma Ji Young tentang Sam Jang yang juga sedang menanyakan apa itu Sam Jang pada Woo Ma Wang. Woo Ma Wang
menjelaskan kalau Sam Jang adalah manusia dengan darah suci yang telah menerima
tugas kerajaan Surga. Dirumorkan dia akan muncul sebelum terjadi keresahan besar
di dunia fana. Dan Jin Seon Mi muncul sebagai Sam Jang, karena itu sebagai
hukuman telah melepaskan Son O Gong.
“Tapi
jika kau pahami, bisa dikatakan aku juga bertanggung jawab sebagian dalam
mengubah takdirnya,” kata Woo Ma Wang.
“Jadi,
sesuai permintaan Tetua Soo Bo Ri, Anda berniat melindunginya?”
Woo
Ma Wang tidak menjawabnya, karena ia sebenarnya juga tergoda dengan bau darah Sam Jang.
Saat Woo Ma Wang datang ke rumah Jin Seon Mi tadi, ia menemukan tetesan darah Jin Seon Mi di lantai rumah Jin Seon Mi. Dia menjentikkan jarinya untuk mengambil tetesan darah itu dan memasukkannya ke dalam bola kristal di cincinnya. Woo Ma Wang menghirup bola kristal itu.
Woo Ma Wang mengatakan pada Ma Ji Young kalau bau darah Sam
Jang itu telah membangunkan nafsunya untuk pertama kalinya dalam seribu tahun
dan akan berbahaya jika Sam Jang berada di dekatnya. Ma Ji Young lalu
menyarankannya untuk menjauh dari Sam Jang.
“Bagaimanapun,
setidaknya aku bisa menahannya karena sedang bertugas, tapi bagaimana Dewa
Agung bisa menahannya? Son O Gong juga roh, bukan?” Woo Ma Wang merasa heran.
“Jika
kita mempertimbangkan semua fakta dia sudah menjadi Dewa. Dia mungkin telah dikeluarkan
dari surga, tapi seorang Dewa tetap berbeda tingkatnya. Jika Anda tidak tahan,
apa aku harus membawa Sam Jang? Anda mau memakannya?”
“Lupakan!
Sudah kubilang, aku sekarang sedang menjalankan tugasku. Aku juga harus menjadi
orang luaaar biasa (mooo... suara sapi muncul lagi hahaha) yang bertindak sebagai Dewa. Kau boleh pergi,” kata Woo
Ma Wang menahan rasa kesal karena mendengar ucapan Ma Ji Young. Ia bahkan lebih
kesal lagi saat mendengar Ma Ji Young menyebut Son O Gong sebagai dewa yang
berbeda tingkat dengannya.
Son
O Gong memberitahu Jin Seon Mi kalau mulai sekarang pasti akan semakin banyak roh yang
mencoba menerkam Jin Seon Mi. Ia meminta Jin Seon Mi untuk menyerah saja dengan
hidupnya.
“Apa?”
Jin Seon Mi tak percaya mendengar permintaan Son O Gong.
“Lagipula
hidupmu seperti sudah rusak oleh standar manusia normal. Ini sedikit memuakkan sejak kau bisa melihat hantu dan
tidak punya teman. Bagaimana jika kau mengakhiri hidup ini dan menunggu
kehidupan yang selanjutnya? Jika kau mengatakan untuk menyerah di hidup ini, dengan
begitu kontraknya akan batal, sehingga aku akan memakanmu tanpa rasa sakit.
Karena kita sudah saling mengenal, bukankah aku pemangsa yang paling nyaman
untukmu? Maksudku, daripada hidupmu berakhir dengan cemas, karena tidak tahu siapa
yang akan datang dan memakanmu. Apa itu setelah seminggu atau setengah bulan di
bawah perlindunganku, aku akan memberimu kesempatan memilih waktu untuk mengakhiri
hidupmu,” rayu Son O Gong.
“Apa?
