SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 4 PART 3
Sebelumnya Sinopsis Hwayugi Episode 4 Part 2
Son O Gong mencari Jin Seon Mi di
klub.
"Ah, dia terus mengirimkan
pesannya, di chat group, tapi kenapa
dia tidak memanggilku."
Son O Gong melihat seorang wanita
berpakaian hitam dan menyangkanya sebagai Jin Seon Mi, padahal bukan. Jin Seon Mi yang asli baru saja
masuk ke klub dengan memakai gaun merah yang
membuatnya terlihat lebih cantik dari biasanya.
Jin Seon Mi melihat banyak orang
di klub itu juga memiliki tato yang sama dengan Alice. Jin Seon Mi sempat
berpikir, apa ia harus memanggil Son O Gong. Tapi, ia segera mengurungkan
niatnya, karena ia ingat kalau Son O Gong pernah bilang ia tidak
akan menyelamatkan manusia lainnya.
Alice sedang di kamar mandi klub
untuk memperbaiki riasannya. Jin Seon Mi mendekati Alice dan sengaja berkata
dengan keras agar didengar Alice, "Aih, akhir-akhir ini berat badanku
terus naik. Aku merasa ingin mati."
Jin Seon Mi lalu menyapa Alice.
Alice yang tidak mengenal Jin Seon Mi bertanya siapa Jin Seon Mi.
"Kau anggota Kingdom fitness center, kan? Aku sering
melihatmu di sana saat aku berolahraga," kata Jin Seon Mi.
"Ah, begitu."
"Tapi, setiap kali melihatmu, tubuhmu semakin
langsing saja."
"Tak peduli seberapa
banyakpun aku makan, berat badanku tidak akan naik."
"Tidak bertambah berat badan
meski makan apapun, aku sangat iri denganmu."
"Haruskah aku mewujudkan
keinginanmu itu?"
Alice lalu memegang pundak Jin Seon Mi. Tato dalam tubuh Alice berhasil ditransfer ke tubuh Jin Seon Mi.
Son O Gong masih mencari Jin Seon
Mi di dalam klub. Son O Gong tak sengaja malah melihat Alice yang sedang makan
dengan lahapnya dan di sampingnya ada makhluk penghisap sedang menyedot makanan dalam tubuh Alice.
"Jadi itu penghisap yang
sedang dikejar oleh Jin Seon Mi," gumam Son O Gong.
Son O Gong lalu mendekati Alice.
"Kudengar tatomu
bervirus," kata Son O Gong pada Alice.
"Apa kau sedang
menggodaku?"
"Bukan begitu. Hanya saja
ada virus di tubuhmu."
"Virus di mana
maksudmu?"
"Ah, di sini!" kata Son
O Gong sambil memegang tato
diet di lengan Alice. Seketika tato itu lenyap begitupun dengan makhluk pelahap
yang menjadi parasit di tubuh Alice.
Alice merasa tubuhnya lemas, padahal ia
sudah memakan banyak makanan.
"Itu karena selama ini bukan
kau yang memakannya."
Son O Gong lalu melanjutkan
pencariannya dalam menemukan
Jin Seon Mi. Son O Gong berhasil menemukan Jin Seon Mi yang sedang makan dengan
lahap seperti Alice tadi. Ia melihat ada tato di belakang pundak Jin Seon Mi.
"Hey, Jin Seon Mi!"
"Oh, Son O Gong?"
"Harusnya kau memanggil nama
itu sejak tadi. Sekarang pelahap itu menempel pada tubuhmu.”
"Aku sudah tahu di mana roh
jahat yang menyebarkan pelahap itu," kata Jin Seon Mi.
"Pertama-tama, mari kita
singkirkan pelahap yang ada di tubuhmu dulu!" Son O Gong sudah siap mengayunkan tangannya, namun Jin
Seon Mi dengan sigap menahan tangan Son O Gong yang akan menyingkirkan tato di tubuhnya.
"Tunggu! Kau tidak perlu
menyingkirkannya sekarang! Biarkan aku makan sebentar lagi saja! Biarkan aku
makan tanpa merasa khawatir
berat badanku akan naik."
"Sampai kapan?"
"Satu minggu. Biarkan aku
makan selama satu minggu, setelah itu singkirkan dia!"
Son O Gong menghela nafas begitu
mendengar perkataan Jin Seon Mi.
"Kalau begitu tiga hari
saja. Setelah tiga hari aku akan membiarkanmu menyingkirkannya.”
Son O Gong tidak juga merespon
perkataan Jin Seon Mi.
