SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 6 PART 2
Sebelumnya Sinopsis Hwayugi Episode 6 Part 1
Jin Seon Mi sudah hampir sampai ke tempat
Woo Ma Wang yang sedang bersembunyi untuk menerkamnya di balik tembok dekat
lift. Son O Gong tiba-tiba muncul dari dalam lift dan memukul leher Woo Ma Wang
sampai pingsan. Son O Gong menarik Woo Ma Wang yang tak sadarkan diri itu ke
dalam lift dalam dekapannya. Son O Gong mendekap Woo Ma Wang dengan sangat erat
(tiba-tiba pengen ngakak liat adegan ini, karena tiba-tiba jadi romantis,
apalagi ditambah background music-nya
yang pas banget).
Jin Seon Mi sampai ke tempat Woo Ma Wang
tadi, saat pintu lift sudah hampir akan tertutup. Jin Seon Mi sepertinya
tidak sempat melihat Son O Gong dan Woo Ma Wang dalam lift itu. Ia akhirnya
mengurungkan niatnya mencari Woo Ma Wang.
Jin Seon Mi berhasil menemui PK di
stasiun TV untuk mengambil barangnya yang tertinggal di rumah Son O Gong.
Jin Seon Mi bertanya pada PK apakah Woo Ma Wang juga sedang berada di stasiun
TV itu juga.
“Entahlah. Sam Jang, kau harus hati-hati!”
kata PK. Jin Seon Mi bingung kenapa ia harus berhati-hati. PK sejenak terdiam
dan berpikir, tapi ia tidak jadi mengatakan maksud dari apa yang dikatakannya tadi. Ia lalu pamit pergi pada Jin Seon Mi.
Ma Ji Young kebingungan mencari-cari
keberadaan Woo Ma Wang di stasiun TV. PK tiba-tiba menghampirinya dan bertanya
apakah ia sedang mencari Woo Ma Wang. PK lalu menanyakan pendapat Ma Ji Young
tentang Woo Ma Wang yang terlihat seperti ingin memakan Sam Jang. Ma Ji Young
terkejut mendengar pertanyaan PK. Ia lalu mengancam PK, “Babi, kalau kau terus
berkeliaran dan mengatakan hal seperti ini akau akan menggigitmu.”
PK menyuruh Ma Ji Young untuk tenang,
karena ia juga mendukung Woo Ma Wang untuk memakan Sam Jang. PK menawarkan diri,
kalau Woo Ma Wang perlu bantuannya, ia siap membantunya, asalkan ia juga bisa
ikut mencicipi Sam Jang.
Woo Ma Wang sekarang sudah sadar dari
pingsannya. Ia sedang bersama Son O Gong di
kantornya. Woo Ma Wang mengeluh lehernya terasa sakit setelah tadi dipukul oleh
Son O Gong. Son O Gong ingin melihatnya, tapi langsung dilarang oleh Woo Ma
Wang yang menyuruh Son O Gong untuk tidak menyentuhnya.
“Ma Wang, kau pasti kesulitan menahan rasa sakitnya,”
kata Son O Gong.
“Aku menderita seperti ini, karena kau
penyebabnya. Tapi, bisa-bisanya kata-kata penghiburan keluar dari mulutmu?”
“Baiklah. Kalau begitu daripada
penghiburan haruskah aku meminta maaf?”
“Tidak... Tidak... cukup kunyah dan telan saja. Aku bahkan
tidak ingin mendengar suaramu.”
“Baiklah.”
Son O Gong lalu mengatakan kalau sekarang
pasti Woo Ma Wang bisa memahami rasa sakit yang dialaminya. “Aku juga karenamu dan
Geum Gang Go itu, aku merasa kesulitan, rasa sakitnya rasa sakitku, Love, dan “Karena
mencintainya...”” kata Son O Gong sambil menirukan gaya Woo Ma Wang saat
menggodanya dulu dengan menyanyikan “Karena
mencintainya...” menggunakan nada lagu “Because
You are My Girl” dari Lee Seung Gi.
“Ya.. aku sudah cukup memahaminya. Aku
juga pasti akan membayarnya untuk itu,” kata Woo Ma Wang.
“Ya, kau memang harus membayarnya.”
Son O Gong lalu mengeluarkan jam pasir dari
mantelnya dan menyimpannya di atas meja sambil mengejek Woo Ma Wang yang sudah
berlatih menahan nafsunya selama 1.000 tahun, tapi tidak bisa menahan diri
selama waktu dalam jam pasir itu habis.