Aku tidak membutuhkan kesempatan itu. Aku tidak melihat hantu selama satu atau dua
hari. Tidak ada alasan bagiku untuk cemas. Aku tidak akan pernah menyerah pada
hidupku. Aku akan terus menua dan hidup sampai keriput!”
Jin Seon Mi marah dan pergi meninggalkan Son O Gong.
Jin Seon Mi marah dan pergi meninggalkan Son O Gong.
“Ah,
karena kontrak itu, semuanya hancur. Tapi bagaimana dia bisa menjadi Sam Jang?”
Son O Gong penasaran sendiri.
Jin
Seon Mi berjalan sendirian sambil menahan kekesalannya, “Bagaimana aku bisa tertipu
dengan kebohongannya untuk melindungiku? Br*ngsek!"
Tiba–tiba seorang roh jahat datang menyerang Jin Seon Mi. Jin Seon Mi berusaha
melawan, tapi roh itu berhasil menjatuhkan payung Jin Seon Mi dan berhasil
menggigit lengan Jin Seon Mi. Son O Gong datang di waktu yang tepat dan
mengalahkan roh itu. Son O Gong mendekati Jin Seon Mi dan menarik tangannya.
Dia melihat ada bekas luka di tangan Jin Seon Mi.
“Kau
tergigit lagi. Kenapa kau terus tergigit?”
“Apa
itu tadi?”
“Roh
jahat yang mencoba memakanmu. Sekarang kau percaya denganku?”
Mendengar
ucapan Son O Gong, Jin Seon Mi menjadi lemas sampai terduduk di tanah.
“Kau sudah tidak waras. Lalu bisakah aku berasumsi kalau kau menyerah dan ingin kumakan?”
“Jadi ini akhir bagiku. Aku benar-benar dikutuk. Peristiwa malang selalu terjadi padaku dan semua orang yang kucintai menjadi tidak bahagia. Jadi aku terima jika aku dibunuh pembunuh berantai atau mati sebelum waktunya karena kecelakaan mobil. Tapi pada akhirnya, aku dimakan oleh roh jahat seperti ini,” kata Jin Seon Mi mengasihani dirinya sendiri.
Jin
Seon Mi yang merasa putus asa lalu memohon pada Son O Gong yang terus-terusan
menanyakan apakah Jin Seon Mi sudah menyerah dengan hidupnya dan bisa ia makan atau belum.
“Aku hanya memilikimu. Kau bisa melindungiku seperti tadi."
“Aku hanya memilikimu. Kau bisa melindungiku seperti tadi."
“Aku
hanya melindungi mangsaku."
“Tapi
kita sudah membuat kontrak."
“Kau
bahkan tidak tahu namaku. Tawaranku itu, pikirkan dengan baik. Aku akan memberi
waktu 15 hari, jadi buatlah keputusan."
“Br*ngsek!”
Jin Seon Mi mengusap air matanya lalu berjalan pergi dengan kesal.
Son
O Gong memanggilnya dan memberi tahu bahwa payungnya terjatuh, tapi Jin Seon Mi
tidak mempedulikannya.
Woo
Ma Wang baru pulang ke rumahnya. Suasana hatinya berubah jadi kesal begitu
melihat mantel bulu Son O Gong tergantung di atas patung kerbau miliknya. Ia bahkan
membanting-bantingkan mantel itu ke lantai.
Woo
Ma Wang mengancam Son O Gong, ia akan membuang mantelnya jika Son O Gong meletakkannya
lagi di patung kerbaunya. Son O Gong yang sedang serius membetulkan payung Jin Seon
Mi (cie yang diam-diam peduli nih), malah bertanya kenapa Woo Ma Wang akan membuang
patung kerbaunya sendiri padahal patung itu cocok untuk menggantung mantelnya.
(Ampun deh ni orang ga ngerti juga)
“Bukan
patung kerbauku yang berharga, tapi mantelmu yang akan kulempar keluar. Gantung
saja sekali lagi di sana dan aku akan membakarnya."
“Astaga,
kenapa kau membuang barang bagus? Kau harus menghargainya agar hidup dengan baik."