“Kalau
begitu biarkan aku menghabiskan semua ..."
Jin Seon Mi belum sempat
menyelesaikan perkataannya, karena Son O Gong sudah mengayunkan tangannya dan
menepuk belakang pundak Jin Seon Mi untuk menghilangkan tatonya. Jin Seon Mi tersadar. Son O
Gong lalu mengajak Jin Seon Mi pergi dari sana
untuk mencari roh jahat penyebar makhluk pelahap itu.
Jin Seon Mi dan Son O Gong akan
menemui orang yang diduga telah menjadi penyebab menyebarnya tato diet itu. Jin
Seon Mi menjelaskan pada Son O Gong kalau orang itu mencurigakan, karena
mempunyai dua pekerjaan di Kingdom.
Instruktur olahraga yang
sebelumnya ditemui Jin Seon Mi untuk menanyakan soal keanggotaan Bu Ja di klub
olahraga Kingdom sedang berbicara dengan salah satu member klub olahraga di sana.
Member itu mengeluh karena berat badannya tidak kunjung turun juga, padahal dua minggu lagi ia akan menikah. Instruktur kemudian menyarakan agar member itu mencoba membuat tato diet saja. Saat itu, Jin Seon Mi tiba-tiba datang untuk menemui instruktur itu.
Member itu mengeluh karena berat badannya tidak kunjung turun juga, padahal dua minggu lagi ia akan menikah. Instruktur kemudian menyarakan agar member itu mencoba membuat tato diet saja. Saat itu, Jin Seon Mi tiba-tiba datang untuk menemui instruktur itu.
Jin Seon Mi dan Instruktur
berbicara berdua. Jin Seon Mi menunjukkan tato diet pada Instruktur itu dan
menanyakan soal tato itu padanya.
"Ya memang benar,"
jawab instruktur itu. "Itu adalah tato yang kuberikan pada anggota di sini
untuk mendapatkan uang. Apa seseorang telah melaporkanku?" tanya Instruktur itu kemudian.
"Apa menurutmu memberikan
tato itu adalah penipuan?" tanya Jin Seon Mi balik.
"Aku mengakui kalau itu
adalah kebohongan. Meski begitu, tato itu memiliki efek plasebo (Sebuah
pengobatan yang tidak berdampak atau penanganan palsu yang bertujuan untuk
mengontrol efek dari pengharapan. Istilah plasebo diambil dari bahasa latin
yang berarti "I shall please" (saya akan senang) yang mengacu pada
fakta bahwa keyakinan akan efektivitas dari suatu penanganan akan dapat
membangkitkan harapan yang membantu mereka menggerakkan diri mereka sendiri
untuk menyelesaikan problem - tanpa melihat apakah substansi yang mereka terima
adalah aktif secara kimiawi atau tidak aktif. Sumber: Wikipedia). Banyak yang berat badannya
benar-benar turun setelah memakai tato itu,” kata
Instruktur itu membela diri.
"Jadi kau hanya seorang
penipu. Aku akan melaporkan hal ini pada polisi."
Instruktur tak bisa
berkata-kata lagi begitu mendengar ancaman Jin Seon Mi.
Jin Seon Mi melaporkan pada Son O
Gong kalau Instruktur
itu hanya membuat tato untuk mendapatkan uang saja. Ia tidak memasukkan pelahap
pada tato itu. Saat mereka sedang mengobrol
tentang Instruktur itu, Son O Gong melihat seorang
wanita sedang fitness di klub
olahraga Kingdom. Son O Gong menghela nafas saat melihat wanita itu. Ia lalu
berkata pada Jin Seon Mi, "Pikiran lemah manusia tentang hidup, bahkan
bisa membuatnya percaya akan kebohongan yang paling menggelikan
sekalipun." Son O Gong menunjuk pada wanita
yang sedang fitness di depannya agar
Jin Seon Mi melihatnya juga.
Jin Seon Mi teringat wanita yang
sedang fitness itu adalah wanita yang
tadi ia lihat sedang mengobrol dengan Instruktur.
Jin Seon Mi lalu memperhatikan wanita itu. Wanita itu kemudian menimbang berat
badannya setelah fitness-nya selesai. Dalam hatinya wanita itu berkata,
ia akan mati saja jika berat badannya tidak turun. Dan ternyata berat badan wanita itu
tidak sesuai dengan harapannya. Ia merasa ia benar-benar ingin mati saja karenanya.