“Jika aku tidak bisa menahannya, wanita
yang kau cintai akan lenyap. Kau pasti akan mati kesepian,” kata Woo Ma Wang.
“Ma Wang, itu tidak benar. Jika Sam Jang
mati, Geum Gang Go juga akan lenyap. Saat itu, mau dia hidup atau mati, aku
tidak akan terganggu.”
“Bagaimanapun sekarang kau memakai Geum
Gang Go itu, jadi kau tidak bisa membiarkannya mati.”
Son O Gong terdiam. Ia menatap jam pasir
yang ada di meja. Ia teringat penawaran Jenderal Es untuk menahan waktu
menggunakan jam pasir agar Woo Ma Wang tak bisa lagi menahan diri untuk memakan
Sam Jang. Dengan begitu Sam Jang akan lenyap.
Woo Ma Wang akan menuangkan air ke dalam
gelas, tapi tangannya tak bisa melakukannya karena gemetar lagi. Son O Gong
lalu membantunya menuangkan air. Woo Ma Wang berterima kasih atas hal itu. Ia
lalu mengambil gelas itu dengan tangan yang masih gemetar.
Woo Ma Wang melihat Son O Gong sedang
tidak fokus, karena sedang memikirkan sesuatu. Ia tiba-tiba dengan sengaja
malah menyiramkan air dalam gelas yang akan diminumnya itu pada Son O Gong,
hingga membuat Son O Gong kesal. Ia lalu berkata dengan wajah tanpa dosa, kalau
itu karena efek tangannya yang gemetar. Woo Ma Wang tersenyum puas sambil
meminum sisa air dalam gelas itu. (hahaha)
Bu Ja melihat sebuah mobil yang sedang
terparkir di pinggir jalan. Ia jadi teringat saat terakhir kali melihat pria
yang akan menguburnya naik ke dalam mobil. Bu Ja berpikir mungkin jika ia
menemukan mobil itu, ia bisa tahu soal identitasnya. Alice datang dan
menghampiri Bu Ja yang sedang melihat-lihat mobilnya.
“Hey kau siapa?” tanya Alice, “Oh.. kau
yang waktu itu ada di ruangan latihan, kan?”
Bu Ja mengangguk. Alice masih marah
pada Bu Ja dengan kejadian sebelumnya. Ia sempat mengira Bu Ja mati karena
dirinya. “Menyebalkan. Aku tidak mau melihat wajahmu, jadi pergilah!” kata
Alice.
Alice akan masuk ke dalam mobilnya, tapi
ia malah menuduh Bu Ja telah melakukan sesuatu pada mobilnya. Bu Ja tak terima
dengan tuduhan itu, ia bahkan tidak menyentuh mobil itu sama sekali. Alice
menahan Bu Ja yang akan pergi dengan kasar dan mengatakan ia punya bukti Bu Ja
telah melakukannya.
Alice memungut sesuatu di kolong
mobilnya. Bu Ja memainkan matanya, ia baru sadar kalau bola mata palsunya
terjatuh. Bu Ja segera mengambil bola matanya dengan cepat dari tangan Alice. Sementara
Alice hanya terdiam begitu melihat benda itu. Bu Ja memasangkan bola mata itu
pada matanya. Alice sangat terkejut sampai ia jatuh pingsan saat mengetahui
kalau benda itu ternyata terjatuh dari mata Bu Ja.
Seorang wanita datang dan memanggil Alice
(mungkin managernya). Wanita itu memasukkan Alice yang sedang pingsan ke dalam
mobilnya. Ia heran kapan Alice minum hingga mabuk sampai pingsan seperti itu. Wanita
itu berterima kasih pada Bu Ja, karena mengira Bu Ja yang menyelamatkan Alice.
Ia menilai Bu Ja sangat cantik. Ia lalu memberikan kartu namanya dan mengatakan
kalau ia adalah seorang casting manager.
Ia ingin Bu Ja menghubunginya jika Bu Ja tertarik untuk mengikuti casting.
Jin Seon Mi dan Lee Han Ju mengunjungi
sebuah toko bunga yang akan dijual. Lee Han Ju mengatakan pemilik toko itu
tidak ingin lagi tinggal di sana, karena banyak kenangannya bersama pacarnya
yang ingin dilupakannya.