Woo
Ma Wang kesal mendengarnya, kemudian ia berkomentar mungkinkah karena Son O Gong
ini adalah seorang roh yang hemat sehingga ia sampai menjahit sendiri payungnya yang
rusak. Son O Gong mengatakan kalau itu adalah payungnya Sam Jang, dia bertemu
dengan Sam Jang hari ini.
“Ah,
begitu? Aku tak peduli kau memakannya atau tidak selama kau keluar dari
rumahku”.
“Sam
Jang ternyata anak kecil yang kau kirimkan ke Gunung Marmer saat itu."
Woo
Ma Wang mengakui kalau dia sudah tahu siapa Sam Jang itu dan memberi tahu Son O
Gong bahwa Jin Seon Mi menjadi Sam Jang karena itu adalah hukumannya yang telah
membebaskan Son O Gong dari Gunung Marmer.
“Omong-omong,
kenapa kau tidak langsung memakan Sam Jang? Tidak mungkin kau membiarkannya
saja. Apa ada alasan lain? Apa kau sungguh menyesal sehingga membiarkan dia
pergi dan tidak memakannya?” Woo Ma Wang mulai kepo.
Son
O Gong tidak menjawabnya. Tiba-tiba ia berdiri dan mengatakan kalau ia sedang
mencoba membuat beberapa saus.
“Saus?
Hei, apa mungkin saus untuk memakan Sam Jang?”
“Aku
harus pergi, jadi lihat kompornya. Yang perlu kau lakukan adalah mematikan
kompor setelah 20 menit dan membiarkannya terbuka. Aku pergi!"
Son
O Gong pergi dengan membawa mantelnya dan payung Jin Seon Mi. Woo
Ma Wang berbicara sendiri, “Jika dia sudah menyiapkan saus, itu berarti dia
akan memakannya, tapi kenapa dia tidak langsung saja?”
Son
O Gong duduk di atas gedung dan mengamati Jin Seon Mi yang sedang mencari payungnya
di tempat ia diserang roh jahat tadi.
“Melihat
dia masih mencari payungnya, kurasa dia belum menyerahkan nyawanya."
Son
O Gong kemudian menerbangkan payung itu dan menjatuhkannya di belakang Jin Seon
Mi. Jin Seon Mi mengambilnya tapi ia tidak langsung pergi dari sana.
“Lihatlah
dia tidak takut! Apa dia tidak berpikir ada sesuatu yang akan keluar dari sana?
Jangan berdiri dalam gelap dan cepat pergi!”
Son
O Gong lalu menjatuhkan sesuatu dari atas tangga dekat Jin Seon Mi dengan
kekuatannya yang membuat Jin Seon Mi terkejut dan segera berlari dari sana.
Jin
Seon Mi ada di kamarnya. Ia bertanya pada dirinya sendiri kenapa ia harus
menyerah pada hidupnya. Ia tidak boleh menyerah begitu saja. Jin Seon Mi kemudian tidur sambil memeluk payung kuning jimatnya.
Sementara
di luar rumah Jin Seon Mi, Son O Gong sedang menungguinya sambil memainkan api
lilin dan mengubahnya menjadi kembang api di langit. Ia memandang dinding rumah Jin Seon
Mi yang berlubang karena perbuatannya. Son O Gong bergumam sendiri kalau Jin
Seon Mi adalah mangsa yang menyebalkan baginya.
Esoknya
Jin Seon Mi berada di kantornya masih memikirkan caranya untuk bertahan hidup.
“Benar.
Aku hanya perlu mengingat nama orang itu,” kata Jin Seon Mi.
Jin
Seon Mi masih ingat ucapan Son O Gong yang mengatakan, “Sekalipun namaku titik
titik titik, bahkan Dewa Langit pun takut padaku."
“Titik
titik titik. Itu tiga karakter. Jangan menyerah. Karena pepatah mengatakan yang
paling susah harus di mulai dengan yang paling dasar."