Saat Jin Seon Mi memperhatikan wanita itu, Jin Seon Mi
merasa ada yang janggal dengan alat timbangan yang digunakan wanita itu. Ia
melihat ada bayang hitam keluar dari alat
timbangan itu. Mata batin Jin Seon Mi tiba-tiba
bisa melihat banyak orang yang sebelumnya sudah
merasa kecewa dengan berat badannya sendiri, setelah
menggunakan timbangan itu dan mereka merasa ingin mati karenanya.
Kekecewaan dari orang-orang yang
dilihat Jin Seon Mi dalam bayangannya, tiba-tiba
berubah menjadi makhluk besar yang mengerikan dan siap merasuki wanita yang
sedang menimbang berat badan di hadapan Jin Seon Mi sekarang itu.
"Kau akan berada dalam
bahaya, jika kau berada di sana. Cepat turun!" teriak Jin Seon Mi.
Sayangnya, makhluk itu dengan cepat berhasil merasuki
wanita itu sebelum Jin Seon Mi sempat mencegahnya. Wanita yang sudah kerasukan itu
berbalik dan menatap Jin Seon Mi dengan tatapan yang
mengerikan. Wanita itu berteriak hingga membuat lampu-lampu di tempat klub
olahraga itu mati dan semua member
yang ada di sana berlari keluar.
"Jadi kau yang selama ini
aku cari," kata Jin Seon Mi.
"Kau jangan ikut campur!
Manusia percaya padaku karena kemauan mereka sendiri. Aku hanya memenuhi
keinginan mereka."
"Kau hanya menggali pikiran
manusia yang lemah."
"Apa menurutmu kau bisa
menyingkirkanku? Ku rasa aku akan menyingkirkanmu dulu, karena aku tidak akan
bergerak sedikitpun dari tempat ini."
"Tidak. Kau akan
mendatangiku."
Makhluk dalam diri wanita itu
tertawa mendengarnya. Jin Seon Mi lalu melukai telunjuknya. Darah yang keluar
dari telunjuk Jin Seon Mi berhasil
membangkitkan jiwa iblis dari makhluk itu dan membuatnya keluar dari tubuh
wanita itu.
Makhluk itu memperlihatkan wujud
aslinya. Jin Seon Mi cepat-cepat memanggil nama Son O Gong. Son O Gong datang
dan langsung melenyapkan makhluk itu. Tapi makhluk itu tak kunjung lenyap juga, meski Son O Gong sudah
memukulnya beberapa kali.
Son O Gong melihat ke arah alat timbangan badan yang
menjadi tempat makhluk itu tinggal. Son
O Gong lalu melemparkan barbel ke arah
timbangan itu hingga hancur. Seketika makhluk mengerikan itu pun binasa.
Woo Ma Wang dan Tetua Soo Bo Ri sedang bermain baduk. Saat itu, Ma Ji
Young melaporkan kalau Sam Jang sudah berhasil melenyapkan roh jahat yang telah
menyebarkan pelahap itu. Jin Seon Mi bahkan
mengirimkan foto timbangan badan yang telah hancur sebagai bukti makhluk itu
telah lenyap.
Tetua Soo Bo Ri memuji Sam Jang yang
memiliki kemapuan hebat. Ia merasa Woo Ma Wang pasti akan segera mendapat banyak poin
dalam waktu singkat karena kemampuan Sam
Jang itu. Tetua Soo Bo Ri lalu mengungkapkan bahwa perasaan
negatif manusia telah berhasil mendatangkan
roh jahat. Ia khawatir kalau
perasaan negatif itu akan menjadikannya
bisa membuat neraka yang sesungguhnya
di bumi.
"Bukankah itu sebabnya Sam
Jang turun ke bumi? Karena mereka takut dunia ini akan
benar-benar membuka gerbang neraka. Jadi, apakah Sam Jang ini sebenarnya adalah korban untuk
menghentikan gerbang neraka terbuka?" tanya Woo Ma Wang pada Tetua Soo Bo
Ri.
Retakan dalam guci di toko umum
semakin membesar.
"Sebentar lagi isi guci itu akan
meluap," kata pemilik
toko pada cucunya.
Son O Gong duduk dengan Jin Seon
Mi di sebuah bangku taman. Ia meraih tangan
Jin Seon Mi dan membantunya mengobati luka di telunjuknya.
"Oy, aku sudah bilang kan, kalau darahmu sangat berbahaya.
Jika saat ini aku tidak di sampingmu, kau pasti sudah mati. Apa kau tahu?"
Son O Gong lalu
menempelkan plester pada luka Jin Seon Mi.
