SINOPSIS HWAYUGI EPISODE 7 PART 1
Sebelumnya Sinopsis Hwayugi Episode 6 Part 3
Saat sedang
makan malam, Sa O Jeong memberikan obat pada Son O Gong untuk meredakan
flu-nya. Woo Ma Wang bertanya-tanya bagaimana bisa Son O Gong terkena flu. Sa O
Jeong menjelaskan pada Woo Ma Wang kalau Son O Gong terserang flu saat tadi salju
turun.
“Salju? Apa
hari ini ada salju turun?” tanya Woo Ma Wang sambil mengedipkan matanya.
“Ya, tadi
turun sebentar. Saat salju turun aku jadi terkena flu,” jawab Son O Gong.
“Kau
bukanlah seseorang yang bisa terkena flu seperti itu,” kata Woo Ma Wang sambil
terus mengedipkan matanya lagi.
“Benarkah?
Hei zombie kau mau mati? Kau bilang aku terkena flu,” kata Son O Gong pada Bu Ja.
“Itu benar
kau sedang terserang flu. Saat salju turun, hal itu bisa saja terjadi. Karena
aku sudah mati, aku tidak mungkin terkena flu. Walaupun begitu, aku yakin
dengan ingatanku. Itu adalah flu,” jawab Bu Ja.
Suasana hati
Son O Gong berubah menjadi buruk saat mendengar penjelasan Bu Ja. Woo Ma Wang
lalu bertanya lagi apa Son O Gong benar-benar terkena flu. Woo Ma Wang menduga
pasti ada sesuatu yang serius telah terjadi pada Son O Gong. Son O Gong
menjawab hal itu tidak ada.
“Walau
begitu kau tetap saja sedang sakit, kan?” tanya Woo Ma Wang lagi.
“Kenapa?
Karena aku sedang sakit, jadi kau merasa senang?” sindir Son O Gong.
“Tentu saja
aku senang,” jawab Woo Ma Wang dengan mata yang masih terus-terusan
berkedip-kedip.
“Apa
sebegitu senangnyakah dirimu, sampai dari tadi kau terus mengedip seperti itu?”
tanya Son O Gong.
“Ini adalah
efek samping (darah Sam jang). Ini semua karena dirimu.”
Son O Gong menjadi
merasa bersalah pada Woo Ma Wang begitu mendengarnya. Untuk membayar
perbuatannya pada Woo Ma Wang, Son O gong menawarkan haruskah ia juga ikut
berkedip-kedip seperti Woo Ma Wang. Son O Gong lalu menyuruh Bu Ja ikut untuk berkedip
juga.
Bu Ja langsung menurut, tapi Bu Ja mengalami kesulitan saat akan mengedipkan matanya, karena matanya akhir-akhir ini sering terjatuh.
Bu Ja langsung menurut, tapi Bu Ja mengalami kesulitan saat akan mengedipkan matanya, karena matanya akhir-akhir ini sering terjatuh.
“Aku tidak
bisa mengedip lagi,” keluh Bu Ja.
Sa O Jeong
ingin ikut-ikutan berkedip juga, tapi ia langsung dilarang oleh Woo Ma Wang. “Jangan
lakukan! Aku akan segera baik-baik saja. Sesuatu yang baik akan segera terjadi,”
kata Woo Ma Wang.
“Apa hal
baik yang akan terjadi itu?” tanya Bu Ja.
“Ini masalah
perusahaan. Karena itulah, di rumah ini aku ingin mengundang manusia.”
“Manusia
seperti apa yang akan kau undang?” tanya Bu Ja lagi.
“Dia dari
Amerika. Dia seorang sutradara film yang sangat smart dan gentle. Tapi
jika mengundang manusia, kita juga memerlukan bantuan manusia lainnya. Jadi, aku
akan mengundang Sam Jang juga, tak apa kan Dewa Agung?”
“Lakukan
saja!” jawab Son O Gong yang tak terlalu peduli dengan hal itu.
“Kalau
begitu mereka berdua akan diundang bersama-sama dan mereka berdua akan bertemu.”
