SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 6 PART 2




Jin Seon Mi sudah hampir sampai ke tempat Woo Ma Wang yang sedang bersembunyi untuk menerkamnya di balik tembok dekat lift. Son O Gong tiba-tiba muncul dari dalam lift dan memukul leher Woo Ma Wang sampai pingsan. Son O Gong menarik Woo Ma Wang yang tak sadarkan diri itu ke dalam lift dalam dekapannya. Son O Gong mendekap Woo Ma Wang dengan sangat erat (tiba-tiba pengen ngakak liat adegan ini, karena tiba-tiba jadi romantis, apalagi ditambah background music-nya yang pas banget).



Jin Seon Mi sampai ke tempat Woo Ma Wang tadi, saat pintu lift sudah hampir akan tertutup. Jin Seon Mi sepertinya tidak sempat melihat Son O Gong dan Woo Ma Wang dalam lift itu. Ia akhirnya mengurungkan niatnya mencari Woo Ma Wang.


Jin Seon Mi berhasil menemui PK di stasiun TV untuk mengambil barangnya yang tertinggal di rumah Son O Gong. Jin Seon Mi bertanya pada PK apakah Woo Ma Wang juga sedang berada di stasiun TV itu juga.

“Entahlah. Sam Jang, kau harus hati-hati!” kata PK. Jin Seon Mi bingung kenapa ia harus berhati-hati. PK sejenak terdiam dan berpikir, tapi ia tidak jadi mengatakan maksud dari apa yang dikatakannya tadi. Ia lalu pamit pergi pada Jin Seon Mi.


Ma Ji Young kebingungan mencari-cari keberadaan Woo Ma Wang di stasiun TV. PK tiba-tiba menghampirinya dan bertanya apakah ia sedang mencari Woo Ma Wang. PK lalu menanyakan pendapat Ma Ji Young tentang Woo Ma Wang yang terlihat seperti ingin memakan Sam Jang. Ma Ji Young terkejut mendengar pertanyaan PK. Ia lalu mengancam PK, “Babi, kalau kau terus berkeliaran dan mengatakan hal seperti ini akau akan menggigitmu.”


PK menyuruh Ma Ji Young untuk tenang, karena ia juga mendukung Woo Ma Wang untuk memakan Sam Jang. PK menawarkan diri, kalau Woo Ma Wang perlu bantuannya, ia siap membantunya, asalkan ia juga bisa ikut mencicipi Sam Jang.


Woo Ma Wang sekarang sudah sadar dari pingsannya. Ia sedang bersama Son O Gong di kantornya. Woo Ma Wang mengeluh lehernya terasa sakit setelah tadi dipukul oleh Son O Gong. Son O Gong ingin melihatnya, tapi langsung dilarang oleh Woo Ma Wang yang menyuruh Son O Gong untuk tidak menyentuhnya.

“Ma Wang, kau pasti kesulitan menahan rasa sakitnya,” kata Son O Gong.
“Aku menderita seperti ini, karena kau penyebabnya. Tapi, bisa-bisanya kata-kata penghiburan keluar dari mulutmu?”
“Baiklah. Kalau begitu daripada penghiburan haruskah aku meminta maaf?”
“Tidak... Tidak... cukup kunyah dan telan saja. Aku bahkan tidak ingin mendengar suaramu.”
“Baiklah.”


Son O Gong lalu mengatakan kalau sekarang pasti Woo Ma Wang bisa memahami rasa sakit yang dialaminya. “Aku juga karenamu dan Geum Gang Go itu, aku merasa kesulitan, rasa sakitnya rasa sakitku, Love, dan “Karena mencintainya...”” kata Son O Gong sambil menirukan gaya Woo Ma Wang saat menggodanya dulu dengan menyanyikan “Karena mencintainya...” menggunakan nada lagu “Because You are My Girl” dari Lee Seung Gi.

“Ya.. aku sudah cukup memahaminya. Aku juga pasti akan membayarnya untuk itu,” kata Woo Ma Wang.
“Ya, kau memang harus membayarnya.”


Son O Gong lalu mengeluarkan jam pasir dari mantelnya dan menyimpannya di atas meja sambil mengejek Woo Ma Wang yang sudah berlatih menahan nafsunya selama 1.000 tahun, tapi tidak bisa menahan diri selama waktu dalam jam pasir itu habis.

