SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 2 PART 2
Son O Gong kembali menemui Jenderal Es di kedainya. Jenderal Es bertanya pada Son O Gong apa yang terjadi pada Sam Jang sekarang.
“Aku tengah membujuknya agar bisa memakannya tanpa ada kesalahan. Aku sudah membuat saus. Nanti kau coba cicipi, Jenderal Es!” kata Son O Gong.
Tiba-tiba
PK muncul dengan diikuti oleh para fansnya yang memujanya.
“Oppa!”
“Semuanya,
berapa meter jarak antara artis dan penggemar?” tanya PK pada penggemarnya.
“Sepuluh
meter!” jawab fansnya serempak.
“Mari
kita pertahankan garis tak terlihat itu, ok!” perintah PK kemudian.
“Oppa!
Oppaaaaa!” fans PK semakin histeris mendengar ucapan PK.
Son
O Gong dan Jenderal Es hanya geleng-geleng kepala karena tidak suka melihat
tingkah PK.
PK
duduk dengan Son O Gong dan Jenderal Es dengan gaya yang sok akrab.
“Yo!
Son Brother! Lama tidak bertemu. Apa kabarmu?”
“Yo,
babi! Hentikan itu!” jawab Son O Gong yang secara tidak langsung menyuruh PK untuk
bersikap hormat dan tidak berlaku sok akrab
di depannya.
“Maaf," PK langsung menunduk pada Son O Gong.
“Jadi
kau sudah menangkap Sam Jang? Selamat, Hyungnim! Aku sudah mencari tahu. Aku
tidak akan memberitahu siapa pun jadi katakan padaku satu hal saja,” kata PK
kemudian.
“Kau
sudah kenyang karena energi gadis-gadis yang memberikannya secara sukarela padamu," Son O Gong langsung menunjukkan ketidaksukaannya pada PK yang berniat merebut
mangsa miliknya.
“Jangan
berlebihan! Sam Jang itu spesial. Mereka bilang bau darahnya sangat memikat.
Bagaimana pendapatmu, Dewa Agung?”
“Dewa
Agung belum memilikinya,” Jenderal Es menjawab pertanyaan PK.
“Apa?
Apa kau berlatih untuk menjadi Dewa seperti Woo Ma Wang? Kau hampir mendapatkannya,
tapi ditendang ke Gunung Marmer. Apa hebatnya itu sehingga kau ingin memulainya
lagi?”
Son
O Gong yang mulai kesal dengan ocehan PK bertanya pada Jenderal Es, “Jenderal Es, apa yang harus aku hancurkan
dari seekor babi? Ah. Daging!” Son O Gong mencoba menakut-nakuti PK.
PK
langsung menunduk takut pada Son O Gong. PK menyuruh Son O Gong untuk mengambil
Sam Jang sendiri saja, ia tak akan merebutnya. PK juga berharap Son O Gong bisa
jadi Dewa Agung di surga lagi. PK yang masih ketakutan pada Son O Gong buru-buru pamit pergi dari sana.
“Dia
tidak pernah dewasa. Astaga!” komentar Son O Gong begitu PK sudah pergi.
“Melihat
Jeo Pal Gye jauh-jauh kemari, Sam Jang pasti sangatlah penting."
“Ya.
Semua roh jahat terus menghalangi karena baunya. Aku harus melindunginya
sepanjang malam."
“Anda
melindungi Sam Jang sepanjang malam?” tanya Jenderal Es heran.
“Ya.
Karena dia mangsaku."
“Dan
Anda tidak melindungi mangsa itu sekarang?” tanya Jenderal Es lagi.
“Dia
mungkin sekarang sedang menemui Woo Ma Wang untuk mencari tahu namaku. Woo Ma
Wang tidak akan memakannya, jadi dia aman,” kata Son O Gong.
Jin
Seon Mi memang sedang bersama Woo Ma Wang. Ia meminta Woo Ma Wang agar
memberitahu nama peri yang ia bebaskan di Gunung Marmer 25 tahun lalu.
“Ini
sangat disayangkan, meskipun aku memberi tahu nama Son O Gong adalah Son O Gong,
kau tidak akan bisa mengingatnya,” kata Woo Ma Wang prihatin.
“Namanya...
Siapa namanya tadi? Aku baru saja dengar."
“Lihat!
Bahkan jika kau mendengarnya, itu tidak bisa tersimpan di ingatanmu. Sampai Son
O Gong mengembalikan ingatan yang dia ambil darimu."