Woo Ma Wang tertawa
puas sambil membayangkan Sam Jang bertemu dengan Sutradara film dan mereka pun
akhirnya saling jatuh cinta. Woo Ma Wang terus tertawa saat membayangkannya. Ia
lalu berkata pada Son O Gong sambil matanya berkedip-kedip untuk segera
menantikan sesuatu darinya. Son O Gong
tak terlalu peduli dengan perkataan Woo Ma Wang. Ia malah mengomentari mata Woo
Ma Wang yang terus-terusan berkedip.
“Ma Wang,
haruskah aku memukul matamu agar tidak terus berkedip lagi?” tanya Son O Gong.
“Tak perlu! Mataku
akan segera baik-baik saja. Khawatirkan saja matamu!” kata Woo Ma Wang sambil
membuka matanya lebar-lebar dengan tangannya lalu tertawa puas.
“Oh, sekarang aku bisa!” Seru Bu Ja tiba-tiba.
Kali ini Bu
Ja bisa mengedipkan matanya, tapi matanya menjadi terbalik. Son O Gong mendesah
melihatnya. Woo Ma Wang
menyuruh Bu Ja untuk berhenti mengedipkan mata, karena mata Bu Ja bisa keluar.
Woo Ma Wang lalu ngomel-ngomel pada Son O Gong, “Kenapa kau menyuruh zombie
untuk mengedipkan matanya dan membuat matanya hampir keluar?”
Son O Gong
malah balik mengomeli Bu Ja setelah diomeli Woo Ma Wang seperti itu, “Kau yang
harusnya berada di peti mati, tapi aku malah menyuruhmu mengedipkan mata, itu
adalah kemewahan untukmu.”
Bu Ja jadi
cemberut mendengarnya. Son O Gong lalu menyuruh Bu Ja untuk mendekat padanya,
ia akan memukul belakang kepala Bu Ja dan mengeluarkan bola mata Bu Ja. Bu
Ja menolaknya. Ia menegaskan kalau ia akan terlihat menyeramkan jika matanya copot. Bu Ja langsung
lari ke kamarnya.
Son O Gong langsung
mengejarnya sambil terus berteriak padanya, kalau ia zombie harusnya ia tetap
bertingkah sebagai zombie. Sa O Jeong juga langsung pergi dari meja makan
begitu mereka saling kejar-kejaran. Tinggal Woo Ma Wang yang duduk seorang diri
di meja makan. Ia bergumam sendiri sambil terus mengedipkan matanya dan
mengumpat pada Son O Gong, “Monyet gila itu, akan kubuat matamu menangis darah,
karena cemburu hahahaha.”
Jin Seon Mi
sedang berada di bar-nya Ha Seon Nyeo. Ha Seon Nyeo bertanya pada Jin Seon Mi,
apakah ia sudah menanyakan apa yang diketahuinya pada Son O Gong saat Geum Gang
Go itu dibekukan. Jin Seon Mi terdiam, ia teringat kembali saat ia bertanya pada
Son O Gong apa ia cantik dan Son O Gong menjawabnya, “Ya. Cantik. Karena aku
mencintaimu.”
Jin Seon Mi
kemudian bercerita pada Ha Seon Nyeo kalau ia merasa perkataan Son O Gong
terlihat tulus tapi juga tidak. Biasanya dia selalu berkata, ”Karena aku
mencintaimu” (dengan ekspresi biasa), tapi barusan dia berkata, “Karena aku
mencintaimu” (dengan ekpresi serius). (Entahlah saya juga gak bisa menemukan kata yang tepat
untuk menggambarkan ekspresi yang diperlihatkan Jin Seon Mi saat mengucapakan
keduanya. Wkwkwk)
“Itu seperti
sama saja,” komentar Ha Seon Nyeo.
Jin Seon Mi
bersikeras itu tidak sama. Ia lalu mempraktekkan kembali perbedaan kebiasaan
cara Son O Gong berkata, ”Karena aku mencintaimu” dengan cara ia mengatakan itu
saat Geum Gang Go dibekukan. Jin Seon Mi mendesah karena perasaannya menjadi
bingung setelah menanyakan itu pada Son O Gong.
“Kau tak
perlu bingung. Oppa-ku tidak bisa membekukan Geum Gang Go. Aku lebih kuat
darinya. Apa gunanya Jenderal Es bisa membekukannya, jika aku bisa mencairkannya,” kata Ha Seon Nyeo.