Jin Seon Mi dan Lee Han Ju lalu menemui
pemilik toko bunga itu. Ia adalah wanita yang sebelumnya rambutnya dipotong
saat ia akan melepas gembok di tempat gembok cinta. Lee Han Ju memuji pemilik toko itu sekarang terlihat berbeda dengan rambut pendeknya, karena sebelumnya
saat mereka bertemu pemilik toko itu memiliki rambut yang panjang.
“Hatiku juga sudah berbeda,” ucap pemilik toko, “aku tidak ingin menjual rumah ini lagi.”
“Loh, bukannya waktu itu Anda bilang
ingin cepat-cepat menjualnya, karena toko ini menyimpan kenangan yang ingin
dilupakan. Tapi kenapa tiba-tiba tidak jadi?” tanya Lee Han Ju.
“Saat itu memang seperti itu, tapi
sekarang tidak lagi. Maaf.”
Pemilik toko lalu pamit permisi. Lee Han
Ju berkomentar, ternyata memang benar kalau hati wanita akan jadi berubah saat
ia memotong rambut. Sementara itu Jin Seon Mi merasa aneh saat melihat ujung
rambut dari pemilik toko itu mengeluarkan warna biru.
“Pasti ada kesalahan saat memotong rambut
itu? Kira-kira siapa yang telah melakukannya?” tanya Jin Seon Mi.
“Itu pasti tukang potong rambut, apa kau
suka potongan rambut seperti itu? Haruskah aku menanyakan di mana tempat tukang
potong rambut itu?” tanya Lee Han Ju
“Sepertinya aku tahu,” kata Jin Seon Mi.
Jin Seon Mi melihat sebuah pohon kecil
yang terpajang di dalam toko itu. Jin Seon Mi mendekati pohon itu dan bertanya
padanya apakah ia yang melakukannya. Lee Han Ju merasa aneh dengan tingkah Jin
Seon Mi yang berbicara dengan pohon. Ia lalu pergi meninggalkan Jin Seon Mi.
Jin Seon Mi masih berbicara pada pohon
itu sampai hantu itu muncul setelah Jin Seon Mi menanyakan, apakah ia yang
telah memotong rambut kekasihnya itu. Rupanya hantu itu adalah kekasih pemilik toko yang sudah meninggal. Hantu itu menggeleng. “Kalau begitu, apakah yang
telah memotong rambutnya itu adalah seorang roh jahat?” tanya Jin Seon Mi.
Jin Seon Mi kemudian mendatangi gembok
cinta yang merupakan tempat di mana wanita itu rambutnya dipotong oleh roh
jahat. Seorang wanita tua menawarkan gembok pada Jin Seon Mi. Tapi, Jin Seon Mi
menolaknya dengan halus. Ia mengatakan ia tidak punya pacar, sehingga tidak
bisa memasangnya.
Jin Seon Mi mencoba menanyakan apakah benar
ada rumor di sekitar situ tentang orang yang suka memotong rambut. Wanita itu
mengangguk. Ia lalu memaksa Jin Seon Mi untuk membeli gemboknya. Jin Seon Mi
akhirnya setuju untuk membeli satu gembok dari wanita itu. Sementara itu seorang lelaki muda sedang
mengawasi Jin Seon Mi yang sedang membeli gembok pada wanita itu.
Son O Gong dan Jenderal Es bertemu di
sebuah bar. Jenderal Es melaporkan ia sudah mempersiapkan rencana untuk
melenyapkan Sam Jang. Son O Gong berterima kasih padanya, tapi ia tidak ingin
Jenderal Es melakukan itu semua karena dirinya. Ia menyuruh Jenderal es untuk
tidak terlalu buru-buru, nanti saja dan lakukan perlahan-lahan.
Jenderal Es merasa tidak keberatan
melakukan itu semua, mereka harus segera melakukannya sebelum Woo Ma Wang
menetralisir darah Sam Jang dalam tubuhnya. Jenderal es menyarankan kalau malam
ini adalah waktu yang tepat untuk melenyapkan Sam Jang.
“Malam ini?” tanya Son O Gong kaget. Ia melihat jamnya. "Ah, kalau begitu waktunya tinggal sebentar lagi," kata Son O Gong kemudian. Sepertinya
Son O Gong tidak mau cepat-cepat melenyapkan Sam Jang. Son O Gong mulai
mencari-cari alasan dengan mengatakan malam ini Sa O Jeong akan memasak
untuknya. Masakan Sa O Jeong sangat enak, ia harus memakannya saat masih
hangat. Jenderal Es mengatakan kalau Son O Gong bisa memakannya nanti, bahkan
setelah dinginpun masakan itu akan tetap enak di makan.