"Kenapa kau memplesternya?
Obati saja dengan sihir! Sebelumnya dengan sekali tiupan langsung sembuh."
"Apa kau pikir melakukan itu
mudah? Yang tadi kulakukan juga sangat melelahkan."
"Cih, kau bilang kau ini
Dewa Agung. Kau selalu membangga-banggakannya.
Tapi, ternyata kau tidak ada
apa-apanya."
Son O Gong menatap tajam Jin Seon
Mi.
Jin Seon Mi cepat-cepat
merevisi perkataanya, "Bukan begitu. Karena kau
orang yang luar biasa, aku tidak bisa memanggilmu sembarangan."
"Tak bisa memanggilku
sembarangan? Itu artinya kau ingin memanggilku, kan? Ternyata kau merindukanku,
ya? Jika kau merindukanku seperti itu, kenapa kau menahan diri?"
"Aku tidak bilang aku
merindukanmu. Aku hanya merasa terbebani. Kau adalah Dewa Agung dan aku hanya
manusia biasa. Dan maaf karena aku menggunakan Geum Gang Go untuk
mengikatmu."
Son O Gong memandangi gelang Geum
Gang Go di tangannya, lalu memandang ke arah Jin Seon Mi.
"Oh, biasanya kau selalu
bilang, “Jika kau merasa bersalah lepaskan
ini!”" kata Jin Seon Mi sambil
menirukan apa yang biasa Son O Gong lakukan saat memintanya melepaskan gelang
Geum Gang Go setiap saat.
"Walau kau tidak
melepaskannya. Gelang ini akan tetap terlepas dengan sendirinya, suatu saat nanti. Sampai saat
itu, aku hanya akan mencintaimu. Cinta ini pasti akan berakhir dan hilang tanpa
jejak. Aku hanya ingin memupukkannya padamu seperti orang gila."
"Berakhir dan
menghilang?" tanya Jin Seon Mi sedih.
"Tentu saja. Perasaanku juga
palsu. Ini akan berakhir dan kau akan sendiri lagi. Sampai saat itu, aku akan
selalu di sisimu. Aku mencintaimu, Jin Seon Mi." (Ahhh...
Aku mencintaimu juga, Son O Gong. Walaupun kamu
nyebelin).
Jin Seon Mi hanya terdiam dengan
mata yang berkaca-kaca saat mendengar perkataan Son O Gong itu.
Esok paginya di rumah Son O
Gong.
Son O Gong, Woo Ma Wang, Bu Ja,
dan Sa O Jeong sarapan bersama.
"Hey, Bu Ja! Seharusnya kau
tidak makan makanan yang dibuat Sa O Jeong. Kau benar-benar luar biasa,"
kata Son O Gong pada Bu Ja.
"Ya aku merasa terhormat.
Aku sangat penasaran bagaimana rasanya jika aku memakannya saat aku hidup.”
"Bu Ja semalam kau tidak
tidur di kulkas lagi? Kau sedikit bau lagi,” tanya Woo
Ma Wang tiba-tiba pada Bu Ja.
Bu Ja mulai curhat, "Aku
perlu menahan suhu tubuhku tapi Son O Gong-nim
malah menyalakan penghangat ruangan."
"Hey wanita ini akan
membusuk. Matikan saja
penghangat ruangannya!" perintah Woo Ma Wang
pada Son O Gong.
"Aku lahir dari batu gunung
berapi. Apa kau tahu betapa aku merasa kedinginan sekarang?"
"Jika kau merasa seperti
itu, kau masuk saja ke kamarmu dan nyalakan penghangat ruangannya di sana saja!" perintah Woo Ma Wang lagi dengan nada marah pada Son O Gong.
"Kenapa harus aku? Hey, Bu Ja! Kau
lupakan saja mode dingin itu!
Kau masuklah ke dalam kulkas
dan membeku dengan baik di sana!
Saat musim semi dan cuaca hangat, aku akan membawamu keluar dan membuatmu
mencair. Apa kau puas?" kata Son O Gong pada Bu Ja. (Duh..
jahat. Sini biar aku jitak kamu O Gong!)
Bu Ja sampai menjatuhkan sendok
makannya mendengar perkataan Son O Gong. Ia merasa sedih karena perkataan Son O
Gong itu. Woo Ma Wang sampai mengumpat
pada Son O Gong karena bersikap
keterlaluan pada Bu Ja.