“Apa? Jadi,
kalian berdua mempermainkanku? Jenderal Es dan Ha Seon Nyeo, kalian dua saudara monster, sedang mempermainkanku?”
“Karena itulah... daripada dengan monster, kau harus bergaul dengan manusia lagi.”
“Tidak ada
seorang manusia yang cocok denganku. Jika ada seseorang seperti itu, aku juga
pasti akan menyukai manusia lagi.”
“Jadi
maksudmu kau menyukai monster?”
“Siapa yang
menyukai monster?” kata Jin Seon Mi yang jadi salah tingkah.
“Jin Seon
Mi, daripada merasa bingung, temuilah orang yang mencintaimu! Jika kau terus
menyerahkan hatimu pada monster, kau akan berada dalam bahaya.”
Jin Seon Mi
pulang ke rumahnya. Ia masih memikirkan kata-kata Ha Seon Nyeo barusan. Jin
Seon Mi berpikir bahwa akan berbahaya
jika ia kehilangan pikirannya pada Son O Gong. Son O Gong tiba-tiba muncul hingga
membuat Jin Seon Mi terkejut. Son O Gong bertanya apa yang dimaksud “bahaya”
oleh Jin Seon Mi.
“Kalau kau
merasa dalam bahaya, kenapa kau tidak memanggilku?” tanya Son O Gong.
“Aku tidak
memanggilmu, tapi kenapa kau datang?”
“Aku datang
karena aku merindukanmu. Aku bahkan juga bisa mati,” kata Son O Gong.
Son O Gong
lalu menyuruh Jin Seon Mi duduk di dekatnya. Son O Gong menyerahkan sebuah
termos pada Jin Seon Mi saat Jin seon Mi sudah duduk di dekatnya. Son O Gong
menyuruh Jin Seon Mi membukanya dan memakannya. Itu adalah obat untuk mencegah
Jin Seon Mi terkena flu yang dibuat oleh Sa O Jeong.
“Bukankah
dia orang yang memproduksi handphone itu?”
“Benar. O
Jeong sangat suka memasak. Masakannya sangat enak.”
“Kalau
begitu sampaikan terima kasihku pada adikmu itu.”
“Kau katakan
saja sendiri! Kalau kau berbicara langsung pada termos itu, dia mungkin akan
mendengarnya.”
“Benarkah?”
tanya Jin Seon Mi yang langsung menuruti saran dari Son O Gong.
“Dia tidak
menjawab,” kata Jin Seon Mi dengan wajah polos.
Son O Gong
beralasan mungkin itu sedang gangguan. Ia menyuruh Jin Seon Mi untuk
mengirimkan pesan saja pada Sa O Jeong. Jin Seon Mi langsung percaya saja
dengan perkataan Son O Gong, “Pesan?”
“Ya. Atau video call saja,” kata Son O Gong sambil
merebut tutup termos dari tangan Jin Seon Mi dan memperlihatkannya pada Jin
Seon Mi.
Jin Seon Mi kemudian
tersadar kalau ia baru saja ditipu oleh Son O Gong.
“Kau sedang
mempermainkanku, ya?” tanya Jin Seon Mi, kesal.
“Tentu saja.
Kau ternyata bodoh, ya? Kau mempercayainya. Apa tutup termos ini adalah handphone?”
“Apa
mempermainkan manusia sangat menyenangkan bagimu?” tanya Jin Seon Mi lagi.
“Ya,” jawab
Son O Gong sambil meniup tutup termos dan menyerahkannya pada Jin Seon Mi,
“sekarang ini sudah bisa berfungsi, cobalah!”
Jin Seon Mi
segera mengambil tutup termos itu dan memasangkannya kembali pada termos. “Tidak
perlu. Aku akan meneleponnya langsung. Karena aku manusia, jadi beginilah
caraku menghubunginya, caraku tidak sama dengan cara monster sepertimu,” kata Jin Seon
Mi sambil memperlihatkan handphone-nya.
Son O Gong
sejenak terdiam, ia lalu berkata pada Jin Seon Mi, “Rupanya kau masih marah
padaku ya, karena aku berniat melenyapkanmu?”