“Lalu,
aku tidak pernah bisa memanggil namanya?"
“Sangat
disayangkan. Kalau begitu, berhati-hatilah."
“Lalu
kontraknya juga tidak berguna dan aku harus dimakan oleh dia atau iblis lainnya?”
“Apa
maksudmu dengan kontrak?” Woo Ma Wang penasaran mendengar Jin Seon Mi
menyebutkan soal kontrak antara dirinya dengan Son O Gong.
Jin
Seon Mi bercerita kalau mereka dulu menyetujui sebuah kontrak. Jika ia memanggil
nama Son O Gong, maka Son O Gong akan muncul dan melindunginya.
“Kontrak?
Jadi itulah yang menjadi pengganggunya. Tidak heran kalau b*jingan itu tidak
bisa langsung memakanmu,” kata Woo Ma Wang.
“Tapi
tetap saja, karena aku tidak tahu namanya, aku tidak bisa memanggilnya. Itu tidak
berguna."
“Dia
mungkin menggunakan tipuan licik tapi kontrak dengan manusia sangat kuat. Aku
akan membantumu. Mari kita cari sesuatu yang bisa dipakai untuk menangkap Son O Gong,”
ajak Woo Ma Wang.
Woo
Ma Wang dan Jin Seon Mi kini menuju sebuah gang yang gelap. Jin Seon Mi mulai curiga, ia takut Woo Ma akan menyuruhnya pergi
seorang diri lagi seperti waktu dulu.
“Sebentar!
Kau tidak akan memintaku melewati ini sendirian seperti terakhir kali, kan?”
tanya Jin Seon Mi.
Woo
Ma Wang tertawa mendengarnya. “Kali ini, ayo kita jalan bersama supaya tidak ada
masalah. Aku yakin ada di sekitar sini. Ah, bangunan Pirundong 28. Kita
menemukan tempatnya,” jawab Woo Ma Wang.
Woo Ma
Wang dan Jin Seon Mi masuk ke sebuah toko.
“Apa
yang mereka lakukan di sini?” tanya Jin Seon Mi.
“Disitu
tertulis Toko Umum. Barang yang kita cari pasti ada disini."
Seorang
wanita menyambut Woo Ma Wang dan menyerahkan sebuah botol padanya.
“Ini
bau Mi Hon yang kau cari,” kata wanita itu.
Woo
Ma Wang menanyakan apakah ia bisa menjinakkan iblis dengan barang itu.
“Untuk
menjinakkan iblis ganas, aku memiliki sesuatu yang menakjubkan melebihi ini,”
jawab wanita itu. Ia kemudian menanyakan apakah Woo Ma Wang mau melihatnya.
“Jika
kau memiliki barang yang menakjubkan, tentu saja aku harus melihatnya."
Mereka
berdua masuk ke bagian dalam toko. Sementara Jin Seon Mi melihat-lihat barang
di sekeliling toko. Sebuah ginseng yang ia pegang di toko itu berbicara
padanya dan mengatakan ia kesakitan karena dipegang Jin Seon Mi. Cucu pemilik toko yang
sedari tadi ada di toko itu memperingatkan Jin Seon Mi untuk tidak memegang
ginseng itu, karena ginseng itu bisa menggigitnya. Jin Seon Mi cepat-cepat
melepaskan tangannya dari ginseng itu.
Jin
Seon Mi kemudian tertarik pada sebuah guci dan membuka tutupnya. Saat pentupnya sudah terbuka, Jin Seon
Mi kaget melihat bayangan dirinya sedang memakai baju pengantin kuno dan mencium Son
O Gong ada di dalam guci itu. Saking kagetnya ia bahkan sampai terpental ke
belakang. Untung saja cucu pemilik toko segera menahan tubuh Jin Seon Mi.
“Guci
apa ini?” tanya Jin Seon Mi.
“Guci
ini menunjukkan kejadian tidak menyenangkan yang akan terjadi. Apa yang kau
lihat di sana akan selalu terjadi. Tapi akhirnya, tidak selalu baik. Tolong
jangan sentuh apapun!”
“Kejadian
yang tidak menyenangkan?” Jin Seon Mi menyentuh bibirnya. Ia masih terkejut
dengan apa yang dilihatnya.
Woo
Ma Wang keluar dengan pemilik toko.
“Kurasa
kita mendadak mendapatkan barang bagus. Ini disebut Geum Gang Go.”