Jin
Seon Mi mulai mencari tahu nama perinya itu dengan membuka daftar nama kliennya
dan mengucapkan nama mereka satu per satu dengan keras berharap salah satu kliennya memiliki nama yang sama dengan perinya itu.
“Kim
Sang Soon! Lee Jong Mi! Song Joon Seok! Yoo
Yeong Ha!” Sekeras apapun Jin Seon Mi berteriak, perinya tidak muncul-muncul juga.
Lee
Han Ju masuk ke ruangannya. “Sejak pagi tadi, kau berteriak menyebut nama pelanggan
dengan semangat," kata Lee Han Ju.
“Lee
Han Ju. Aku sedang buru-buru sekarang. Aku tidak punya waktu. Jadi tangani
segala urusan hari ini!"
“Tentu
saja. Jika aku mau makan dan hidup maka aku harus melakukannya. Sendirian,”
kata Lee Han Ju kesal.
Lee Han Ju lalu memberitahu bahwa kemarin Ketua Woo Hwi (Woo Ma Wang) datang mencari
Jin Seon Mi.
“Siapa
itu?”
“Lucifer Entertainment. Agensi hiburan
dengan bintang papan atas PK, tapi kau tidak tahu? Itu keluar di televisi dan
sebagainya. Kau tidak tahu karena hanya mendengarkan radio.”
“Iya.
Aku tidak tahu."
Lee
Han Ju menunjukkan video Woo Ma Wang saat sedang menjadi juri di
ponselnya. Melihat wajah Woo Ma Wang di video itu membuat Jin Seon Mi ingat
dengan paman peri yang memintanya mengambil kipas 25 tahun lalu. Jin Seon
Mi lalu bertanya pada Lee Han Joo bagaimana caranya agar ia bisa bertemu dengan
orang di video itu.
Lee
Han Ju dan Jin Seon Mi datang ke stasiun TV tempat Woo Ma Wang menjadi juri
acara "Superstar". Lee Han Ju dan Jin Seon Mi berhasil masuk ke stasiun TV
berkat kenalan Lee Han Ju yang bekerja di sana.
Di
dalam studio stasiun TV tersebut, Woo Ma Wang sedang memberikan penilaiannya terhadap salah seorang peserta audisi “Superstar”. Lagi-lagi Woo Ma Wang
meloloskan si peserta dengan menggunakan kartu kesempatan miliknya. Peserta itu padahal tidak bisa menari dengan baik. Hal itu membuat kedua rekan jurinya merasa tidak senang
dengan keputusan Woo Ma Wang.
Di
belakang panggung saat acara sedang break,
Woo Ma Wang yang sedang asyik membaca komentar positif netizen di SNS-nya mendengar
dua juri rekannya sedang membicarakan dirinya dengan jelas di hadapannya
sendiri.
“Bukankah
dia terlalu banyak menggunakan kartu kesempatan?” komentar salah satu juri
menyindir Woo Ma Wang.
“Ini
bukan kontes amal. Ini seperti komedi. Ini aneh."
“Memalukan
sekali. Memangnya dia Park Jin Young atau semacamnya?”
“Apa
dia bisa memilih penyanyi yang bagus?”
Ma
Ji Young lalu berbisik pada Woo Ma Wang dan menawarkan untuk membunuh dua orang
yang sedang menggunjing Woo Ma Wang itu. Woo Ma Wang langsung melarangnya.
Saat
itu PD-nim acara “Superstar” masuk ke ruangan itu dan Woo Ma Wang langsung memanggilnya.
Woo Ma Wang bertanya pada PD-nim dengan suara keras agar di dengar dua juri itu, “Tentang siaran tadi, jam
berapa rating tertinggi penonton Bundang?”
“Iya.
Saat Anda mengatakan, "Kau lolos" dan mengeluarkan kartu kesempatan,”
jawab PD-nim.
“Apa
aku ceroboh dan terlalu sering menggunakan kartu kesempatan itu? Aku pikir terlalu
sering menggunakannya bukanlah seperti amal."
“Siapa
orang yang tidak punya telinga dalam bermusik itu?” tanya PD-nim mencoba
menyenangkan hati Woo Ma Wang.