“Kenapa aku
harus marah? Akulah yang bodoh. Kau pernah bilang kalau kau adalah pemangsa terkuatku, kan? Tapi aku malah merasa nyaman denganmu sehingga aku sejenak jadi melupakannya.”
“Benarkah?
Aku sudah mengatakannya dengan pasti, aku tidak akan membiarkanmu mati. Jika
itu terjadi, hatiku akan terasa sakit. Karena itu kau tidak akan mati, aku akan
melindungimu.”
“Karena Geum
Gang Go?”
“Iya... Sekarang kau
tak perlu khawatir. Sam Jang, kau akan aman. Aku sungguh-sungguh. Kau bisa
percaya padaku!” kata Son O Gong.
“Bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kau selalu berbohong padaku.”
“Makanlah makanan hangat dan tidurlah dengan nyenyak. Jika kau
ingin mengatakan sesuatu untuk diceritakan padaku, gunakan termos ini!”
“Apa kau
menipuku lagi? Aku tak akan percaya!”
Son O Gong lalu
menghilang. Diam-diam Jin Seon Mi merasa penasaran, apakah termosnya
benar-benar berfungsi untuk melakukan panggilan ataukah tidak. Ia pun mencoba
untuk mengatakan sesuatu pada termos itu. Tapi Jin
Seon Mi langsung tersadar, apa
yang bisa dia harapkan dari
perkataan Son O Gong.
Jin Seon Mi
jadi teringat kembali saat Son O Gong mengatakan padanya bahwa dia cantik, karena dia mencintainya. Jin Seon Mi berkata pada dirinya sendiri kalau perkataan
Son O Gong yang itu juga pasti palsu. Ia tak boleh tertipu olehnya. “Aku tidak
akan percaya! Sama sekali tidak akan percaya lagi padanya!” kata Jin Seon Mi.
Suara Son O
Gong tiba-tiba muncul dari dalam termos
dan mengatakan kepadanya kalau
Jin Seon Mi sangat mudah dibodohi, bahkan sejak dia masih kecil sampai sekarang. Jin Seon Mi yang kesal mendengarnya cepat-cepat menutup termos itu rapat-rapat. “Jangan
tertipu! Kalau sampai tertipu oleh monster, itu akan berbahaya,” gumam Jin Seon
Mi.
Seorang siswa sedang berada di perpustakaan. Dia mendapat
pesan dari temannya yang
menanyakannya ada di mana. Siswa itu menjawab ia
sedang berada di
perpustakaan sekolah, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Temannya lalu
memperingatkannya soal rumor adanya hantu di perpustakaan. Sekelebat bayangan
hitam tiba-tiba muncul di langit-langit perpustakaan, namun siswa itu tak
menyadarinya. Ia malah sibuk membalas pesan dari temannya dan mengatakan kalau
rumor hantu itu pasti hanya lelucon saja.
Saat
mengangkat wajahnya dari layar handphone-nya, siswa itu melihat seorang gadis cantik sedang duduk tak jauh dari tempat
duduknya. Gadis itu memandang ke arahnya. Dalam
hatinya, siswa itu bertanya-tanya mengapa gadis itu memandangnya seperti itu. Gadis
itu lalu tersenyum padanya dan membuatnya menjadi senang.
Siswa itu lalu
kembali mengirim pesan pada temannya dan mengatakan kalau hantu itu tidak ada,
tapi ada wanita cantik di perpustakaan itu. Saat ia sedang mengetik pesannya,
tiba-tiba si gadis sudah duduk di hadapan siswa itu dengan secepat kilat. Siswa
itu berkomentar, “Kau bisa berpindah dengan cepat.” Gadis itu hanya menjawabnya
dengan tersenyum.
Balasan dari
temannya masuk ke handphone-nya, “Rumor hantu di perpustakaan itu sangat
cantik dan juga ia tidak punya kaki.” Siswa itu tersenyum pahit setelah membaca
pesan itu. Ia lalu pura-pura menjatuhkan handphone-nya.
Saat ia akan mengambil handphone itu,
ia melihat gadis di hadapannya itu ternyata tidak memiliki kaki. Ia lalu
berteriak ketakutan.