“Jika aku tidak bisa menahannya, wanita yang kau cintai akan lenyap. Kau pasti akan mati kesepian,” kata Woo Ma Wang.
“Ma Wang, itu tidak benar. Jika Sam Jang mati, Geum Gang Go juga akan lenyap. Saat itu, mau dia hidup atau mati, aku tidak akan terganggu.”
“Bagaimanapun sekarang kau memakai Geum Gang Go itu, jadi kau tidak bisa membiarkannya mati.”

Son O Gong terdiam. Ia menatap jam pasir yang ada di meja. Ia teringat penawaran Jenderal Es untuk menahan waktu menggunakan jam pasir agar Woo Ma Wang tak bisa lagi menahan diri untuk memakan Sam Jang. Dengan begitu Sam Jang akan lenyap.


Woo Ma Wang akan menuangkan air ke dalam gelas, tapi tangannya tak bisa melakukannya karena gemetar lagi. Son O Gong lalu membantunya menuangkan air. Woo Ma Wang berterima kasih atas hal itu. Ia lalu mengambil gelas itu dengan tangan yang masih gemetar.


Woo Ma Wang melihat Son O Gong sedang tidak fokus, karena sedang memikirkan sesuatu. Ia tiba-tiba dengan sengaja malah menyiramkan air dalam gelas yang akan diminumnya itu pada Son O Gong, hingga membuat Son O Gong kesal. Ia lalu berkata dengan wajah tanpa dosa, kalau itu karena efek tangannya yang gemetar. Woo Ma Wang tersenyum puas sambil meminum sisa air dalam gelas itu. (hahaha)


Bu Ja melihat sebuah mobil yang sedang terparkir di pinggir jalan. Ia jadi teringat saat terakhir kali melihat pria yang akan menguburnya naik ke dalam mobil. Bu Ja berpikir mungkin jika ia menemukan mobil itu, ia bisa tahu soal identitasnya. Alice datang dan menghampiri Bu Ja yang sedang melihat-lihat mobilnya.


“Hey kau siapa?” tanya Alice, “Oh.. kau yang waktu itu ada di ruangan latihan, kan?”
Bu Ja mengangguk. Alice masih marah pada Bu Ja dengan kejadian sebelumnya. Ia sempat mengira Bu Ja mati karena dirinya. “Menyebalkan. Aku tidak mau melihat wajahmu, jadi pergilah!” kata Alice.

Alice akan masuk ke dalam mobilnya, tapi ia malah menuduh Bu Ja telah melakukan sesuatu pada mobilnya. Bu Ja tak terima dengan tuduhan itu, ia bahkan tidak menyentuh mobil itu sama sekali. Alice menahan Bu Ja yang akan pergi dengan kasar dan mengatakan ia punya bukti Bu Ja telah melakukannya.

Alice memungut sesuatu di kolong mobilnya. Bu Ja memainkan matanya, ia baru sadar kalau bola mata palsunya terjatuh. Bu Ja segera mengambil bola matanya dengan cepat dari tangan Alice. Sementara Alice hanya terdiam begitu melihat benda itu. Bu Ja memasangkan bola mata itu pada matanya. Alice sangat terkejut sampai ia jatuh pingsan saat mengetahui kalau benda itu ternyata terjatuh dari mata Bu Ja.


Seorang wanita datang dan memanggil Alice (mungkin managernya). Wanita itu memasukkan Alice yang sedang pingsan ke dalam mobilnya. Ia heran kapan Alice minum hingga mabuk sampai pingsan seperti itu. Wanita itu berterima kasih pada Bu Ja, karena mengira Bu Ja yang menyelamatkan Alice. Ia menilai Bu Ja sangat cantik. Ia lalu memberikan kartu namanya dan mengatakan kalau ia adalah seorang casting manager. Ia ingin Bu Ja menghubunginya jika Bu Ja tertarik untuk mengikuti casting.


Jin Seon Mi dan Lee Han Ju mengunjungi sebuah toko bunga yang akan dijual. Lee Han Ju mengatakan pemilik toko itu tidak ingin lagi tinggal di sana, karena banyak kenangannya bersama pacarnya yang ingin dilupakannya.


Jin Seon Mi dan Lee Han Ju lalu menemui pemilik toko bunga itu. Ia adalah wanita yang sebelumnya rambutnya dipotong saat ia akan melepas gembok di tempat gembok cinta. Lee Han Ju memuji pemilik toko itu sekarang terlihat berbeda dengan rambut pendeknya, karena sebelumnya saat mereka bertemu pemilik toko itu memiliki rambut yang panjang.