Woo Ma Wang tertawa sambil menunjukkan sebuah kotak pada Jin Seon Mi.
Woo Ma Wang tertawa sambil menunjukkan sebuah kotak pada Jin Seon Mi.
Sepasang
calon pengantin sedang melihat-lihat rumah yang akan mereka tempati setelah
mereka menikah nanti. Tak sengaja mereka melihat ada sebuah bingkai foto yang
masih terbungkus ada di sana. Calon pengantin wanita membuka bungkusan foto itu
yang ternyata merupakan foto pengantin kuno.
“Ah,
itu foto lama. Tapi siapa yang meletakkannya di sini?” kata si pria.
“Studionya
pasti salah kirim,” pikir si wanita.
“Iya,
aku akan mengurusnya jadi jangan khawatir!” Si pria kemudian mengajak calon
pengantin wanitanya untuk melihat-lihat kamar tidur mereka.
Tanpa
mereka ketahui mata pengantin wanita dalam foto itu bergerak-gerak berubah
menjadi merah, lalu tersenyum menyeramkan.
Setelah selesai melihat-lihat rumah baru mereka, ternyata si calon pengantin wanita kembali lagi ke rumah itu, karena tasnya ketinggalan di sana. Saat melihat lagi foto pengantin kuno di sana, ia merasa aneh karena sebelumnya pengantin wanita dalam foto itu terlihat menurunkan matanya berbeda dengan posisi mata yang sekarang. Calon pengantin wanita itu mengamati foto pengantin wanita itu dengan seksama.
Setelah selesai melihat-lihat rumah baru mereka, ternyata si calon pengantin wanita kembali lagi ke rumah itu, karena tasnya ketinggalan di sana. Saat melihat lagi foto pengantin kuno di sana, ia merasa aneh karena sebelumnya pengantin wanita dalam foto itu terlihat menurunkan matanya berbeda dengan posisi mata yang sekarang. Calon pengantin wanita itu mengamati foto pengantin wanita itu dengan seksama.
Mata
pengantin wanita dalam foto itu menyala merah, lalu tersenyum jahat dan berkata, "Apa kau mau menikah di tempatku?" Si calon
pengantin wanita menjerit ketakutan. Ia tertarik masuk ke dalam foto.
Tetua Soo
Bo Ri sedang minum di sebuah bar milik adiknya Jenderal Es. Mereka membicarakan
tentang roh jahat yang memakan mempelai wanita sedang kabur baru-baru ini.
“Kurasa
itu perbuatan roh jahat yang cukup kuat,” kata adik Jenderal Es.
“Roh
jahat? Dulu gambar atau cermin, Sekarang foto atau video? Mereka melekatkan diri
pada hal-hal seperti itu. Lagi pula sekarang iblis dunia menjadi lebih umum,
makanya surga mengirim Sam Jang,” Tetua Soo Bo Ri berbicara sambil tertawa.
“Maksudmu
Sam Jang datang ke dunia ini karena iblis?” tanya adik Jenderal Es.
“Sam
Jang adalah manusia yang memegang tugas melindungi dunia dari iblis."
“Dengan
kekuatan apa manusia Sam Jang melawan iblis?”
“Mereka
tidak mengirim Sam Jang dari atas tanpa tindakan. Gambarannya sudah ditentukan.
Apa yang seharusnya terjadi akan terjadi,” Tetua Soo Bo Ri tertawa lagi.
Son
O Gong sedang menunggu Jin Seon Mi di rumah Jin Seon Mi. Tak lama kemudian, Jin Seon Mi datang. Son
O Gong tersenyum melihatnya.
“Kau
dari mana?” tanya Son O Gong dengan lembut setelah mengejutkan Jin Seon Mi
dengan kehadirannya.
“Belanja.
Aku ingin menghabiskan seluruh uangku sebelum mati,” jawab Jin Seon Mi
berbohong.
“Belanja?
Kau menemui Woo Ma Wang! Beraninya kau berbohong padaku? Kau mau mati?” ancam
Son O Gong dengan kesal.
“Iya!
Aku bohong! Aku menanyakan namamu tapi dia mengatakan walaupun diberitahu, aku tidak
akan ingat."
“Lihat! Sudah kubilang, kau tidak akan bisa mengingatnya. Mengapa kau tidak mempercayaiku
dan melakukan perjalanan yang tidak berguna?”