Esok harinya, Sa O Jeong
sedang berbelanja di pasar ikan. Saat ia sedang memilih-milih ikan yang akan
dibelinya, Sa O Jeong mendengar sebuah suara sedang memanggilnya.
“Lihatlah ke
sini! Monster sungai. Sebelah sini!” kata suara itu.
Sa O Jeong
segera menghampiri sumber suara itu.
“Apa kau
yang tadi memanggilku?” tanya Sa O Jeong pada seekor gurita yang ada dalam
aquarium di pasar itu. Gurita itu ternyata adalah seorang pangeran. Ia meminta
Sa O Jeong untuk membawanya keluar dari sana.
Sa O Jeong
lalu membawa gurita itu ke perusahaan
Woo Ma Wang dan memberi tahu Woo Ma Wang kalau gurita itu adalah
anak kedua Raja Naga dari laut timur dan dia telah
kehilangan kekuatannya saat terjebak jaring nelayan. Dia dihukum karena dia mencoba menjual obat untuk putri
duyung yang jatuh cinta pada manusia agar bisa
mendapatkan sepasang kaki. Tetua Soo Bo Ri yang juga sedang berada
di sana menertawakan cerita dari Sa O Jeong Ia tidak menyangka hal itu bisa terjadi pada anaknya Raja Naga.
Sa O Jeong selanjutnya
meminta Woo Ma Wang untuk merawat gurita itu, karena ia sedang ada urusan
penting, terlebih Woo Ma Wang juga sudah berteman dekat dengan Raja Naga. Woo Ma Wang tentu saja tidak suka dengan permintaan Sa O Jeong. Ia
bahkan sudah direpotkan oleh seekor monyet, juga oleh zombie, dan sekarang
ditambah lagi dengan gurita.
Woo Ma Wang
menawarkan pada Tetua Soo Bo Ri untuk merawat gurita itu saja. Woo Ma Wang lalu
meninggalkan Tetua Soo Bo Ri yang terus berteriak sambil mengejarnya dan
mengatakan kalau ia tidak mau melakukannya. Sepeninggal mereka, kotak pendingin tempat gurita itu tiba-tiba terbuka
dengan sendirinya.
Alice sedang
bicara dengan Ma Ji Young tentang proyek kerjanya. Alice mengatakan pada Ma Ji
Young, kenapa ia tidak bisa diizinkan ikut dalam audisi film. Ma Ji Young beralasan
karena Alice tidak bisa berakting dan aktingnya seperti kaki anjing. Alice lalu mengatakan ia ingin mendiskusikannya langsung
dengan Ketua Woo (Woo Ma Wang) soal audisi film itu. Ma Ji Young langsung
melarangnya.
“Kalau begitu apa aku harus datang
langsung ke rumah Ketua Woo?” tanya Alice dengan sinis.
Ma Ji Young menjadi kesal dengan sikap Alice, tapi ia mencoba menahan kekesalannya itu. Ia meminta Alice untuk menunggu sebentar, ia akan bicara
dulu dengan Ketua Woo.
“Haruskah aku membunuhnya?” gumam Ma Ji
Young saat ia sudah pergi menjauh dari Alice.
Ma Ji Young lalu mencari Woo Ma Wang di
kantornya, tapi Woo Ma Wang tidak ada di sana. Ma Ji Young melihat kotak
pendingin tempat pangeran gurita sudah terbuka. Ia langsung menduga kalau
pangeran gurita pasti sudah berkeliaran ke mana-mana.
Alice sekarang ada di kamar mandi untuk
memperbaiki riasannya. Alice teringat ucapan Ma Ji Young yang menghina
aktingnya seperti kaki anjing. Alice jadi kesal saat mengingatnya.
Saat itu, tiba-tiba pangeran gurita datang
menghampiri Alice dan menyerangnya. Alice menjerit ketakutan melihatnya.
Suasana kamar mandi tiba-tiba menjadi gelap, namun tak lama kemudian berubah terang
kembali.
Alice duduk di bangku closet sambil
mengangkat satu kakinya. Alice tersenyum sinis sambil mengibaskan rambutnya.