“Hatiku juga sudah berbeda,” ucap pemilik toko, “aku tidak ingin menjual rumah ini lagi.”
“Loh, bukannya waktu itu Anda bilang ingin cepat-cepat menjualnya, karena toko ini menyimpan kenangan yang ingin dilupakan. Tapi kenapa tiba-tiba tidak jadi?” tanya Lee Han Ju.
“Saat itu memang seperti itu, tapi sekarang tidak lagi. Maaf.”

Pemilik toko lalu pamit permisi. Lee Han Ju berkomentar, ternyata memang benar kalau hati wanita akan jadi berubah saat ia memotong rambut. Sementara itu Jin Seon Mi merasa aneh saat melihat ujung rambut dari pemilik toko itu mengeluarkan warna biru.

“Pasti ada kesalahan saat memotong rambut itu? Kira-kira siapa yang telah melakukannya?” tanya Jin Seon Mi.
“Itu pasti tukang potong rambut, apa kau suka potongan rambut seperti itu? Haruskah aku menanyakan di mana tempat tukang potong rambut itu?” tanya Lee Han Ju
“Sepertinya aku tahu,” kata Jin Seon Mi.


Jin Seon Mi melihat sebuah pohon kecil yang terpajang di dalam toko itu. Jin Seon Mi mendekati pohon itu dan bertanya padanya apakah ia yang melakukannya. Lee Han Ju merasa aneh dengan tingkah Jin Seon Mi yang berbicara dengan pohon. Ia lalu pergi meninggalkan Jin Seon Mi.


Jin Seon Mi masih berbicara pada pohon itu sampai hantu itu muncul setelah Jin Seon Mi menanyakan, apakah ia yang telah memotong rambut kekasihnya itu. Rupanya hantu itu adalah kekasih pemilik toko yang sudah meninggal. Hantu itu menggeleng. “Kalau begitu, apakah yang telah memotong rambutnya itu adalah seorang roh jahat?” tanya Jin Seon Mi.


Jin Seon Mi kemudian mendatangi gembok cinta yang merupakan tempat di mana wanita itu rambutnya dipotong oleh roh jahat. Seorang wanita tua menawarkan gembok pada Jin Seon Mi. Tapi, Jin Seon Mi menolaknya dengan halus. Ia mengatakan ia tidak punya pacar, sehingga tidak bisa memasangnya.


Jin Seon Mi mencoba menanyakan apakah benar ada rumor di sekitar situ tentang orang yang suka memotong rambut. Wanita itu mengangguk. Ia lalu memaksa Jin Seon Mi untuk membeli gemboknya. Jin Seon Mi akhirnya setuju untuk membeli satu gembok dari wanita itu. Sementara itu seorang lelaki muda sedang mengawasi Jin Seon Mi yang sedang membeli gembok pada wanita itu.


Son O Gong dan Jenderal Es bertemu di sebuah bar. Jenderal Es melaporkan ia sudah mempersiapkan rencana untuk melenyapkan Sam Jang. Son O Gong berterima kasih padanya, tapi ia tidak ingin Jenderal Es melakukan itu semua karena dirinya. Ia menyuruh Jenderal es untuk tidak terlalu buru-buru, nanti saja dan lakukan perlahan-lahan.

Jenderal Es merasa tidak keberatan melakukan itu semua, mereka harus segera melakukannya sebelum Woo Ma Wang menetralisir darah Sam Jang dalam tubuhnya. Jenderal es menyarankan kalau malam ini adalah waktu yang tepat untuk melenyapkan Sam Jang.


“Malam ini?” tanya Son O Gong kaget. Ia melihat jamnya. "Ah, kalau begitu waktunya tinggal sebentar lagi," kata Son O Gong kemudian. Sepertinya Son O Gong tidak mau cepat-cepat melenyapkan Sam Jang. Son O Gong mulai mencari-cari alasan dengan mengatakan malam ini Sa O Jeong akan memasak untuknya. Masakan Sa O Jeong sangat enak, ia harus memakannya saat masih hangat. Jenderal Es mengatakan kalau Son O Gong bisa memakannya nanti, bahkan setelah dinginpun masakan itu akan tetap enak di makan.

Son O Gong lalu mencari alasan lain, bukankah Jenderal Es harus nonton "My Golden Life" drama kesukaannya malam ini. Jenderal Es mengatakan ia bisa menonton siaran ulangnya esok hari dengan hati yang nyaman setelah melenyapkan Sam Jang.