Sa O Jeong mencoba menenangkan Bu
Ja yang bersedih dengan membujuknya untuk tidak menangis, karena ia nanti bisa meleleh. Woo Ma Wang dan Sa O
Jeong sama-sama melihat ke arah Son O Gong.
"Memangnya aku kenapa? Apa?
Ini adalah rumahku. Jika kau mengeluh, silahkan keluar!” kata Son O Gong.
Ponsel mereka tiba-tiba berbunyi. (Kecuali
ponselnya Son O Gong, ya. Kasian)
"Astaga masih pagi sudah ada pesan," gerutu Son O Gong.
Son O Gong melihat Woo Ma Wang juga
mengecek ponselnya.
"Loh, apa kau juga diundang
ke chat group itu?" tanya Son O Gong pada Woo Ma Wang.
"Ya. Dewa Agung sepertinya
tidak ada di chat group, ya? Haruskah
aku mengundangmu?” tanya Woo Ma Wang.
"Ah tidak maksudku aku
hanya..."
Sa O Jeong tiba-tiba
menyela Son O Gong yang belum sempat menyelesaikan perkataanya, dan berkata pada Woo Ma Wang "Ma
Wang, hyungnim tidak suka bergabung
di chat group. Karena itu sangat berisik. Jadi
jangan mengundangnya!"
Son O Gong kehabisan kata-kata mendengar perkataan Sa O Jeong. (Pasti dalam hatinya bilang, bukan gitu maksud gue. Gue
tuh mau bilang kalo gue juga mau diundang. Hahahaha. O Gong... O Gong...
Kyeopta!)
"Oh, begitu? Kau tidak mau
diundang?” tanya Woo Ma Wang.
Son O Gong mulai
menjelaskan kembali maksud perkataannya, "Tidak. Maksudku... aku tidak suka. Itu sangat
berisik, jadi tentu saja aku membencinya.
Tapi jika kau mengundangku ... “
"Baiklah, aku tidak akan mengundangmu.” Woo Ma Wang langsung memotong
perkataan Son O Gong. (Hahaha... kasian O Gong, padahal sebenarnya dia mau
diundang juga. Habisnya kamu berbelit-belit sih)
"Hyungnim apa kau ingin salad?” tanya Sa
O Jeong pada Son O Gong.
"Tidak usah! Aku
tidak akan memakannya.” Kata Son O Gong ngambek.
"Baiklah, aku pasti tidak akan memberikan
apapun pada Anda.”
Ponsel mereka bertiga berbunyi
kembali. Mereka sibuk dengan ponselnya
masing-masing dan membaca pesan di chat
group sambil tertawa-tawa,
apalagi Woo Ma Wang tertawa paling
keras di antara ketiganya.
Son O Gong hanya menatap mereka dengan tatapan kesal.
"Baiklah, kami tidak akan berisik. Jadi
jangan pedulikan kami!" kata Woo Ma Wang.
Mereka lalu sibuk kembali dengan
ponselnya masing-masing. Son O Gong hanya bisa menghela nafas kesal. "Ah kalian pasti sangat
bersenang-senang," gumam Son O Gong.
Jin Seon Mi sedang berada di
pasar untuk
berbelanja kebutuhan perayaan tahun baru. Jin Seon Mi mengundang semua anggota chat group untuk hadir di bar milik Kaisar
Langit (Agak gak sreg sebenarnya manggil
adiknya Jenderal Es dengan sebutan Kaisar Langit, soalnya saya dengarnya
namanya Ha Seon Yeon (?). Tapi menurut subtittle yang saya pakai dia
dipanggil Kaisar Langit. Di subtittle yang lain, diterjemahin namanya Peri Ha.
Tapi, pas di scene Sam Jang mengirim undangan
di chat
group ini, keliatan namanya di chat group tertulis Ha Seon Nyeo. Jadi mulai sekarang saya akan memanggilnya
Ha Seon Nyeo aja, ya).
Cucu pemilik toko umum tiba-tiba
datang menemui Jin Seon Mi dan mengajaknya untuk pergi ke toko umum, karena neneknya ingin menemuinya.
Jin Seon Mi sedikit protes, karena jarak dari pasar itu sangat jauh. Cucu
pemilik toko menyuruhnya untuk ikut saja. Mereka akhirnya sampai di toko umum
dengan mudah dan cepat. Jin seon Mi heran bagaimana mereka bisa langsung sampai
begitu saja.
"Ada apa denganmu bersikap
seperti orang naif seperti itu? Kau pasti sudah tahu jawabannya,” kata cucu pemilik toko.