Alice menggerak-gerakkan badanya seperti orang yang sedang pegal karena telah
lama tak bergerak. Alice akan berjalan keluar kamar mandi, tapi ia malah hampir
terpeleset, sehingga ia segera membuang sepatu hak tingginya.
Sementara itu, Ma Ji Young masih
mencari-cari keberadaan pangeran gurita. Saat itu, Ma Ji Young berpapasan
dengan Alice yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Alice!”
“Oh,” jawab Alice sekenanya.
Ma Ji young segera memberhentikan Alice.
“Kau bukan Alice,” kata Ma Ji Young.
Alice memandang ke arah Ma Ji Young dan
berkata dalam hatinya, “Apa aku ketahuan?”
“Apakah Anda adalah pangeran?” tanya Ma
Ji Young dengan sopan.
“Benar. Aku adalah putra kedua dari laut
timur, Ong Yong,” jawab Alice.
Alice yang telah dirasuki pangeran gurita
sekarang dibawa menghadap Woo Ma Wang oleh Ma Ji Young. Alice duduk dengan
posisi kaki mengangkang, sehingga membuat Woo Ma Wang tidak suka melihatnya.
“Ong Yong-ah, kembalilah ke laut!” kata Woo
Ma Wang.
“Aku tidak bisa kembali begitu saja. Ada
sesuatu yang sedang kucari. Selama aku mencarinya, aku akan meminjam tubuh
wanita ini.”
“Kau tidak bisa menggunakan tubuh itu
secara sembarangan.”
“Kenapa? Apa ada masalah dengan tubuh
ini? Dari sudut pandang manusia, tubuh ini bukankah sangat bagus?” tanya
pangeran gurita sambil memegang dada Alice hingga membuat Woo Ma Wang dan Ma Ji
Young terkejut.
Pangeran gurita lalu mencium bau tubuh
Alice. Ia merasa tubuh Alice juga tidak bau dan tubuhnya sehat-sehat saja.
“Jangan! Tubuh itu sangat berharga
sebagai selebriti. Jika kau ada dalam tubuh itu, semuanya akan berakhir.”
“Apa aku salah memilih tubuh?” gumam
pangeran gurita.
Ma Ji Young lalu menginformasikan pada
Woo Ma Wang kalau setelah ini Alice ada jadwal syuting iklan, jadi mereka harus
bagaimana. Pangeran gurita menawarkan diri untuk melakukannya. Ma Ji Young
buru-buru melarangnya, namun ia menjadi urung mengatakan kata-katanya saat
pengeran gurita dengan cepat mengatakan, asalkan Woo Ma Wang membantunya
mencarikan gadis yang sedang dicarinya saat ini, ia akan membantu Woo Ma Wang dengan berpura-pura menjadi Alice dengan baik.
Woo Ma Wang berpikir sejenak. Ia
lalu menyuruh Ma Ji Young menelepon PK untuk membantu pangeran gurita,
sementara ia akan memanggil Sam Jang.
“Apa Anda akan baik-baik saja?” tanya Ma Ji
Young yang masih khawatir dengan kondisi Woo Ma Wang saat di dekat sam Jang.
“Keukbok (Aku sudah sembuh. “Kata yang biasa dikatakan Dokko Jin di Best Love, Woo Ma Wang di
masa lalu”). Aku bisa melakukannya,” jawab Woo Ma
Wang.
Di Hanbit
Real Estate, Lee Han Ju bertanya apakah Jin Seon Mi benar-benar tidak berpacaran
dengan Son O Gong.
“Hubungan kita hanya sebatas perjanjian
dia akan melindungiku saja.”
“Kalau begitu, apa Anda mau ikut kencan
buta? Hoobae-ku memintaku untuk mengenalkanmu
padanya.”
Jin Seon Mi bertanya apa hoobae-nya Lee Han Ju tidak apa-apa
sampai mau berkencan dengannya. Hoobae
Lee Han Ju justru berpendapat Jin Seon Mi adalah seorang CEO yang misterius,
sehingga ia tertarik pada Jin Seon Mi. Lee Han Ju mengibaratkan kalau Hoobae-nya itu adalah laki-laki yang
selembut kopi, sementara Son O Gong itu seperti cola. “Upss!” Lee Han Ju
langsung menutup mulutnya karena menyadari ia telah berkata buruk pada Son
O Gong.