Son O Gong lalu mencari alasan lain, bukankah Jenderal Es harus nonton "My Golden Life" drama kesukaannya malam ini. Jenderal Es mengatakan ia bisa
menonton siaran ulangnya esok hari dengan hati yang nyaman setelah
melenyapkan Sam Jang.
Saat itu. Jin Seon Mi memanggil Son O
Gong. Son O Gong langsung memberikan alasan ia harus pergi, karena Sam Jang
barusan memanggilnya. Ia berkata malam ini sepertinya tidak bisa. Son O Gong
pura-pura kecewa tak bisa melenyapkan Sam Jang malam ini. Ia lalu buru-buru pergi
meninggalkan Jenderal Es. Jenderal Es bergumam sendiri dengan sedikit rasa kecewa, padahal malam ini
adalah malam terbaik karena angin topan akan bertiup.
Son O Gong menemui Jin Seon Mi yang
memanggilnya di tempat gembok cinta.
“Kenapa kau memanggilku ke tempat dingin
seperti ini, kau harusnya memanggilku ke tempat yang hangat?” tanya Son O Gong.
Jin Seon Mi langsung mengatakan pada Son
O Gong, “Di tempat ini ada orang yang suka memotong rambut, tapi ia bukan
sembarang memotong rambut. Entah itu roh jahat atau bukan, jadi aku memanggilmu.
Maaf, karena aku memanggilmu saat cuaca dingin seperti ini.”
“Bukan aku, tapi kau. Kau sedang
kedinginan, kan?” tanya Son O Gong.
“Kudengar malam ini akan ada angin topan.”
“Aku tahu.” Dalam hatinya Son O Gong berkata,
ia merasa tidak suka kalau malam ini akan ada topan di saat udara sedang dingin.
Son O Gong tiba-tiba memuji Jin Seon Mi
yang terlihat lebih cantik dengan baju yang dipakainya itu. Jin Seon Mi
mengatakan baju itu padahal merupakan baju lamanya. Son O Gong lalu menawarkan untuk
membelikan Jin Seon Mi baju baru. Ia mulai menawarkan ini dan itu pada Jin Seon
Mi termasuk menawarkannya untuk makan bersama di restoran keluarga yang Jin
Seon Mi sukai. Jin Seon Mi bingung dengan tindakan Son O Gong yang berbeda dari
biasanya.
“Apa sesuatu telah terjadi padamu? Kenapa
perkataanmu sekarang berbeda dengan perkataanmu kemarin?” tanya Jin Seon Mi.
“Memangnya aku kenapa?”
“Kemarin kau menginginkan aku lenyap.”
“Aku hanya sedang ingin memperlakukanmu
dengan baik.”
“Biasanya karena Geum Gang Go, kau jadi
berbuat baik padaku. Sepertinya kali ini sungguh-sungguh.”
“Hey, kau ini kenapa? Aku kan selalu
berbuat baik padamu.”
“Karena ini adalah pertama kalinya kau
berbuat tulus padaku. Ah, tidak. Kau pernah sekali melakukannya. Waktu itu kau
membawaku keluar, kau memperlakukanku dengan baik dan meyakinkanku untuk menyerah dalam hidupku tanpa penyesalan.”
Son O Gong yang tidak suka mendengar
perkataan sedih Jin Seon Mi langsung mengalihkan pembicaraan mereka dengan
mengajak Jin Seon Mi pergi ke suatu tempat. Son O Gong merasa sepertinya tak
jauh dari sana ada makanan enak, karena ia melihat banyak orang yang mengantre di
tempat itu.
Son O Gong bertanya apa Jin Seon Mi ingin
memakannya juga. Jin Seon Mi mengangguk. Son O Gong lalu dengan seenaknya
memotong antrean hingga membuat pelanggan lain menjadi kesal. Jin Seon Mi
merasa tak enak pada pelanggan lain dan meminta maaf pada mereka. Ia mengatakan
pada Son O Gong harusnya ia mengantre di belakang. Son O Gong pun langsung
menurut dengan perkataan Jin Seon Mi.