Saat itu. Jin Seon Mi memanggil Son O Gong. Son O Gong langsung memberikan alasan ia harus pergi, karena Sam Jang barusan memanggilnya. Ia berkata malam ini sepertinya tidak bisa. Son O Gong pura-pura kecewa tak bisa melenyapkan Sam Jang malam ini. Ia lalu buru-buru pergi meninggalkan Jenderal Es. Jenderal Es bergumam sendiri dengan sedikit rasa kecewa, padahal malam ini adalah malam terbaik karena angin topan akan bertiup.


Son O Gong menemui Jin Seon Mi yang memanggilnya di tempat gembok cinta.
“Kenapa kau memanggilku ke tempat dingin seperti ini, kau harusnya memanggilku ke tempat yang hangat?” tanya Son O Gong.
Jin Seon Mi langsung mengatakan pada Son O Gong, “Di tempat ini ada orang yang suka memotong rambut, tapi ia bukan sembarang memotong rambut. Entah itu roh jahat atau bukan, jadi aku memanggilmu. Maaf, karena aku memanggilmu saat cuaca dingin seperti ini.”

“Bukan aku, tapi kau. Kau sedang kedinginan, kan?” tanya Son O Gong.
“Kudengar malam ini akan ada angin topan.”
“Aku tahu.” Dalam hatinya Son O Gong berkata, ia merasa tidak suka kalau malam ini akan ada topan di saat udara sedang dingin.

Son O Gong tiba-tiba memuji Jin Seon Mi yang terlihat lebih cantik dengan baju yang dipakainya itu. Jin Seon Mi mengatakan baju itu padahal merupakan baju lamanya. Son O Gong lalu menawarkan untuk membelikan Jin Seon Mi baju baru. Ia mulai menawarkan ini dan itu pada Jin Seon Mi termasuk menawarkannya untuk makan bersama di restoran keluarga yang Jin Seon Mi sukai. Jin Seon Mi bingung dengan tindakan Son O Gong yang berbeda dari biasanya.


“Apa sesuatu telah terjadi padamu? Kenapa perkataanmu sekarang berbeda dengan perkataanmu kemarin?” tanya Jin Seon Mi.
“Memangnya aku kenapa?”
“Kemarin kau menginginkan aku lenyap.”
“Aku hanya sedang ingin memperlakukanmu dengan baik.”
“Biasanya karena Geum Gang Go, kau jadi berbuat baik padaku. Sepertinya kali ini sungguh-sungguh.”
“Hey, kau ini kenapa? Aku kan selalu berbuat baik padamu.”
“Karena ini adalah pertama kalinya kau berbuat tulus padaku. Ah, tidak. Kau pernah sekali melakukannya. Waktu itu kau membawaku keluar, kau memperlakukanku dengan baik dan meyakinkanku untuk menyerah dalam hidupku tanpa penyesalan.”

Son O Gong yang tidak suka mendengar perkataan sedih Jin Seon Mi langsung mengalihkan pembicaraan mereka dengan mengajak Jin Seon Mi pergi ke suatu tempat. Son O Gong merasa sepertinya tak jauh dari sana ada makanan enak, karena ia melihat banyak orang yang mengantre di tempat itu.


Son O Gong membawa Jin Seon Mi pada penjual permen kapas di mana orang-orang banyak mengantre untuk membelinya. Son O Gong sendiri tidak tahu apa permen kapas itu. Ia belum pernah mencicipinya. Jin Seon Mi pikir Son O Gong pasti akan menyukai permen kapas itu, karena Son O Gong sangat menyukai es krim yang manis.

Son O Gong bertanya apa Jin Seon Mi ingin memakannya juga. Jin Seon Mi mengangguk. Son O Gong lalu dengan seenaknya memotong antrean hingga membuat pelanggan lain menjadi kesal. Jin Seon Mi merasa tak enak pada pelanggan lain dan meminta maaf pada mereka. Ia mengatakan pada Son O Gong harusnya ia mengantre di belakang. Son O Gong pun langsung menurut dengan perkataan Jin Seon Mi.


Saat tiba giliran mereka mendapat kesempatan membeli permen kapas, Son O Gong protes pada penjual karena permen kapasnya kecil. Ia ingin permen kapas yang sangat besar.