Jin Seon Mi bertanya ada apa dengan Lee
Han Ju. Lee Han Ju menjelaskan kalau akhir-akhir ini banyak hal aneh terjadi
padanya setelah mengumpat Son O Gong.
Setelah mendengar cerita Lee Han Ju itu, Jin Seon Mi langsung mengambil termos yang diberikan Son O Gong dan berkata pada termos itu, “Kau? Kau mendengarnya, kan? Jangan pernah lagi mempermainkan Lee Han Ju!” Jin Seon Mi langsung menutup termos itu. Sementara Lee Han Ju memandang ke arah Jin Seon Mi dengan tatapan aneh.
“Lee Han Ju-ssi, mulai sekarang, meskipun
dia tidak ada, kau tidak boleh mengumpatnya. Itu bahaya!”
“Ya,” jawab Lee Han Ju, ketakutan. “CEO,
soal kencan buta itu akan lebih baik jika kau tidak melakukannya. Kau sepertinya
sibuk,” kata Lee Han Ju sambil buru-buru meninggalkan Jin Seon Mi.
“Padahal aku ingin sekali menemui lelaki
yang selembut kopi itu,” gumam Jin Seon Mi.
Di luar ruangan kerja Jin Seon Mi, Lee Han
Ju menelepon istrinya dan curhat kalau ia merasa ketakutan dengan tingkah CEO-nya.
Lee Han Ju bahkan sampai hampir menangis saat meminta istrinya mengizinkannya
berhenti bekerja di perusaahan Jin Seon Mi saja. Woo Ma Wang tiba-tiba datang saat Lee Han
Ju sedang menelepon istrinya itu. Lee Han Ju langsung menutup teleponnya dan
langsung menyapa Woo Ma Wang.
“Hari ini Anda sendiri yang langsung
menemui CEO?” tanya Lee Han Ju.
“Ya. Ada sesuatu yang penting yang harus
dibahas.”
“Soal acara? CEO bahkan tidak muncul di
TV, jadi sebenarnya ada acara penting apa?”
Woo Ma Wang beralasan kalau acara kali
ini sangat penting dan ada kaitannya dengan orang yang memiliki darah kerajaan.
“Ah, begitu,” kata Lee Han Ju sambil
manggut-manggut.
“Ya.. bisa dibilang begitu.”
Saat itu, efek samping dalam diri Woo Ma
Wang kambuh lagi. Mata Woo Ma Wang kembali berkedip-kedip lagi. Lee Han Ju
malah ketakutan melihat Woo Ma Wang berkedip seperti itu, karena terlihat
seperti sedang merayunya.
“Ya. Saya mengerti,” jawab Lee Han Ju
sambil mengedipkan matanya untuk membalas kedipan mata Woo Ma Wang.
Woo Ma Wang kembali berkedip lagi hingga
membuat Lee Han Ju semakin takut. Lee Han Ju lalu ikut-ikutan terus mengedipkan
matanya. Ia kembali menelepon istrinya saat Woo Ma Wang sudah masuk ke ruangan
Jin Seon Mi. Ia mengatakan kalau Ketua Woo sepertinya bertingkah sok akrab
dengannya. Lee Han Ju lalu memutuskan, ia akan tetap bekerja di tempat
Jin Seon Mi. Lagipula anak mereka masih punya impian untuk menjadi selebriti.
Woo Ma Wang sekarang sedang berbicara
dengan Jin Seon Mi di ruangan kerja Jin Seon Mi. Ia mengutarakan maksudnya untuk
meminta bantuan Jin Seon Mi dalam menemukan putri duyung yang sedang dicari
pangeran gurita. Pangeran gurita itu telah membuatkan obat yang bisa mengubah
ekor putri duyung dengan kaki, karena putri duyung itu jatuh cinta pada manusia.
Mata Woo Ma Wang terus-terusan berkedip saat sedang menjelaskan itu semua.
“Kenapa Anda terus-terusan berkedip
seperti itu?” tanya Jin Seon Mi.
Woo Wa wang lalu mengambil kacamata
hitamnya dalam saku jasnya agar Jin Seon Mi tidak merasa terganggu lagi dengan
matanya yang terus berkedip.