“Cih,
kau ingin aku mempercayaimu?” gumam Jin Seon Mi.
Son
O Gong tiba-tiba memegang kedua bahu Jin Seon Mi dengan kasar. Ia menarik Jin
Seon Mi ke arah dinding yang pernah ia rusak sebelumnya.
“Tutup
matamu!” perintah Son O Gong.
“Kau
ingin aku mati sekarang?” Jin Seon Mi ketakutan.
“Tidak.
Tutup saja bola matamu itu! Kau harus menutupi bola matamu jadi aku bisa bilang
"Ta-da!"”
“"Ta-da"
kenapa?” Jin Seon Mi bingung dengan maksud Son O Gong.
Son
O Gong lalu menunjukkan ia sudah membetulkan dinding yang dilubanginya.
“Ta-da!
Demi kenyamanan waktumu yang terbatas, aku menyelesaikan beberapa masalah.
Sekarang, bagaimana jika kau memilihku?” Son O Gong mulai membanggakan kebaikan dirinya.
“Apa
kau melakukan ini agar terlihat hebat di depanku? Baik, menurutmu aku harus
mati. Aku ingin tahu apa dimangsa olehmu adalah pilihan terbaik."
“Tentu
saja. Tidak ada pemangsa yang ramah sepertiku.”
“Lalu
cobalah berusaha lebih banyak! Kau harus membuatku tidak ragu, jadi aku akan mulai
memikirkan untuk mati."
“Baiklah,
aku mengerti. Apa yang kau mau? Aku akan wujudkan. Apa yang belum kau lakukan?”
“Makan
malam bersama keluarga, minum-minum bersama teman dan berkencan dengan
pacar,” jawab Jin Seon Mi.
Jin
Seon Mi dan Son O Gong sedang dalam misi mewujudkan keinginan Jin Seon Mi sebelum
mati dimakan Son O Gong. Mereka pergi ke sebuah restoran untuk makan malam
layaknya keluarga.
“Mari makan seperti keluarga. Haruskah aku menjadi
Oppa atau kau menjadi Noona?” tanya Son O Gong.
“Aku
selalu memesan menu keluarga. Paman, aku bisa pesan, bukan?”
“Sebanyak
apa yang kau mau? Pesanlah melebihi keluarga lain”. Son O Gong mulai bertingkah seolah-olah ia pamannya Jin Seon Mi dan memesankan makanan untuk Jin Seon Mi.
Jin
Seon Mi melihat orang-orang di restoran itu minum sambil bersulang. Jin Seon Mi
iri melihat mereka.
“Aku
tidak pernah teriak bersulang atau minum dengan orang lain sebelumnya,” kata
Jin Seon Mi meminta Son O Gong bersulang dengannya.
“Sayangnya,
aku saat ini dilarang minum tapi aku akan bersulang denganmu kapan saja. Ayo!”
Son O Gong menyodorkan gelas air putih miliknya dan mengajak Jin Seon Mi
bersulang.
“Haruskah
aku menjadi rekan kerja atau temanmu?” tanya Son O Gong.
“Rekan,
teman terbaik, lalu seseorang yang sedang berkelana."
“Berkelana...
Oke!” Son O Gong setuju.
Son
O Gong kemudian berpura pura menjadi rekan Seon Mi.
“Jin
Seon Mi, seperti yang kulihat, kau harus masuk tentara. Satu-satunya tempat
yang akan mengubahmu yang penyendiri adalah tentara. Ketangguhan dan kekuatan
mental diperoleh melalui latihan antara senior dan pemimpin. Dan melalui
interaksi pribadi itu akan mengubah kepribadianmu yang penyendiri dengan sekali
coba. Dan juga, kau bilang bisa melihat hantu, bukan? Kau harus masuk tentara
sehingga kemampuannya hilang. Tahu kenapa? Tentara mengalami lebih banyak hal menakutkan
daripada hantu,” Son O Gong memberikan saran panjang lebar pada Jin Seon Mi dengan antusias. (cie yang baru pulang wamil, tahu
banget tentang tentara. Duh, mantan oppa kacang
ijo)
Jin
Seon Mi hanya mendengarkan ocehan Son O Gong sambil terus minum dan tak menanggapinya.
“Hei,
hei, hei! Saat ini, kau tidak memiliki rasa hormat pada tentara! Karena aku
teman terbaikmu, aku bisa memberi tahumu pergi ke tentara atau tidak! Astaga.