Jin seon Mi akhirnya masuk ke
toko umum dan melihat guci yang sebelumnya
pernah dilihatnya,
sekarang sudah retak. Saat Jin Seon Mi mendekat
pada guci itu, tiba-tiba retakan pada guci itu semakin membesar dan dari
dalamnya muncul air yang mengalir. Air itu semakin meluap.
Saat air itu mengalir
dan menyentuh kaki Jin Seon Mi, sebuah sinar dari dalam guci membuat Jin Seon Mi tiba-tiba berada di atas sebuah gedung. Ia melihat
banyak pesawat melintas dan menjatuhkan
bom di hadapannya. Bangunan dan seisi kota yang ada di hadapannya itu pun hancur lebur.
Asap hitam dari ledakan
bom yang mendekat ke arah Jin Seon Mi, membuat Jin Seon Mi berhasil kembali ke toko umum. Jin Seon Mi terjatuh ke lantai sambil
terengah-engah. Tetua Soo
Bo Ri muncul di
ambang pintu,
“Sepertinya kau sudah melihat semuanya.”
“Apa yang baru saja ku lihat?” tanya Jin Seon Mi bingung.
“Malapetaka yang akan terjadi di
masa depan,” jawab Tetua Soo Bo Ri.
Jin Seon
Mi terduduk di halaman rumahnya dan masih tak
percaya dengan apa yang tadi dilihatnya di toko umum.
“Apakah yang aku lihat tadi, sungguh akan terjadi?” pikir Jin Seon Mi.
Jin Seon
Mi teringat perkataan Tetua Soo
Bo Ri saat berada di toko umum tadi, “Mencegahnya agar itu tidak terjadi, itu adalah tugas
Sam Jang.”
Sa O Jeong, PK, Ma Ji Young, dan Bu Ja sedang berkumpul di
tempat Ha Seon Nyeo untuk menyambut tahun baru. Mereka tengah menunggu Sam Jang yang belum datang juga.
“Ah, harusnya aku bisa
mengambil hati Sam Jang sebelum tahun ini berakhir,” kata PK.
Ma Ji Young mengejek PK,
“Hah, hanya tiga menit lagi sebelum tahun baru. Apa kau bisa melakukannya?”
Sa O Jeong lalu
melaporkan kalau Sam Jang bilang dia akan terlambat, jadi mungkin dia akan
datang setelah bel perayaan berbunyi. PK mengangguk dan mencoba memahami
keterlambatan Sam Jang. Ia lalu mengomentari orang yang akan bertugas
membunyikan bel perayaan tahun baru yang sedang disiarkan di TV saat itu. PK memuji orang itu sangat tampan.
Mereka akhirnya menonton tayangan penyambutan tahun baru di TV yang akan ditandai dengan pemukulan bel oleh seseorang dari
keluarga berpengaruh di Korea. Tahun ini yang akan melakukannya adalah Kang Dae Sung, Profesor
dari Jurusan Sejarah di
Universitas Korea. Dia bersia
45 tahun dan disebut-sebut sebagai Pengejar Tahta Kepresidenan.
PK mengira Kang Dae Sung
ini akan ikut pemilihan atlet, karena ia salah dengar dengan penjelasan Ma Ji Young tentang profil
Kang Dae Sung.
“Kepresidenan. Itu
pemilihan presiden bukan atlet yang cocok dengan babi bodoh sepertimu,”
komentar Ma Ji Young kesal.
“Ah.. aku juga tahu itu.
Presiden. Aku cuma mencoba melucu saja. Uh, kau ini anjing pembuat frustasi. Apa
kau tidak tahu lelucon?”
Ma Ji Young tak terima
dengan ucapan PK. Ma Ji Young dan PK langsung saling menggeram dengan suara
hewan mereka. (Saat anjing dan babi bertengkar, ya Ma Ji Young dan PK inilah)
Sa O Jeong menyuruh Ma
Ji Young dan PK untuk berhenti saling menggeram. Ia lalu membertahukan bahwa surga bahkan terus mengawasi Kang Dae Sung. Mendengar hal itu, PK jadi ingin berteman dengan Kang Dae
Sung, jika ia bertemu dengannya.
Tiba-tiba Bu Ja mengatakan kalau dia merasa mengenal orang itu.
Tiba-tiba Bu Ja mengatakan kalau dia merasa mengenal orang itu.
“Aku pernah melihatnya,” kata
Bu Ja.
“Apa kau ingat sesuatu? Di mana
kau melihatnya?” tanya Sa O Jeong
pada Bu Ja.