Saat tiba giliran mereka mendapat
kesempatan membeli permen kapas, Son O Gong protes pada penjual karena permen
kapasnya kecil. Ia ingin permen kapas yang sangat besar.
Jin Seon Mi merasa takjub karena ia baru
melihat permen kapas yang berukuran besar. Ia bergurau ingin permen kapas yang
lebih besar lagi, mungkin itu bisa jadi selimut. Son O Gong langsung siap akan
mewujudkan keinginan Jin Seon Mi. Namun Jin Seon Mi melarangnya. Melihat Son O
Gong mampu melakukan apa saja seperti katanya, bagi Jin Seon Mi itu sangat
menakutkan.
Jin Seon Mi menyuruh Son O Gong untuk
mencicipi permen kapas itu. Son O Gong langsung menyukai rasa permen kapas itu
setelah mencicipinya. Ia meminta permen kapas itu pada Jin Seon Mi. Jin Seon Mi
tentu saja protes karena permen kapas itu miliknya. Son O Gong malah memberikan
Jin Seon Mi secuil permen kapas dan mengatakan itu adalah milik Jin Seon Mi.
Son O gong tampak sangat menikmati memakan permen kapas itu.
“Kau sudah hidup sangat lama, tapi kau
belum pernah memakan permen kapas? Jika bukan karena Geum Gang Go, seumur
hidupmu kau pasti tidak akan pernah mencicipinya.”
“Ya... ya... berkatmu aku bisa mencicipinya. Aku sangat
menyukainya,” kata Son O Gong sambil terus menikmati permen kapasnya.
“Ini
adalah pertama kalinya kau menyukai
sesuatu karena aku. Biasanya karena Geum Gang Go itu, setiap kali kau
melihatku, kau menjadi menderita. Bagimu aku ini hanya Gunung Marmer, kan?
Karena itulah, kau ingin aku menghilang.”
“Ya, ku pikir aku ingin kau menghilang.”
“Setelah
gelang itu hilang, perasaanmu padaku akan hilang. Apakah ingatan permen kapas manis ini juga akan menghilang? Rasa manis dan rasa suka, sedikitpun pasti tak bisa
diingat, kan?” tanya Jin Seon Mi.
“Apakah kau bodoh, tentu saja, ingatan ini
akan tetap ada. Tanpa
Geum Gang Go pun, sesuatu yang manis akan tetap manis. Sesuatu yang disukai tetap akan disukai.”
Mendengar jawaban Son O Gong yang seperti itu, Jin Seon Mi
lalu beralasan pergi ke toilet untuk mencuci tangannya bekas makan permen
kapas. Son O Gong bergumam pada dirinya sendiri, kenapa dalam situasi ini ia
merasa bahagia. Son O Gong kemudian mencicipi permen kapasnya lagi. Ia mengumpat
dan memarahi rasa permen kapas yang manis.
Jin Seon Mi sebenarnya pergi ke tembok
cinta. Ia mengeluarkan gembok
yang tadi dibelinya pada seorang wanita
tua. Jin Seon Mi mengingat perkataan Son O Gong barusan. Jin
Seon Mi memasangkan gembok itu dan seseorang tengah memotretnya. Jin Seon Mi melihat orang yang memotretnya itu. Orang itu lalu
mendatangi Jin Seon Mi dan
meminta maaf karena telah memotretnya. Dia mengatakan pada Jin Seon Mi kalau wajah Jin Seon Mi tidak kelihatan
di fotonya.
Jin Seon Mi lalu bertanya apakah orang itu
adalah orang asing. Orang itu
bilang dia berasal dari
Amerika. Jin Seon Mi memuji orang itu bisa berbahasa Korea dengan baik dan mengatakan
kepadanya bahwa ia tidak keberatan dipotret olehnya, karena
wajahnya juga tidak keliatan di foto itu. Jin Seon Mi lalu pergi dari sana.
Orang itu masih mengambil
foto gembok lagi dan kemudian melihat ke
arah Jin Seon Mi berjalan pergi. Orang itu lalu tersenyum (mencurigakan).
Malam itu, Sa O Jeong menyiapkan makanan
untuk Son O Gong, PK, dan Bu Ja. Tapi, makanan yang disajikan Sa O Jeong kali
ini tidak semewah biasanya. Sa O Jeong mengatakan pada Son O Gong untuk
menikmati makanannya. Sa O Jeong kembali ke dapur dengan wajah yang seperti
sedang sedih.