“Kau hanya perlu menemukan putri duyung
itu dan mengirimnya ke laut.”
“Putri duyung adalah monster. Apa mungkin
monster bisa jatuh cinta pada manusia?” tanya Jin Seon Mi.
“Hmm... tidak ada yang tidak mungkin. Kau
juga sudah dicintai oleh seorang monster.”
“Itu hanyalah perasaan cinta palsu karena
Geum Gang Go.”
Woo Ma Wang menyarankan Jin Seon Mi untuk
mencintai dan dicintai oleh manusia lagi saja. Tapi, bagi Jin Seon Mi tak ada
manusia yang bisa mencintainya seperti itu.
“Bagaimana kalau ternyata ada orang yang
mencintaimu? Apa kau juga akan mencintai orang itu?” tanya Woo Ma Wang.
“Tentu saja. Jika ada orang yang seperti
itu, buatlah kami berkencan.”
“Baiklah. Kalau begitu carilah putri
duyung itu, sementara aku akan mencari seorang manusia yang bisa mencintaimu. Jika kau
berkencan nanti, seseorang mungkin akan patah hatinya,” kata Woo Ma Wang sambil
tertawa.
Di rumahnya, Sa O Jeong membahas soal
pangeran gurita dengan Son O Gong. Pangeran gurita ternyata sebenarnya tidak
berniat untuk mencari putri duyung, tapi ia datang berniat untuk menusuk seorang manusia
pengkhianat.
Bersambung ke Sinopsis Hwayugi Episode 7 Part 2
NOTE:
Minggu kemarin, saat menulis
sinopsis episode 5 dan 6, saya dengan sok-sokannya menulis langsung sinopsisnya
sebelum subtittle Hwayugi keluar, karena subtittle Hwayugi biasanya lamaaaaa banget keluarnya dan bikin ga sabar. Udah kaya nunggu jodoh aja pokoknya. Padahal saya
sendiri ga ngerti juga Bahasa Korea. Cuma ada beberapa kosakata yang dimengerti
setelah lama suka nonton drama korea.
Mungkin udah hampir delapan
tahun jadi penggemar drama korea. Harusnya dengan waktu selama itu udah mahir
ya, Bahasa Korea-nya. Hmm. Tapi ga pernah diniatin belajar juga, jadinya ya
beginilah sok-sokan ngerti padahal nggak.
Dan hasilnya untuk sinopsis
kemarin, setelah saya nonton ulang menggunakan subtittle, ternyata banyak
sekali bagian yang salah saya pahami, akhirnya terjemahannya salah, deh. Duh.
Tapi sekarang saya sudah revisi kesalahannya, kok.
Cuma ga semuanya saya
betulin yang sekiranya masih sama dengan terjemahan yang sebenarnya, saya ga
ganti. Yang paling fatal tuh saat nulis nama kekasihnya Woo Ma Wang dengan nama
Na Cheol Nyeo padahal namanya Na Chal Nyeo. Wkwk.
Karena itu, maaf banget kalo
misalnya di sinopsis kali ini juga ada beberapa bagian yang salah saya
terjemahkan. Terutama pas nerjemahin percakapan mereka.
Saya sering ngerasa pusing
pas denger percakapan mereka, karena ga ngerti. Kalo udah gitu teh suka jadi
sedih sendiri dan bingung pas nulis sinopsis, pengen langsung berhenti aja
nulisnya. Tapi akhirnya, malah maksa nyambung-nyambungin part yang dimengerti
dan malah nambah-nambahin atau malah
ngurangin ceritanya. Wkwkwk.
Ya... begitulah saya, kalo
lagi addict sama satu drakor. Apapun dilakukan supaya cepet memuaskan rasa
penasaran tentang drakor yang saya suka itu.
Sekali lagi maaf banget ya,
kalo misalnya ada salah-salah dalam menuliskan sinopsis ini. Semoga kalian yang
membaca sinopsis saya tidak merasa kecewa. Anggap saja sinopsis ini sebagai
obat pereda penasaran pada Drama Hwayugi. Untuk obat penyembuhnya sendiri pas
subtittle-nya sudah keluar, ya.
So, Happy Reading, Readers!
Thank U.
Komentar