Bu Ja mencoba mengingat, dia pernah melihat pria itu saat berada di Klub Olahraga Kingdom, saat ia sedang beristirahat di ruang istirahat.
“Ah, ternyata itu
kenangan baru-baru ini. Kupikir itu kenanganmu saat kau belum meninggal,” kata
PK.
“Kau pasti ingat karena
dia tampan. Bahkan namanya juga tampan. Kang. Dae. Sung,” timpal Ha Seon Nyeo.
Waktu pergantian tahun
ternyata sudah tiba. PK mengajak yang lainnya untuk menonton TV dan ikut
menghitung mundur pergantian tahun baru. Tiga. Dua. Satu. Happy New Year. Semua bertepuk tangan. Sementara itu Bu Ja masih
memperhatikan wajah Kang Dae Sung di TV. (Hmm... apa Kang Dae Sung pelaku yang
membunuh Jung Se Ra alias Bu Ja).
Jin Seon Mi masih
terduduk di depan rumahnya saat tiba-tiba salju turun. Son O Gong sedang
menghitung koleksi botol minuman alkoholnya. Sudah ada 2.983.
“2.983. Saat larangan
minumanku berakhir, kau yang pertama akan kuminum,” kata Son O Gong.
“Son O Gong.” Suara lembut Jin Seon Mi yang memanggil Son O Gong dari
rumahnya terdengar. Son O Gong tersenyum mendengarnya.
Son O
Gong langsung datang ke hadapan Jin Seon Mi.
“Apa kau menjadi orang baru
karena ini tahun baru? Ini bahkan belum semenit,” kata Son O Gong.
“Ya. Situasinya berubah.”
“Apanya?”
“Aku melihat dunia hancur.”
Tetua Soo
Bo Ri memberi tahu Woo Ma Wang
tentang penglihatan Jin Seon Mi
yang ditunjukkan guci di toko
umum.
“Sam Jang telah melihat gerbang neraka terbuka di
bumi?” tanya Woo Ma Wang.
“Sam Jang menerima surat
perintah, itu saja.”
“Apa hanya manusia yang bisa
menghentikannya?” tanya Woo Ma Wang lagi.
“Itu sebabnya Son O Gong ada di
sisinya.”
“Lalu aku harus mengubah
pertanyaanku sebelumnya. Penawaran yang di buat untuk mencegah pintu neraka tidak
terbuka, apakah itu untuk Sam Jang atau untuk Son O Gong?”
Jin Seon
Mi menatap Son O Gong
dan memohon padanya.
“Son O Gong, aku... maksudku Sam Jang harus
melakukan hal yang sangat menakjubkan. Kau
bilang, kau tidak ingin melindungi manusia
yang tidak penting, bukan?
Setelah kupikir-pikir,
menerima perlindungan dari Dewa Agung yang setara
dengan surga begitu penting bagi seseorang sepertiku.”
“Kau pasti merasa terhormat.”
“Kau sangat kuat, kan?” tanya Jin Seon Mi.
“Iya.”
“Tidak peduli apa yang terjadi
padaku, kau akan selalu di sampingku, kan?”
“Itulah yang terus aku katakan
padamu.”
“Kalau begitu itu sudah cukup. Dengan begitu aku bisa melakukannya.
Son O Gong, Dewa Agung yang setara
dengan surga, tolong lindungi
aku sampai akhir!”
Son O Gong
diam beberapa saat, lalu berkata pada Jin Seon
Mi, “Baik. Bahkan jika dunia hancur,
aku akan melindungimu." (Ah... O Gong... bener ya? Janji! Awas kalo ujung-ujungnya
minta lepasin gelang Geum Gang Go lagi!)
Bersambung ke Sinopsis Hwayugi Episode 5
Komentar:
Best Scene di Episode 4 ini, waktu Son O Gong
ngambek gak diundang ke chat group. Hahaha kasihan banget dia
sampai menderita begitu. bahkan deritanya lebih parah ketimbang waktu ditendang
dari surga wkwkwk. Ini sebenernya mungkin ada unsur iklannya ya (iklan apa
ayo?), tapi ide menempatkan iklan dalam ceritanya brilian sekali, bisa bikin
ngakak parah hahaha. Emang the best lah.
Di Episode ini, kita sudah diperlihatkan
tugas utama Sam Jang yang sebenarnya itu apa. Ternyata bukan melakukan perjalan
ke barat untuk menemukan kitab suci (Biksu Tong kali), tapi mencegah terbukanya
gerbang neraka di dunia dengan bantuan Son O Gong tentunya.