“Hei, ada apa dengan O Jeong kita?” tanya
Son O Gong begitu Sa O Jeong sudah pergi ke dapur.
“Entahlah,” jawab PK.
Bu Ja tiba-tiba membahas Woo Ma Wang yang
malam ini tidak pulang lagi. Son O Gong bergumam pasti dia masih belum kembali
normal. Son O Gong lalu menegur PK yang terus-terusan datang ke rumahnya. PK
beralasan kalau ia di rumah itu sedang membantu Bu Ja, karena Bu Ja akan ikut
audisi acara TV jadi PK akan melatihnya.
“Audisi? Wah.. zombie yang biasanya hanya
menonton TV saja itu sudah luar biasa, tapi sekarang zombie akan
muncul di TV?” tanya Son O Gong.
“Jika aku muncul di acara TV, teman
ataupun keluargaku yang mengenaliku di TV, mungkin mereka akan menghubungiku.”
“Benar... orang yang membunuhmu juga mungkin
bisa jadi akan mengenalimu,” kata PK.
“Bagiku, daripada menemukan pembunuhku,
aku lebih senang jika bisa menemukan keluargaku.”
Son O Gong tiba-tiba menggebrak meja
hingga membuat PK dan Bu Ja kaget.
“Dengarkan baik-baik! Untuk apa kau
menemukan keluargamu, karena kau sudah menjadi mayat. Cukup carilah orang yang
telah membunuhmu dan balas dendam padanya dan kau bersiap untuk disemayamkan! Itu jauh lebih baik,” kata Son O
Gong sambil pergi membawa makanannya meninggalkan mereka.
Mata Bu Ja menjadi berkaca-kaca setelah
mendengar perkataan Son O Gong.
“Benar... aku memang sudah mati,” kata Bu
Ja Sedih.
PK mencoba menenangkan Bu Ja untuk tidak
merasa khawatir, Bu Ja akan menemukan keluarganya dan ia tidak akan disemayamkan meski sudah menemukan keluarganya. PK akan mencarikan batu
kehidupan untuk Bu Ja agar Bu Ja bisa bertahan. Lagipula PK adalah top star,
sehingga akan mudah baginya untuk mendapatkan batu kehidupan itu.
PK memanggil Sa O Jeong untuk menyalakan
AC di rumah. Tapi Sa O Jeong tidak menyahut panggilan PK. PK pun mencari-cari
Sa O Jeong. Sa O Jeong yang dicari PK ternyata tengah sibuk membersihkan noda
dalam cangkir di dapur.
“Kau ternyata ada di sini. Kau harusnya
menjawab panggilanku,” gerutu PK. Wajah Sa O Jeong terlihat sedih. PK bertanya
kenapa ia bersedih.
“Nodanya tidak mau hilang,” kata Sa O
Jeong sambil memperlihatkan cangkir yang bernoda.
PK kesal, “Ah.. buang saja cangkirnya!”
Woo Ma Wang yang belum juga kembali
pulang ke rumah, ternyata sedang berada di perusahaannya. Ma Ji Young
mengucapkan selamat karena tangan Woo Ma Wang tidak lagi gemetar seperti
sebelumnya. Woo Ma Wang mengatakan, walau tangan gemetarnya sudah sembuh tapi
ada efek lain yang menimpanya.
Woo Ma Wang membalikkan kursinya dan
menghadap Ma Ji Young. Pipi Woo Ma Wang sudah berubah menjadi warna merah. Woo
Ma Wang memerintahkan Ma Ji Young untuk membatalkan jadwal acaranya sampai
wajahnya kembali normal.
Woo Ma Wang lalu menanyakan apakah ia
sudah menemukan obat yang bisa menekan kekuatan (menetralisir) darah Sam Jang itu. Ma Ji Young
melaporkan ia sudah meminta bantuan cucu pemilik toko umum. Woo Ma Wang ingin
Ma Ji Young cepat menemukan obat itu, karena efek darah Sam Jang ini sangat
memalukan baginya.
Sebenarnya, Ma Ji Young sudah menemukan
obat itu. Cucu pemilik toko memperingatkannya kalau obat itu berbahaya, bahkan
bisa menyebabkan kematian. Ma Ji Young berpikir kalau itu sangat berbahaya bagi
Woo Ma Wang, sehingga ia memutuskan untuk tidak memberikannya.
Bersambung ke Sinopsis Hwayugi Episode 6 Part 3
Komentar