Jin Seon Mi merasa takjub karena ia baru melihat permen kapas yang berukuran besar. Ia bergurau ingin permen kapas yang lebih besar lagi, mungkin itu bisa jadi selimut. Son O Gong langsung siap akan mewujudkan keinginan Jin Seon Mi. Namun Jin Seon Mi melarangnya. Melihat Son O Gong mampu melakukan apa saja seperti katanya, bagi Jin Seon Mi itu sangat menakutkan.


Jin Seon Mi menyuruh Son O Gong untuk mencicipi permen kapas itu. Son O Gong langsung menyukai rasa permen kapas itu setelah mencicipinya. Ia meminta permen kapas itu pada Jin Seon Mi. Jin Seon Mi tentu saja protes karena permen kapas itu miliknya. Son O Gong malah memberikan Jin Seon Mi secuil permen kapas dan mengatakan itu adalah milik Jin Seon Mi. Son O gong tampak sangat menikmati memakan permen kapas itu.

“Kau sudah hidup sangat lama, tapi kau belum pernah memakan permen kapas? Jika bukan karena Geum Gang Go, seumur hidupmu kau pasti tidak akan pernah mencicipinya.”
Ya... ya... berkatmu aku bisa mencicipinya. Aku sangat menyukainya,” kata Son O Gong sambil terus menikmati permen kapasnya.


Ini adalah pertama kalinya kau menyukai sesuatu karena aku. Biasanya karena Geum Gang Go itu, setiap kali kau melihatku, kau menjadi menderita. Bagimu aku ini hanya Gunung Marmer, kan? Karena itulah, kau ingin aku menghilang.”
Ya, ku pikir aku ingin kau menghilang.”
Setelah gelang itu hilang, perasaanmu padaku akan hilang. Apakah ingatan permen kapas manis ini juga akan menghilang? Rasa manis dan rasa suka, sedikitpun pasti tak bisa diingat, kan?” tanya Jin Seon Mi.
Apakah kau bodoh, tentu saja, ingatan ini akan tetap ada. Tanpa Geum Gang Go pun, sesuatu yang manis akan tetap manis. Sesuatu yang disukai tetap akan disukai.”

Mendengar jawaban Son O Gong yang seperti itu, Jin Seon Mi lalu beralasan pergi ke toilet untuk mencuci tangannya bekas makan permen kapas. Son O Gong bergumam pada dirinya sendiri, kenapa dalam situasi ini ia merasa bahagia. Son O Gong kemudian mencicipi permen kapasnya lagi. Ia mengumpat dan memarahi rasa permen kapas yang manis.


Jin Seon Mi sebenarnya pergi ke tembok cinta. Ia mengeluarkan gembok yang tadi dibelinya pada seorang wanita tua. Jin Seon Mi mengingat perkataan Son O Gong barusan. Jin Seon Mi memasangkan gembok itu dan seseorang tengah memotretnya. Jin Seon Mi melihat orang yang memotretnya itu. Orang itu lalu mendatangi Jin Seon Mi dan meminta maaf karena telah memotretnya. Dia mengatakan pada Jin Seon Mi kalau wajah Jin Seon Mi tidak kelihatan di fotonya.


Jin Seon Mi lalu bertanya apakah orang itu adalah orang asing. Orang itu bilang dia berasal dari Amerika. Jin Seon Mi memuji orang itu bisa berbahasa Korea dengan baik dan mengatakan kepadanya bahwa ia tidak keberatan dipotret olehnya, karena wajahnya juga tidak keliatan di foto itu. Jin Seon Mi lalu pergi dari sana. Orang itu masih mengambil foto gembok lagi dan kemudian melihat ke arah Jin Seon Mi berjalan pergi. Orang itu lalu tersenyum (mencurigakan).


Malam itu, Sa O Jeong menyiapkan makanan untuk Son O Gong, PK, dan Bu Ja. Tapi, makanan yang disajikan Sa O Jeong kali ini tidak semewah biasanya. Sa O Jeong mengatakan pada Son O Gong untuk menikmati makanannya. Sa O Jeong kembali ke dapur dengan wajah yang seperti sedang sedih.


“Hei, ada apa dengan O Jeong kita?” tanya Son O Gong begitu Sa O Jeong sudah pergi ke dapur.
“Entahlah,” jawab PK.

Bu Ja tiba-tiba membahas Woo Ma Wang yang malam ini tidak pulang lagi. Son O Gong bergumam pasti dia masih belum kembali normal. Son O Gong lalu menegur PK yang terus-terusan datang ke rumahnya. PK beralasan kalau ia di rumah itu sedang membantu Bu Ja, karena Bu Ja akan ikut audisi acara TV jadi PK akan melatihnya.