Kekuatan Sam Jang yang sesungguhnya agar bisa menyelamatkan dunia sampai sekarang belum diperlihatkan, nih. Apa dia punya kekuatan khusus? Atau memang kekuatan rahasia yang dia miliki itu adalah bisa mengendalikan Son O Gong? Jadi sebenarnya, seperti halnya yang menjadi pertanyaannya Woo Ma Wang, tugas untuk mencegah terbukanya gerbang neraka itu, itu tugasnya Sam Jang atau Son O Gong.
Yup, Jin Seon Mi memang punya senjata.
Payung kuningnya. Selama ini Jin Seon Mi mampu bertahan hidup dari gangguan
para roh jahat berkat payung kuningnya, tapi sejauh ini kekuatan payungnya cuma
mampu menghalau roh-roh jahat itu saja sih, belum sampai bisa menghancurkan si
roh jahat. Selama ini kan yang mengeksekusi roh jahat adalah Son O Gong. Jadi,
patut dinantikan apa sebenarnya kekuatan yang dimiliki Jin Seon Mi untuk
menyelamatkan dunia.
Terus terang, saya suka sekali dengan cara
Hong Sisters membuat penceritaan tentang para roh jahat dalam drama ini, karena
begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Memang bener juga sih, kalo yang
namanya roh jahat atau jin atau apalah itu makhluk yang tidak bisa dilihat
manusia itu, bisa menghancurkan manusia melalui sifat-sifat lemah pada diri
manusia itu sendiri.
Ambisi manusia yang tak pernah puas dengan
apa yang dimilikinya, menjadikannya jalan bagi para roh jahat untuk
menghancurkan manusia dan mengajaknya ke neraka. Mungkin itu kali ya, maksud
yang dikatakan Tetua Soo Bo Ri yang bilang kalo pikiran negatif manusia bisa menjadi
pembuka gerbang neraka di dunia.
Roh jahat biasanya memang tertarik untuk
menyerang dan menguasai manusia-manusia yang berjiwa lemah, baik itu rasa
kecewa, sedih, tertekan, dan stress yang berkepanjangan. Nah, dalam drama ini
disinggung kalau roh jahat suka sekali mendekati orang ceroboh kaya suami Mi Ju
yang mabuk saat menyetir, juga Alice dan orang-orang lainnya yang berambisi
mendapatkan tubuh yang langsing.
Masih ingat juga, di Drama Master’s Sun,
Hong Sisters juga pernah buat cerita di mana ada hantu yang mendekati manusia
yang ingin selalu terlihat lebih cantik daripada orang lain dan ujung-ujungnya
mereka malah menghancurkan diri mereka sendiri. Bukannya terlihat lebih cantik
malah itu membuatnya terlihat lebih jelek.
Biasanya orang yang sudah berhasil
dikuasai oleh roh jahat, pikirannya jadi mudah putus asa, tertekan, dan bahkan
sampai bunuh diri seperti orang-orang yang merasa kecewa karena berat badannya
tidak kunjung turun akibat pengaruh roh jahat itu hingga akhirnya mereka sampai
ingin mati segala. Duh.
Yang saya salut dari Hong Sisters kok
bisa-bisanya mengangkat soal diet dan menghubungkannya dengan roh jahat. Saya
jadi berpikir ulang, jangan-jangan keinginan punya badan kurus itu berasal dari
bisikan roh jahat. Hah? Nggak kali ya, apalagi kalau alasannya demi kesehatan.
Punya tubuh gemuk tapi ga sehat juga kan ga baik. Begitupun kalo punya tubuh
kurus dan ga sehat juga tidak baik. Jadi pilih mana? Pilih punya tubuh sehat
aja deh...
Btw, kenapa komen di episode ini malah
membahas roh jahat, ya? Gak papa ya, biar jadi pelajaran juga bagi kita untuk
selalu berpikiran positif, membersihkan hati dengan selalu memaafkan keadaan di
sekitar kita, juga memperkuat iman kita agar roh jahat jauh-jauh dari kita.
Perlu diingat saja, kalau roh jahat dan
sebangsanya itu mirip kaya virus bagi kita. Yang namanya virus kan akan cepat
menyerang kalo daya tahan tubuh kita lemah. Roh jahat juga begitu, kalo pikiran
kita dipenuhi pikiran-pikiran negatif, hati kita kotor, dan iman kita lemah,
itulah saat yang tepat roh jahat menguasai hidup kita. Naudzubillah...
Komentar