Tidak ada tempat seperti
tentara. Kau sungguh harus kesana,” Son O Gong menegur Jin Seon Mi yang hanya
diam saja mendengarkan sarannya.
Son
O Gong lalu mengajak Jin Seon Mi ke sebuah tempat yang ada pohon natal besar di dalamnya dengan lampu-lampu hias di sekelilingnya. Kali ini mereka berpura-pura menjadi
sepasang kekasih.
“Wow!
Pohon itu sangat cantik,” Jin Seon Mi terkagum-kagum.
Son
O Gong menyarankan Jin Seon Mi untuk berfoto juga seperti orang-orang yang ada di sana. “Kau
juga harus foto seperti mereka. Kau tidak membawa ponselmu? Haruskah aku memberimu?
Adikku memproduksi ponsel tersebut. Dia orang tertinggi di perusahaannya. Dia
mungkin akan membawa model terbaru yang bahkan belum diluncurkan. Apapun yang kubutuhkan,
aku hanya perlu memberitahunya,” kata Son O Gong.
“Lupakan! Aku juga punya."
Jin Seon Mi mengeluarkan ponselnya dan berfoto sendiri.
Jin Seon Mi mengeluarkan ponselnya dan berfoto sendiri.
Son
O Gong melihat ke sekelilingnya di mana orang-orang berfoto berdua sambil
saling merangkul. “Semua orang berpose seperti ini. Kau juga harus mencobanya
sebelum mati. Ambil fotonya!” Son O Gong merangkul bahu Jin Seon Mi meniru apa
yang dilakukan orang lain di sekitarnya.
Jin
Seon Mi hanya diam saja memandangi Son O Gong. Ia teringat apa yang dilihatnya
di dalam guci besar tadi di mana ia mencium Son O Gong sambil mengenakan gaun pengantin kuno. Ia lalu mendorong Son O
Gong agar menjauh darinya.
“Kita
tidak perlu melakukan hal seperti ini,” kata Jin Seon Mi.
“Dengan
niat baik, aku memberimu kesempatan untuk mencobanya sebelum mati. Jika
tidak mau, lupakan saja!" Son O Gong menjadi kesal.
“Aku
tidak pernah keluar dengan seseorang selama liburan. Disini sangat bagus. Aku
tidak tahu mereka menghiasi pohonnya dengan indah."
“Baiklah,
aku telah melakukan bagianku. Kau harus perlahan menyiapkan hatimu,” kata
Son O Gong sambil menjentikkan jarinya dan lampu di pohon itupun mati seketika.
“Pohon
itu indah, kenapa kau mematikan lampunya? Semua orang pergi! Apa yang akan kau
lakukan jika mereka pergi?” kata Jin Seon Mi.
“Orang-orang
itu bukan keluarga, teman, atau pacarmu. Cuma kau satu-satunya yang sendiri tanpa
ada orang lain. Bukankah hidupmu tampak lebih sepi dan sengsara setelah sesuatu
lenyap? Menggunakan kata-kata manusia, bukankah sepertinya hidup ini sudah hancur?
Bagaimana menurutmu? Bukankah ini saat yang tepat membuat keputusan untuk mati."
“Meskipun
aku tidak memiliki keluarga, teman, atau pacar. Di hidupku, ada aku. Walaupun
aku sendiri dan hidup dengan benar, aku lebih menyayangi dan membanggakan
diriku. Aku ingin terus hidup. Itu sebabnya aku membutuhkanmu."
“Aku
tidak butuh kau yang terus ingin hidup. Lupakan! Hanya untuk hari ini, aku menjadi
keluarga, teman, dan pacarmu. Aku puas mencobanya denganmu,” kata Son O Gong.
“Meski begitu, aku berterima kasih atas hari ini.
Ini! Ini hadiah!” Jin Seon Mi menyerahkan kotak Geum Gang Go pada Son O Gong.
“Apa
itu?”
“Aku
tadi membelinya. Ini juga sesuatu yang ingin kulakukan. Memberi dan menerima
hadiah adalah sesuatu yang belum pernah kulakukan. Ambil!”
Son
O Gong agak ragu menerimanya, tapi ia tetap menerima kotak itu dan membukanya.