“Audisi? Wah.. zombie yang biasanya hanya menonton TV saja itu sudah luar biasa, tapi sekarang zombie akan muncul di TV?” tanya Son O Gong.
“Jika aku muncul di acara TV, teman ataupun keluargaku yang mengenaliku di TV, mungkin mereka akan menghubungiku.”
“Benar... orang yang membunuhmu juga mungkin bisa jadi akan mengenalimu,” kata PK.
“Bagiku, daripada menemukan pembunuhku, aku lebih senang jika bisa menemukan keluargaku.”

Son O Gong tiba-tiba menggebrak meja hingga membuat PK dan Bu Ja kaget.
“Dengarkan baik-baik! Untuk apa kau menemukan keluargamu, karena kau sudah menjadi mayat. Cukup carilah orang yang telah membunuhmu dan balas dendam padanya dan kau bersiap untuk disemayamkan! Itu jauh lebih baik,” kata Son O Gong sambil pergi membawa makanannya meninggalkan mereka.

Mata Bu Ja menjadi berkaca-kaca setelah mendengar perkataan Son O Gong.
“Benar... aku memang sudah mati,” kata Bu Ja Sedih.


PK mencoba menenangkan Bu Ja untuk tidak merasa khawatir, Bu Ja akan menemukan keluarganya dan ia tidak akan disemayamkan meski sudah menemukan keluarganya. PK akan mencarikan batu kehidupan untuk Bu Ja agar Bu Ja bisa bertahan. Lagipula PK adalah top star, sehingga akan mudah baginya untuk mendapatkan batu kehidupan itu. 

PK berjanji akan mencarikan yang paling besar dan paling kuat. Saat itu terjadi, PK memastikan untuk menendang pantat Son O Gong. Bu Ja berterima kasih pada PK. Ia kembali bisa tersenyum. PK lalu mengelus kepala Bu Ja dan mengatakan padanya untuk tidak menangis. Ia menawarkan untuk menyalakan AC pada Bu Ja (cie, cocok).


PK memanggil Sa O Jeong untuk menyalakan AC di rumah. Tapi Sa O Jeong tidak menyahut panggilan PK. PK pun mencari-cari Sa O Jeong. Sa O Jeong yang dicari PK ternyata tengah sibuk membersihkan noda dalam cangkir di dapur.
“Kau ternyata ada di sini. Kau harusnya menjawab panggilanku,” gerutu PK. Wajah Sa O Jeong terlihat sedih. PK bertanya kenapa ia bersedih.

“Nodanya tidak mau hilang,” kata Sa O Jeong sambil memperlihatkan cangkir yang bernoda.
PK kesal, “Ah.. buang saja cangkirnya!”


Woo Ma Wang yang belum juga kembali pulang ke rumah, ternyata sedang berada di perusahaannya. Ma Ji Young mengucapkan selamat karena tangan Woo Ma Wang tidak lagi gemetar seperti sebelumnya. Woo Ma Wang mengatakan, walau tangan gemetarnya sudah sembuh tapi ada efek lain yang menimpanya.


Woo Ma Wang membalikkan kursinya dan menghadap Ma Ji Young. Pipi Woo Ma Wang sudah berubah menjadi warna merah. Woo Ma Wang memerintahkan Ma Ji Young untuk membatalkan jadwal acaranya sampai wajahnya kembali normal.

Woo Ma Wang lalu menanyakan apakah ia sudah menemukan obat yang bisa menekan kekuatan (menetralisir) darah Sam Jang itu. Ma Ji Young melaporkan ia sudah meminta bantuan cucu pemilik toko umum. Woo Ma Wang ingin Ma Ji Young cepat menemukan obat itu, karena efek darah Sam Jang ini sangat memalukan baginya.


Sebenarnya, Ma Ji Young sudah menemukan obat itu. Cucu pemilik toko memperingatkannya kalau obat itu berbahaya, bahkan bisa menyebabkan kematian. Ma Ji Young berpikir kalau itu sangat berbahaya bagi Woo Ma Wang, sehingga ia memutuskan untuk tidak memberikannya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

REVIEW DRAMA KOREA BLACK: Tragedi Keserakahan Manusia

MENYUSUN MISTERI ALUR HITAM DRAMA KOREA BLACK

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 7 PART 1

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 10 PART 1

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 1 PART 1

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 5 PART 2

SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 9 PART 1