“Astaga.
Mereka bilang itu rating tertinggi penonton di Bundang. Kau... lolos! Itu yang kulakukan," Woo Ma Wang berbicara sambil memperagakan gaya khasnya untuk mengejek dua juri
lain.
“Terus
lakukan itu! Itu menyenangkan. Aku permisi dulu,” kata PD-nim.
Dua
juri yang lain tak bisa berkata-kata lagi mendengar sindiran balik Woo Ma Wang.
Acara
audisi “Superstar” kembali dimulai. Ketiga juri sudah bersiap menyaksikan
peserta berikutnya yang merupakan seorang gadis muda berusia 16 tahun. Jin Seon
Mi tiba-tiba muncul di atas panggung sebagai peserta di acara itu dan
mengejutkan para juri dan semua kru acara, termasuk mengejutkan Lee
Han Ju. Jin Seon Mi dengan percaya diri berdiri di atas panggung sambil membawa
payung kuningnya.
“Dia
kelas sembilan? Kurasa tidak. Dia berumur tiga puluh enam tahun. Kurasa ini
salah,” komentar salah seorang juri.
Woo
Ma Wang langsung mengenali orang yang ada di depannya sekarang adalah Sam
Jang.
“Aku
tidak dapat bertemu denganmu di agensi dan tidak bisa menghubungimu di stasiun radio,
jadi aku langsung kesini. Ini sangat mendesak bagiku. Di masa lalu, kau
memilihku. Kau bilang aku punya kemampuan khusus dan lolos. Tolong bantu aku.
Aku putus asa,” kata Jin Seon Mi pada Woo Ma Wang.
Sebelum
menjawab, Woo Ma Wang memakai kaca mata hitamnya terlebih dulu. “Karena aku
telah meloloskan begitu banyak orang, Aku tidak ingat dengan baik."
“Kau
tidak ingat denganku?”
“Kurasa
kau tidak cukup spesial untuk di ingat. Maaf."
“Sebentar.
Aku akan menunjukkannya. Aku akan menunjukkan sekali lagi kemampuan khususku.
Tolong biarkan aku menunjukkan bakat khususku yang bisa melihat hal-hal yang
tak terlihat."
Jin
Seon Mi menunjukkan bekas gigitan roh jahat di tangannya. Jin Seon Mi mulai
bernyanyi. Para roh yang mencium bau darah Jin Seon Mi mulai berdatangan
mendekati Jin Seon Mi. Jin Seon Mi bernyanyi dengan suaranya yang kurang bagus
sambil menghalau para roh dengan payungnya.
Nafsu
dalam diri Woo Ma Wang mulai bereaksi mencium bau darah Jin Seon Mi. Begitupun dengan Ma Ji Young. Mata Woo Ma Wang dan Ma Ji Young menjadi merah. Woo
Ma Wang berusaha keras menahan dirinya untuk tidak tergoda dengan bau darah Sam Jang.
“Aroma
ini, bau ini! Aku sangat ingin memakannya! Tidak! Sadarlah! Ugh! Ugh, sadarlah!”
kata Woo Ma Wang pada dirinya sendiri. Woo Ma Wang kembali mengingat saat
pertama bertemu Jin Seon Mi. “Tidak!
Tidak bisa! Aku harus jadi juri! Tidak! Aroma ini! Oh aroma ini!”
Karena
sudah tidak bisa tahan lagi, Woo Ma Wang menghantamkan tangannya ke meja dan membuat
para roh jahat yang mengerubungi Jin Seon Mi pergi. Ia lalu
meneriakkan, “Kau... Lolos!” pada Jin Seon Mi. Seisi studio heboh tidak percaya
dengan keputusan Woo Ma Wang. Semua orang terkejut kenapa Woo Ma Wang bisa
meloloskan orang yang tidak bisa bernyanyi dengan baik dan hanya bisa memain-mainkan payung kesana-kemari tidak jelas seperti Jin Seon Mi.
Komentar