Jin
Seon Mi teringat saat Woo Ma Wang memberinya Geum Gang Go untuk ia berikan pada
Son O Gong. Woo Ma Wang mengatakan kalau Jin Seon Mi memasangkan Geum Gang Go itu pada Son O Gong,
maka Son O Gong akan selalu di sisi Jin Seon Mi. Jika Son O Gong menolak, Geum
Gang Go itu akan memberikan rasa sakit yang setara dengan dicabik pada Son O
Gong.
“Trik
apa yang ingin kau mainkan dengan barang ini?” tanya Son O Gong curiga dengan maksud
hadiah Jin Seon Mi.
“Ini
pertama kalinya aku memberi seseorang hadiah, jadi aku ingin mencobanya. Kau
bilang akan melakukan semuanya untukku. Jika tidak mau, sini!”
Jin
Seon Mi akan mengambil kotak itu lagi, tapi Son O Gong buru-buru memasukannya ke
dalam saku mantelnya.
“Kau
bilang ini milikku. Untuk saat ini, sudah kuterima,” kata Son O Gong.
“Kau
membuangnya atau tidak, itu terserah. Hari ini, aku tidak bisa mengambil
keputusan. Karena aku menghabiskan waktu bersamamu, ini malam Natal yang paling
menyenangkan."
“Apa?”
tanya Son O Gong kaget.
“Kau
tidak tahu? Ini malam Natal. Itu sebabnya keluarga, teman, dan pacar keluar
bersama. Terima kasih telah keluar bersamaku. Menyerah pada hidup adalah
sesuatu yang tidak ingin ku lakukan hari ini."
“Oke!
Aku memberimu waktu 15 hari jadi aku akan membiarkannya hari ini. Pergi!”
Jin
Seon Mi membalikkan badannya akan pergi. Tapi Son O Gong menghentikan
langkahnya. “Hei!
Selesaikan apa yang telah kau lihat!”
Son
O Gong menjentikkan jarinya dan lampu di pohon natal raksasa kembali menyala.
“Wow!
Indahnya!” Jin Seon Mi sangat menyukainya. Sementara
Son O Gong masih mengamati kotak
pemberian Jin Seon Mi dengan seksama.
Son
O Gong pulang ke rumah Woo Ma Wang dan dengan tanpa rasa bersalah kembali menggantungkan mantelnya di patung kerbaunya Woo Ma Wang. Woo Ma Wang yang
sedari tadi bersembunyi untuk menciduk ulah Son O Gong muncul mengomeli Son O
Gong.
“Kau
ketahuan! Kau tertangkap! Sudah kubilang jangan menggantungnya di sini, bukan?
Aku sudah bilang akan membakarnya, bukan?”
“Maaf.
Jika kau ingin membakarnya, silahkan!” jawab Son O Gong malas menanggapi omelan
Woo Ma Wang sambil pergi meninggalkan Woo Ma Wang yang masih marah-marah.
Woo
Ma Wang membanting-bantingkan mantel Son O Gong hingga terdengar sebuah suara seperti
suara benturan. Woo Ma Wang penasaran dan mengecek mantel Son O Gong. Di saku
mantel Son O Gong, Woo Ma Wang menemukan Geum Gang Go yang tadi siang ia
berikan pada Jin Seon Mi. Ia kesal karena Son O Gong malah mengabaikan barang
itu. Woo
Ma Wang lalu pergi menghampiri Son O Gong.
“Hei,
Dewa Agung! Sebelum aku membakarnya, apa ada yang penting di sakumu?” tanya Woo
Ma wang mencoba bersikap lembut.
“Tidak
ada. Bakar saja!” Son O Gong tampak tidak bersemangat dan tidak peduli.
“Aku
akan memberimu kesempatan untuk mengambilnya,” kata Woo Ma Wang lagi.
“Ma
Wang, bakar itu saja! Jadi kau akan meringankan emosiku. Punyaku banyak."
Woo
Ma Wang jadi kesal mendengar jawaban Son O Gong, “Lain kali, jika kau
menggantungnya lagi, aku sungguh akan membakarnya."
“Tidak,
bakar saja!” Son O Gong jadi jengkel pada Woo Ma Wang yang bertele-tele.
Woo
Ma Wang lebih jengkel lagi karena sikap Son O Gong yang seolah tak peduli
dengan Geum Gang Go, padahal ia ingin sekali Son O Gong memakai Geum Gang Go
itu. “Mengapa membakar sesuatu yang tidak bersalah? Kau harus hidup dengan
baik! Aku akan menggantungnya di kamarmu,” kata Woo Ma Wang sambil menahan emosinya.
“Ma
Wang. Kau pernah melihat manusia yang terlihat tidak memiliki apapun dan ingin melindungi
hidup mereka dengan baik?” tanya Son O Gong tiba-tiba.
“Aku
sering melihatnya. Terlihat di mata anak-anak yang audisi di programku. Tentu
saja, di antara anak-anak itu sebagian besar tampak kehilangan di matanya.
Mengapa?”
“Tatapan
yang menginginkan hidup itu, sangat keren."
“Jadi?
Kau ingin melindungi tatapan itu di matanya?”
“Ma
Wang, kau membakarnya?” Son O Gong seperti teringat sesuatu.
“Aku
tidak membakarnya,” Woo Ma Wang menunjukkan mantel Son O Gong yang masih dipegangnya.
“Bukan itu!
Sausku! Aku menyuruhmu mematikan kompornya! Astaga, itu sangat enak! Apa yang kau
lakukan? Astaga, dasar!”
Son O Gong marah-marah pada Woo Ma Wang. Ia lalu menuju dapur melihat saus buatannya.
Son O Gong marah-marah pada Woo Ma Wang. Ia lalu menuju dapur melihat saus buatannya.
Woo
Ma Wang merasa sangat kesal dan menginjak-injak mantel Son O Gong. Tapi, ia
kemudian ingat dalam mantel itu ada Geum Gang Go. Ia buru-buru mengambil kotak
Geum Gang Go itu.
“Sial!
Aku tidak bisa memasangkan Geum Gang Go padanya! Sudah banyak uang yang aku
bayar untuk membeli ini! Jika ada cara untuk mengatasi tugas mudah itu lagi,
betapa menyenangkannya itu!”
Son
O Gong kemudian berlari dari dapur sambil berteriak.
“Ma
Wang! Ma Wang! Kau tidak boleh membakarnya! Wow, ada sesuatu yang penting disini.
Aku hampir lupa!”
“Oh,
sungguh?” Woo Ma Wang menyimpan kembali Geum Gang Go pada mantel Son O Gong. “Lihat?
Aku menyuruhmu untuk mengambilnya. Untung tidak kubakar."
Woo Ma Wang berpura-pura terkejut padahal ia senang akhirnya Geum Gang Go itu sampai pada Son O Gong.
Woo Ma Wang berpura-pura terkejut padahal ia senang akhirnya Geum Gang Go itu sampai pada Son O Gong.
“Terima
kasih."
“Tidak
perlu berterima kasih segala!"
Setelah
Son O Gong pergi, Woo Ma Wang berbicara sendiri, “Silakan pasang Geum Gang Go itu! Kumohon! Kumohon!”
Tetua
Soo Bo Ri sedang berada di toko yang pernah di datangi Woo Ma Wang bersama Jin
Seon Mi.
“Geum
Gang Go akhirnya akan pergi ke tempatnya. Peristiwa yang harusnya terjadi akan
terjadi,” kata Tetua Soo Bo Ri pada wanita pemilik toko. Pemilik toko hanya
tersenyum mengangguk mendengar ucapan Tetua Soo Bo Ri.
Sa
O Jeong sedang berjalan bersama dengan beberapa karyawannya. Dia berhenti begitu
melihat Son O Gong di hadapannya.
“Hyungnim.
Apa yang membawa Anda kemari?” Sa O Jeong berbicara dengan sangat hormat pada
Son O Gong membuat semua karyawan yang melihatnya keheranan bagaimana bisa bos
mereka tunduk pada orang yang lebih muda darinya.
“Aku
ada masalah mendesak,” jawab Son O Gong.
“Oh,
begitu."
“Ayo
masuk!” ajak Son O Gong yang malah memerintah orang yang punya gedung itu.
Son
O Gong menghampiri seorang karyawan wanita di perusahaan Sa O Jeong dan
menggodanya untuk tetap bekerja keras. Saat itu, Sa O Jeong menunjukkan Son O
Gong jalan menuju ruangannya dengan memanggilnya, hyungnim. Karyawan wanita itu
heran kenapa Sa O Jeong memanggil Son O Gong dengan panggilan hyungnim.
Son
O Gong berada di ruangan Sa O Jeong memperlihatkan gelang Geum Gang Go pada Sa
O Jeong.
“Apa?
Anda ingin menghancurkan kontrak dengan manusia?”
“Ya.
Ini menganggu dan memusingkanku."
“Omong-omong,
apakah manusia yang membuat kontrak itu Sam Jang?”
“Ya.
Saat keluar dari Gunung Marmer, aku membuat kontrak yang menyebalkan."
“Sebagai
langkah awal, aku akan mengurusnya dengan pengacara yang kompeten. Mengapa Anda
tidak menuruti saran pribadi? Dan juga, aku akan memastikan untuk menemukan informasi
tentang gelang (Geum Gang Go) itu. Tapi, siapa yang memberikannya pada Anda?l
“Sam
Jang. Dia bilang ini hadiah Natal."
Jin Seon
Mi mondar-mandir di kantornya sedang memikirkan Son O Gong.
“Ini
hari ke 15. Apa dia sudah memakai Geum Gang Go?”
Di
depan ruangan kerjanya, Jin Seon Mi melihat ada pembeli rumah yang membatalkan
pembelian rumah. Ia mengatakan tidak jadi menikah karena calon pengantin wanita
sedang sakit.
Lee
Han Ju mencoba membujuknya dan mengatakan dia akan kehilangan depositnya jika
membatalkan pembelian rumah itu. Tapi, tekad pria itu sudah bulat.
“Aku
tidak akan pernah masuk ke rumah itu lagi. Tolong batalkan kontraknya!”
Penasaran
apa yang membuat pelanggannya tidak jadi membeli rumah dari agen miliknya, Jin Seon
Mi dan Lee Han Ju memeriksa rumah yang tidak jadi dibeli itu.
Jin Seon Mi menemukan ada sebuah bingkai foto pengantin kuno di rumah itu. Dia terus memandanginya. Mata pengantin wanita di foto itu berubah menjadi merah. Jin Seon Mi ditarik masuk ke dalam foto itu sama seperti calon pengantin wanita yang akan membeli rumah itu masuk dalam foto itu.
Jin Seon Mi menemukan ada sebuah bingkai foto pengantin kuno di rumah itu. Dia terus memandanginya. Mata pengantin wanita di foto itu berubah menjadi merah. Jin Seon Mi ditarik masuk ke dalam foto itu sama seperti calon pengantin wanita yang akan membeli rumah itu masuk dalam foto itu.
Lee
Han Ju mencari Jin Seon Mi, tapi tidak menemukannya ia hanya menemukan sebuah
bingkai foto di sana.
“CEO... Dia hilang lagi. Ugh! Ini sangat menyusahkan,” gerutu Lee Han Ju.
Lee
Han Ju membawa foto itu ke kantor. Son O Gong datang ke kantor dan mengejutkan Lee Han Ju.
“Hei,
Dimana Jin Seon Mi?” tanya Son O Gong.
“Kau
siapa?”
“Aku
punya sesuatu untuk di tagih dari CEO-mu di sini. Sekarang jatuh temponya.
Dimana dia?”
“Aku
tidak tahu. Dia datang untuk melihat rumah dan menghilang. Hal semacam itu sering
terjadi."
Son
O Gong melihat foto yang dibawa Lee Han Ju sangat mencurigakan, karena mata pengantin
wanita dalam foto itu bergerak-gerak dan berubah menjadi merah. Ia lalu membawa
foto itu pergi dan tak mempedulikan Lee Han Ju yang berteriak memintanya untuk
tidak mengambil foto itu.
PK
sedang mengadakan interview.
“Halo!
Dengan PK yang tertampan di dunia. Aku berterima kasih atas semua cinta dan dukungan
kalian di Tur Asia terakhirku."
“Iya!
Anda menyelesaikan Tur Asia dengan keren! Dan sekarang Anda akan Tur Amerika
Selatan, bukan?” kata presenter.
Son
O Gong tiba-tiba datang mengacaukan interview
PK. Ia langsung menyeret PK pergi
tanpa mempedulikan teriakan PK yang terus meronta minta dilepaskan.
Son
O Gong menunjukkan foto yang dibawanya pada PK.
“Ah...ini.
Mempelai wanitanya bukan iblis. Tapi mempelai prianya iblis yang bernafsu.
Benar,” kata PK.
“Karena
dia kalanganmu, kau kenal, kan? Bagaimana caranya agar aku bisa masuk?”
“Kau
mau masuk? Bagaimana jika tidak bisa keluar?”
“Kau
tidak pernah langsung menjawab pertanyaanku. Katakan saja bagaimana cara agar aku
bisa masuk!"
Komentar